Island Hopping Tanjung Kelayang Bagian 1_Edisi 3Some Travelers
3Some Travelers - Island Hopping Tanjung Kelayang Belitung. |
“Anda tidak bisa menyeberangi laut hanya dengan
berdiri dan menatap air.
Jangan biarkan
diri anda menikmati keinginan siasia.”
—Rabindranath Tagore—
Hari
terakhir di Belitung. Sejak semalam saya berdoa semoga hari ini cerah hingga
bisa melakukan island hopping—loncat dari satu pulau ke pulau lain tanpa
jeda waktu yang lama—di Tanjung Keyalang yang akhirakhir ini menjadi tren
dikalangan wisatawan. Syukurlah, doa saya terkabul. Pukul 08.30 pagi Pak Sugeng
sudah datang menjemput kami—saya dan Icky—dengan wajah sumringah. Tentu saja
kami pun tak kalah ceria, dengan kostum yang siap berbasahbasah menikmati pantai,
air laut, pasir, bebatuan, perahu dan ikanikan. Hari ini waktunya all out,
xoxoxo… Perjalanan kembali ke Tanjung Kelayang, dari Tanjung Pandan
memakan waktu satu setengah jam dengan kecepatan mobil sedang.
Dok 3Some Travelers - Persiapan island hopping di Tanjung Kelayang. |
Tiba di
Tanjung Kelayang, kami hanya diminta menunggu sebentar. Sementara Pak Sugeng menghubungi
kawannya yang akan membawa kami berkeliling pulaupulau kecil. Sesuai
kesepakatan harga sewa perahu adalah Rp.500.000,- rupiah dan sepasang pelampung
dengan harga Rp.50.000,- rupiah. Harga sewa ini dihitung untuk satu perahu,
bukan perorang. Kapasitas perahu bisa membawa 6 – 8 orang, jadi sebenarnya
terhitung murah. Karena terhitung murah, untuk anda yang menyewa secara rombongan
sebaiknya jangan ditawar lagi. Durasi waktunya pun longgar alias mengikuti
tamu.
Rute island
hopping di Tanjung Kelayang memang sudah ditentukan, yaitu Pulau Batu
Garuda, Pulau Pasir, Pulau Batu Berlayar, Pulau Lengkuas, dan berakhir di Pulau
Kelayang sembari menyantap ikan yang harus dipesankan dulu sebelumnya. Jika
menginginkan rute di luar pulaupulau tersebut anda bisa melakukan tawar menawar
dengan pemilik perahu.
Pulau Batu Garuda
Dok 3Some Travelers - Pulau Batu Garuda dari posisi terdekat. |
Dari Tanjung
Kelayang, perahu diarahkan langsung ke Pulau Batu Garuda. Sayangnya perahu
tidak bisa menepi atau bersandar dikarenakan pulau ini dan sekelilingnya adalah
bebatuan dengan ombak yang menghantam cukup kuat. Pada sisi arah pandang
tertentu, bebatuan di sana seolah membentuk objek burung garuda. Itulah kenapa
pulau ini disebut Pulau Batu Garuda. Perahu hanya bisa berhenti sedekat mungkin
untuