Belitung Titik Nol Kilometer dan Bundaran Tugu Satam_ Edisi Olwen


Belitung Titik Nol Kilometer atau Zero Point
Olwen di Belitung Titik Nol Kilometer atau Zero Point.


 

 

“Jarak itu sebenarnya tak pernah ada.

Pertemuan dan perpisahan dilahirkan oleh perasaan.”

—Joko Pinurbo—

 

 

 

 

Belitung Titik Nol Kilometer dan Bundaran Tugu Satam berada di area yang sama, yaitu pusat kota Tanjung Pandan. Menjadi sentral persimpangan aktivitas lalu lalang kendaraan ke berbagai tujuan serta dikelilingi oleh berbagai macam pertokoan dan gedunggedung vital.  Sebenarnya, di sinilah awal mula perkenalan Yunis dan Icky dengan Pak Sugeng. Dengan senyum dan tawa kecil nan ramah beliau menawarkan diri untuk menjadi pemandu kami selama di Belitung. Dengan keramahan yang dipunyai beliau, aku yakin tak seorang pun akan menolaknya. Begitulah kedekatan kami dimulai menyertai kisah petualangan selama di Pulau Belitung.

*

 

Belitung Titik Nol Kilometer dan Bundaran Tugu Satam
Dok pribadi - Belitung Titik Nol Kilometer dan Bundaran Tugu Satam.



Belitung Titik Nol Kilometer

Belitung Titik Nol Kilometer kota Tanjung Pandan
Dok pribadi - Suasana di Belitung Titik Nol Kilometer kota Tanjung Pandan.

Dilansir dari Letak Sebenarnya Titik Nol di Belitung, Ini Penjelasan Lengkap Sejarawan - Posbelitung.co (tribunnews.com), bahwa Titik Nol Kilometer Belitung telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Belitung secara resmi sejak tahun 1924 yang diperbaharui pada tahun 2009 melalui kesepakatan dan jajak pendapat sejumlah ahli dan sejarawan Belitung. Dari laman yang sama, diketahui bahwa zaman dulu terdapat sebuah travo listrik di tengah kota yang berdampingan dengan patok penanda titik nol kilometer yang terlihat jelas dari empat sisi persimpangan atau empat arah jalan raya yang ada di pusat kota Tanjung Pandan.

 

Penanda Belitung Titik Nol Kilometer kini jauh lebih jelas terlihat, dengan font tulisan, pemilihan warna, dan desain yang dibuat semenarik mungkin. Menjadi salah satu ikon kota Tanjung Pandan yang patut didokumentasikan.

 


Bundaran Tugu Satam

Bundaran Tugu Satam yang berada di pusat kota Tanjung Pandan
Dok pribadi - Bundaran Tugu Satam yang berada di pusat kota Tanjung Pandan.

Bundaran Tugu Satam merupakan landmark kota Tanjung Pandan. Tugu ini berdiri kokoh dikelilingi tetaman melengkung bundar, sehingga disebutlah Bundaran Tugu Satam. Sebagai warisan geologis kelas dunia, Pemerintah Daerah Kabupaten Belitung dengan bangga menjadikannya salah satu ikon Pulau Belitung dengan mendirikan Tugu Satam atau Satam Square yang terletak di jantung kota.

 

Billitonite atau Meteorite atau dikenal dengan nama Batu Satam adalah sejenis batu permata yang sangat langka dan unik di dunia yang berasal dari Pulau Belitung. Diperkirakan berjutajuta tahun lalu sebuah meteor meledak di angkasa karena pergesekannya dengan udara. Pecahan meteor tersebut jatuh bagai hujan partikel yang berkilap menyebar ke bumi, kemudian membeku seperti kaca.

 

Koleksi batu satam yang berada di Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Dok Pribadi - Koleksi batu satam yang berada di Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

Warna hitam dari batu ini berasal dari percampuran dengan zat asam karbon, zat mangan, dan zat lain yang terkandung di dalam bumi Pulau Belitung. Sedangkan tekstur yang menyerupai ukiran pada permukaan batunya terjadi melalui proses alami yang tergesek arus air bawah tanah dengan kedalaman -/+ 50 meter.

 

Pada tahun 1921 seorang dari Belanda bernama Ir. N. Wing Easton, dari Akademi Amsterdam di Belanda menamakan batu ini “Billitonite”—dalam bahasa Belanda—yang berarti batu dari Belitung. Sedangkan nama Satam berasal dari bahasa Cina, “SA” artinya pasir, “TAM” bermakna empedu. Dengan kata lain, SATAM adalah empedu pasir.

 

Batu ini hanya bisa diketemukan secara kebetulan ketika masyarakat menggali timah di Belitung dengan kedalaman 50 meter. Karena unik dan langkanya batu ini di dunia, maka batu ini dibuat menjadi perhiasan, seperti cincin, bros, liontin kalung. Selain di Indonesia khususnya di Pulau Belitung, jenis batu ini dapat ditemukan pula di dua negara lainnya yaitu di Australia (Australite), dan Cekoslowakia (Cryptonite).

*Dari berbagai sumber

 

Cincin batu satam salah satu cinderamata khas Belitung
Dok pribadi - Cincin batu satam salah satu cinderamata khas Belitung.

Dikarenakan batu satam sudah sangat jarang ditemukan oleh penambang, menyebabkan harga jual batu ini melambung tinggi. Namun demikian batu satam dengan aneka bentuknya telah melekat menjadi cinderamata khas Pulau Belitung.yk[]

 

 

Bundaran Batu Satam Tanjung Pandan
Foto by Icky - Yunis Kartika di Bundaran Batu Satam Tanjung Pandan, Belitung.
  

 

“I don’t think that architecture is only about shelter…

It should be able to excite you, to calm you, to make you think.”

—Zaha Hadid—

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan, atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 

 

 

 

 

#belitungtitiknolkilometer

#satamsquare

#bundarantugusatam

#batusatam

#pulaubelitung

#zeropoint

#sepatusepatuyunis

0 comments:

Post a Comment

Melihat Dekat Museum Pemerintah Kabupaten Belitung_Edisi 3Some Travelers


Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
3Some Travelers di Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.


  

 

“Sebuah budaya bangsa tinggal di hati dan di dalam jiwa rakyatnya.”

—Mahatma Gandhi—

 

 

 

 

Pernah kepikiran enggak kenapa sebuah gedung yang berisi—katakanlah—bendabenda antik atau barang bersejarah lainnya biasa disebut museum?

Dilansir dari laman museum.kemdikbud.go.id/pengertian-museum, Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan, memanfaatkan koleksi, dan mengomunikasikannya kepada masyarakat.  Sedangkan definisi Museum berdasarkan konferensi umum ICOM (International Council Of Museums) yang ke-22 di Wina, Austria, menyebutkan bahwa Museum adalah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, merawat, meneliti, mengomunikasikan, dan memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan takbenda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan.

 

Jadi jika ditelisik dari definisinya, maka jelaslah bahwa sebuah Museum memang khusus diperuntukkan mengumpulkan, merawat, meneliti, mengomunikasikan, dan memamerkan warisan budaya dan lingkungannya yang bersifat kebendaan dan takbenda untuk tujuan pengkajian, pendidikan, dan kesenangan. Hubungannya tentu saja dengan sejarah yang melingkupinya. Tidak berbeda dengan Museum Pemerintah Kabupaten Belitung (MPKB), tempat ini pun berupaya mengumpulkan sebanyakbanyaknya jejak sejarah panjang Pulau Belitung. Apa saja dan bagaimana isinya, sila dibaca sampai tuntas ya.

*


foto lama museum tanjung pandan
Foto lama koleksi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

 

Sejarah Berdirinya Museum Pemerintah Kabupaten Belitung

Museum ini didirikan pada tanggal 2 Maret 1962 yang dipelopori oleh Dr. R. Osberger. Diresmikan oleh Ir. Kurnadi Kartaamadja sebagai Presiden Direktur Perusahaan Tambang Timah Belitung. Menjadi salah satu bangunan Cagar Budaya yang ada di Kabupaten Belitung. Sebelum menjadi MPKB, museum ini bernama Museum Geologi. Kemudian dihibahkan kepada Pemerintah Kabupaten Belitung. Selaku pemberi hibah adalah Erry Riyana Hardjapamekas (Dirut PT Tambang Timah) dan penerima hibah adalah H. Oerip TP. Alam (Bupati Kepala daerah TK II Kabupaten Belitung).

 

Setahun setelah penghibahan tersebut, Bupati mengubah nama Museum Geologi menjadi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung, dan menetapkan MPKB sebagai objek wisata serta rekreasi di Daerah TK II Belitung. Museum ini memiliki beberapa koleksi pilihan, diantaranya; koleksi geologi, biologi, etnografi, keramik, numismatik, heraldika, dan relik sejarah. Disamping koleksi tersebut, museum juga dilengkapi dengan taman satwa yang lebih kita kenal dengan sebutan kebun binatang. Di kebun binatang mini ini terdapat berbagai binatang, baik yang berasal dari daerah Belitung, maupun dari luar Belitung.

 


Koleksi geologi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Dok 3Some Travelers - Koleksi geologi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

Koleksi geologi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Dok 3Some Travelers - Koleksi geologi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

Koleksi Geologi

Koleksi geologi museum ini terutama pada bagian pertambangan timah yang digambarkan dalam bentuk maket. Diantara maket yang ada seperti:

1. Sumur Palembang (The Palembang Pil) pada tahun 1711.

2. Penambangan kulit (1851 – 1952)

3. Penambangan dengan pompa rantai (1851 – 1922)

4. Penambangan biji timah primer (1857 – 1942)

5. Penambangan dengan pengangkutan rantai (1906)

6. Instalasi pengangkutan ban (1908 – 1918)

7. Tambang pompa semprot (1909 – sekarang)

8. Penggerek pompa (1911 – 1951)

9. Kapal keruk (1920 – sekarang)

10. Peleburan biji timah.

 


buaya laskar pelangi
Dok 3Some Travelers - Salah satu koleksi satwa yang dipinjam dalam film Laskar Pelangi.
 

Koleksi Biologi

Kebun binatang mini yang berada di museum ini merupakan pelengkap saja. Didalamnya terdapat berbagai jenis binatang, baik yang berasal dari Pulau Belitung maupun dari luar Pulau Belitung, seperti buaya, ular, beruang, siamang, rusa, kancil, orangn utan, dan berbagai jenis burung. Pembangunan kebun binatang mini ini dimaksudkan sebagai tempat berlibur bagi karyawan dan pengunjung museum lainnya. Selain itu pula diharapkan dengan berkunjung ke kebun binatang dengan sendirinya akan berkunjung ke museum.

 


Koleksi etnografi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Dok 3Some Travelers - Koleksi etnografi Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

Koleksi Etnografi

Koleksi yang berada di MPKB ini berupa perlengkapan kehidupan yang dipakai oleh penduduk Belitung pada masa lampau, baik penduduk asli maupun etnis Cina. Beberapa perlengkapan itu berupa peralatan yang dipakai dalam pertanian (huma) seperti gantang, nyiruk, bakak, ambin, pakaian pengantin Cina, meja kursi, lemari hias, lampion dan sebagainya.

 


Koleksi keramik Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Dok 3Some Travelers - Koleksi keramik Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

Koleksi Keramik

Koleksi keramik berupa keramik lokal dan keramik asing yang berasal dari Cina, Jepang, Thailand, dan lainnya. Keramik lokal yang ada pernah dipakai oleh penduduk di Belitung, baik oleh penduduk setempat maupun etnis Cina. Selain itu terdapat keramik dari Barang Muatan Kapal Tenggelam (BMKT). Keramik ini mulai yang berasal dari Dinasti Tang, Sung, maupun Yuan.

 

Koleksi Numismatik

Koleksinya dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berupa koleksi uang kertas, uang logam dan uang paku. Koleksi uang kertas berasal dari zaman Oeang Republik Indonesia (ORI), uang kertas zaman Jepang, dan sebagainya. Sedangkan uang logam berasal dari zaman VOC, uang Belanda, uang Inggris, uang Cina, dan sampai dengan zaman sekarang. Sementara uang paku berasal dari Spanyol.

 


Koleksi Heraldika dan Relik Sejarah Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Dok 3Some Travelers - Koleksi Heraldika dan Relik Sejarah Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

Heraldika dan Relik Sejarah

Koleksi heraldika berupa stempel dari kerajaan Balok, Asisten Residen dan stempel dari Kapiten Ho A Yun. Stempel dari kerajaan Balok yang dibuat dari bahan logam atau berbentuk melengkung. Stempel ini ditulis dengan menggunakan huruf Arab Melayu. Sedangkan stempel Asisten Residen dibuat dari logam dan ditulis dengan menggunakan huruf latin. Satusatunya stempel yang dipotong dari batu adalah stempel yang digunakan oleh Kapiten Ho A Yun—Kapiten pertama yang diangkat Belanda di Belitung.

 

Koleksi lain berupa relik sejarah yang berasal dari kerajaan Balok dan Belantu. Sedangkan koleksi dari kerajaan Badau berada di museum Badau. Selain dari koleksi bendabenda peninggalan dari kedua kerajaan, terdapat pula peninggalan dari zaman Belanda yang ada di Belitung.

*Sumber : leaflet keluaran Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.

 


Secara keseluruhan MPKB memberikan informasi yang beragam, namun tidak terlalu lengkap mengenai sejarah Belitung. Ruang dan etalase kosong menjadi penanda adanya pemindahan artefak, beberapa artefak diakui penjaga museum juga tengah direstorasi.

 

Yang menjadi catatan bagi saya adalah keadaan kebun binatang mini. Dalam bayangan saya, kebun binatang mini ini laiknya kebun binatang di kotakota besar yang terawat. Sayang, entah karena tidak adanya biaya perawatan atau karena kurang perhatian, binatangbinatang di sini tampak memilukan. Saya bahkan tidak tega melihatnya. Ruang gerak hewanhewan yang terbatas inipun kotor. Kolamkolam ikan dan kolam penangkaran buaya berwarna hijau, bersampah, menimbulkan aroma tidak sedap. Kebersihannya pun tak terjaga, dengan sarana dan prasarana yang jauh dari menunjang. Harapan saya catatan kecil ini mengetuk hati bagi Pemda Kabupaten Belitung selaku pengelola MPKB untuk lebih bertanggungjwab merawat binatangbinatang tersebut lebih baik lagi.

 

Untuk anda yang berminat mengunjungi, Museum Pemerintah Kabupaten Belitung beralamat di Jl. Melati No. 41A, Tanjungpandan, Belitung, Telp. (0719) 22968. Dibuka untuk umum setiap hari dari pukul 08.00 WIB a.d 17.00 WIB, dengan tiket masuk seharga Rp.3000,- rupiah. Semoga ketika anda datang berkunjung, museum sudah jauh lebih baik. Terutama kondisi binatangbinatang malang di kebun binatang mini.yk[]

 

 

Yunis Kartika di Museum Pemerintah Kabupaten Belitung
Foto by Icky - Yunis Kartika di Museum Pemerintah Kabupaten Belitung.


  

“Pendidikan bisa memberi anda keahlian,

tetapi pendidikan budaya mampu memberi anda martabat.”

—Ellen Key—

 

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan, atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 


#museumpemerintahkabupatenbelitung

#museumpemkabbelitung

2 comments:

Post a Comment

Island Hopping Tanjung Kelayang Bagian 2_Edisi 3Some Travelers

pulau lengkuas belitong
3Some Travelers - Pulau Lengkuas Belitong


 

“Mereka berkehidupan dari pesisir ke pesisir, 

menjadi kelana atas tembikar.

Menjadi musafir berkepal jaring dari satu pulau ke pulau lain.”

—Imam Budiman—

 

 

 

Dari Pulau Batu Berlayar, perahu diarahkan ke Pulau Lengkuas. Dengan cekatan tangan Mamank  menyalakan mesin yang menempel pada buritan, memutar, lalu melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Sesekali perahu menerjang gelombang, menciptakan cipratancipratan air melawan angin. Sekelompok burung camar sesekali terbang rendah menyambar ikan. Dari jauh mercusuar sudah terlihat, warna bangunannya yang putih berdiri tegap. Dengan pemandangan seindah itu, perjalanan terasa sekejap saja. Kami pun sampai di Pulau Lengkuas.

 

Daya tarik utama Pulau Lengkuas selain panoramanya adalah mercusuar yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda.  Meski sudah cukup tua, mercusuar ini masih berfungsi sebagai pemandu kapal yang keluar masuk dermaga Pulau Belitung. Kata Pak Sugeng, wisatawan diperbolehkan untuk menaikinya secara bergantian. Dari atas bisa melihat pemandangan lepas pantai Lengkuas.

 

Geosite Pulau Lengkuas

Mercusuar Pulau Lengkuas
Dok 3Some Travelers - Mercusuar Pulau Lengkuas.


Pulau Lengkuas adalah pulau dalam gugusan pulau di Tanjung Kelayang yang terletak di sebelah utara Desa Tanjung Binga. Transportasi menuju Pulau Lengkuas hanya menggunakan perahu bermotor nelayan dan dapat ditempuh langsung selama 30-40 menit dari Pantai Tanjung Kelayang, tanpa singgah di pulaupulau kecil lainnya terlebih dahulu.

 

Dikenal dengan mercusuar yang sudah berumur +/- 136 tahun dan masih berfungsi dengan baik. Dibangun sejak tahun 1882 pada zaman kolonial Belanda. Dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai suar atau tanda/rambu dalam lalu lintas laut. Menara ini menunjukkan bahwa perairan di sekitarnya terdapat banyak karang.

 

Mercusuar Pulau Lengkuas
Dok 3Some Travelers - Mercusuar Pulau Lengkuas.


Pulau Lengkuas dan mercusuar ini kini menjadi salah satu ikon pariwisata Belitung. Dengan tinggi +/- 70 meter, 18 lantai, dan 313 anak tangga, mercusuar ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Terdapat pula bangunan membentuk huruf U yang dipergunakan sebagai tempat tinggal dan kantor administrasi penjaga. Di sisi timur terdapat tulisan Vervaardico Lord L.I Enthoven & Co Fabrikanten te Cranvennce 1882. Selain itu terdapat pula tulisan Onder de Receriuc van Z.M. Willem III Koningocrkeoecander cnz chz enz Ofcerict voor vastliont eerstecroctte 1882.

*Sumber : buku saku “Jelajah Cagar Budaya Kepulauan Bangka Belitung”, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

 

Sayangnya mercusuar serta area perkantoran lagilagi sedang dalam perbaikan, sehingga kami tidak bisa naik ke atas untuk menjajaki ke-313 anak tangga dan ke-18 lantainya. Padahal informasi lain yang ingin saya buktikan adalah  interior mercusuar sebagian besar masih asli, selain tentu saja ingin memanjakan mata melihat keindahan panorama pantai Lengkuas dari atas sana. Ya, jadinya harus puas hanya dengan berkeliling dan memotret sanasini.

 

Pulau Lengkuas
Dok 3Some Travelers - Memberi makan ikan hias.


Perahu pun melaju kembali. Segerombolan ikan hias kecil mengikuti kami dalam perjalanan dari Pulau Lengkuas menuju Pulau Kelayang. “Kasih makan,” teriak Mamank dari ujung perahu. Icky mengeluarkan sebungkus roti tawar yang sudah dipersiapkan sebelum berlayar tadi. Membuka bungkus lalu meremas isinya hingga menjadi potongan kecil, lalu ditaburkan perlahan ke arah air. Permukaan air seketika menjadi ramai oleh ikanikan monokrom berebut makanan. “Habis!” teriak Icky. Entah pada kami, entah pada ikanikan, sambil menepuknepuk membersihkan kedua belah tanggannya.

 

Pulau Kelayang

Pulau Kelayang Belitong
Dok 3Some Travelers - Pulau Kelayang Belitong.


Pemberhentian terakhir dari island hopping adalah pulau kecil bernama Kelayang. Pulau ini terbilang teduh dengan rimbun pepohonan tropisnya. Sebuah warung kayu sederhana dibuat cukup luas untuk menampung banyak wisatawan. Menurut Pak Sugeng, wisatawan biasa dudukduduk beristirahat sambil mengisi perut dengan aneka penganan khususnya makanan laut yang dipesankan sejak dari Tanjung Kelayang. Jangan cobacoba memesan langsung di lokasi seperti yang kami lakukan, karena anda tidak akan mendapatkannya. Akhirnya kami hanya bisa memesan pisang goreng, kelapa muda dan kopi hitam saset.

 

Pulau Kelayang Belitong
Dok 3Some Travelers - Nikmatnya goreng pisang di Pulau Kelayang.


Dari tempat saya duduk, arah pandang lurus ke Pulau Batu Garuda. Meski dari arah ini bebatuannya tidak nampak seperti burung garuda. Sepasang anak kecil hilir mudik membeli anak penyu untuk kemudian dilepaskan ke pantai tampak sangat gembira. Surga kecil ini begitu nyata, ada keriangan gelak tawa di antara pisang goreng dan keindahan Pulau Kelayang. Untuk waktu lama, perjalanan island hopping (baca : Island Hopping Tanjung Kelayang Bagian 1_Edisi 3Some Travelers | sepatusepatu yunisdi Belitung ini akan membekas dalam ingatan saya bersama orangorangnya yang baik. Tentu saja.yk[]

 


pulau lengkuas belitong
Foto by Icky - Yunis Kartika di Pulau Lengkuas.


  

 

“…sebuah pulau adalah suatu dunia tersendiri.

Mungkin suatu dunia tempat engkau tak akan pernah kembali.”

—Agatha Christie—

 

 

 

 

 

 


 

 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan, atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 

0 comments:

Post a Comment

Island Hopping Tanjung Kelayang Bagian 1_Edisi 3Some Travelers

 

3Some Travelers - Island Hopping Tanjung Kelayang Belitung
3Some Travelers - Island Hopping Tanjung Kelayang Belitung.


  

 

“Anda tidak bisa menyeberangi laut hanya dengan berdiri dan menatap air.

 Jangan biarkan diri anda menikmati keinginan siasia.”

—Rabindranath Tagore—

 

 



 

Hari terakhir di Belitung. Sejak semalam saya berdoa semoga hari ini cerah hingga bisa melakukan island hopping—loncat dari satu pulau ke pulau lain tanpa jeda waktu yang lama—di Tanjung Keyalang yang akhirakhir ini menjadi tren dikalangan wisatawan. Syukurlah, doa saya terkabul. Pukul 08.30 pagi Pak Sugeng sudah datang menjemput kami—saya dan Icky—dengan wajah sumringah. Tentu saja kami pun tak kalah ceria, dengan kostum yang siap berbasahbasah menikmati pantai, air laut, pasir, bebatuan, perahu dan ikanikan. Hari ini waktunya all out, xoxoxo… Perjalanan kembali ke Tanjung Kelayang, dari Tanjung Pandan memakan waktu satu setengah jam dengan kecepatan mobil sedang.

 

Island Hopping Tanjung Kelayang
Dok 3Some Travelers - Persiapan island hopping di Tanjung Kelayang.

Tiba di Tanjung Kelayang, kami hanya diminta menunggu sebentar. Sementara Pak Sugeng menghubungi kawannya yang akan membawa kami berkeliling pulaupulau kecil. Sesuai kesepakatan harga sewa perahu adalah Rp.500.000,- rupiah dan sepasang pelampung dengan harga Rp.50.000,- rupiah. Harga sewa ini dihitung untuk satu perahu, bukan perorang. Kapasitas perahu bisa membawa 6 – 8 orang, jadi sebenarnya terhitung murah. Karena terhitung murah, untuk anda yang menyewa secara rombongan sebaiknya jangan ditawar lagi. Durasi waktunya pun longgar alias mengikuti tamu.

 

Rute island hopping di Tanjung Kelayang memang sudah ditentukan, yaitu Pulau Batu Garuda, Pulau Pasir, Pulau Batu Berlayar, Pulau Lengkuas, dan berakhir di Pulau Kelayang sembari menyantap ikan yang harus dipesankan dulu sebelumnya. Jika menginginkan rute di luar pulaupulau tersebut anda bisa melakukan tawar menawar dengan pemilik perahu.

 


Pulau Batu Garuda

3Some Travelers Pulau Batu Garuda
Dok 3Some Travelers - Pulau Batu Garuda dari posisi terdekat.

Dari Tanjung Kelayang, perahu diarahkan langsung ke Pulau Batu Garuda. Sayangnya perahu tidak bisa menepi atau bersandar dikarenakan pulau ini dan sekelilingnya adalah bebatuan dengan ombak yang menghantam cukup kuat. Pada sisi arah pandang tertentu, bebatuan di sana seolah membentuk objek burung garuda. Itulah kenapa pulau ini disebut Pulau Batu Garuda. Perahu hanya bisa berhenti sedekat mungkin untuk mengambil dokumentasi, setelah itu melaju kembali menuju Pulau Pasir.

 


Pulau Pasir

island hopping Pulau Pasir, Tanjung Kelayang
Foto by Pak Sugeng - Island hopping Pulau Pasir, Tanjung Kelayang.

Starfish a.k.a bintang laut di Pulau Pasir, Tanjung Kelayang
Dok 3Some Travelers - Starfish a.k.a bintang laut di Pulau Pasir, Tanjung Kelayang.


Keunikan Pulau Pasir ini hanya akan terlihat dan bisa menepi ketika air laut tengah surut. Mirip Pulau Pasir yang pernah saya kunjungi di Morotai, Maluku Utara. Hanya ukurannya lebih kecil, sehingga perahu wisatawan harus menepi bergantian, kalau dihitung mungkin maksimal hanya bisa menampung 3 perahu dalam sekali pemberhentian. Meski begitu, setiap perahu dapat berhenti cukup lama, sekitar 15 – 30 menit. Lagilagi Pak Sugeng dengan antusias dan keceriannya yang tak pernah surut menawarkan untuk memotret kami dan hasil jepretan beliau cukup bagus. Air laut yang dingin nan jernih menjadi penawar terik matahari. Seekor bintang laut (Starfish) tersibak jernih air laut menyembul dari balik pasir putih kontras dengan warna merah segar tubuhnya. Setelah cukup puas menikmati dan mendokumentasikan sanasini, perahu melaju kembali menuju Pulau Batu Berlayar, bersamaan dengan perahu lain yang datang untuk menepi.

 


Pulau Batu Berlayar

3Some Travelers Pulau Batu Berlayar nampak dari kejauhan
Dok 3Some Travelers - Pulau Batu Berlayar nampak dari kejauhan.

Dari jauh jejeran batu granit ukuran besar terlihat laiknya perahu dengan layar terkembang yang terapung di lautan biru. Ya, keindahan Pulau Batu Berlayar terletak pada bebatuan yang tersusun rapih serta berdiri kokoh di atas pasir putih. Pulau Batu Berlayar adalah bagian dari gugusan pulau di Tanjung Kelayang. Meskipun pulau ini didominasi bebatuan besar, namun perahu bisa merapat dekat karena memiliki sisi pantai berpasir yang menjorok langsung ke lautan. Sensasi dingin segar seketika menjalar hingga ubunubun begitu kaki telanjang saya bersentuhan dengan air laut.

 

Beriringan kami melewati bebatu tinggi besar membentuk celah jalan. Di sana, di antara pengunjung, kami bergiliran mengambil dokumentasi. “Nah, Batuan ini yang disebut batu berlayar…”, Pak Sugeng menjelaskan tanpa diminta. Beliau pasti sudah puluhan kali mengatakan hal tersebut pada tetamu yang pernah dipandunya, dan puluhan kali pula membantu memotret mereka. Saya tak hendak melewatkan setiap sisinya untuk mendapatkan spot foto terbaik.

 

Pulau Batu Berlayar Tanjung Kelayang
Dok 3Some Travelers - Suasana di Pulau Batu Berlayar, Tanjung Kelayang.

Siang itu pengunjung cukup ramai, sepasang wisatawan asal Jepang yang tak lagi muda mencuri perhatian saya. Sang perempuan nampak nyaman mengenakan swimsuit hitam yang bagian bawahnya merekah bagai rok, topi pantai berwarna merah muda, sandal jepit berwarna hijau sambil mengapit tas jinjing biru berisi pakaian luaran. Sementara sang pria mengenakan celana renang selutut berwarna hitam polet merah, atasan kaos tangan panjang biru benhur, topi trucking berwarna navy, dan sandal jepit kuning tampak menikmati suasana pula. Seduanya sesekali bergandengan tangan, berfoto dengan roman bahagia. Nampak romantis sekali, tanpa sadar saya menyunggingkan senyum larut dalam kebersamaan mereka.

 

“Lanjut?” pertanyaan Icky membuyarkan perhatian saya. Saya mengangguk mengiyakan. “Aok…”, jawab Pak Sugeng dalam bahasa daerah kental. Masih ada dua pulau kecil lainnya yang akan kami singgahi (baca : Island Hopping Tanjung Kelayang Bagian 2_Edisi 3Some Travelers | sepatusepatu yunisdan harus tuntas sebelum perut kami bertingkah minta diisi. Payu lah…yk[]

 

  

 

“Baiknya sebuah pulau adalah sekali engkau ke sana engkau tak bisa kemanamana lagi, engkau sampai pada akhir segalagalanya.”

—Agatha Christie—

 

 





 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan, atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^







0 comments:

Post a Comment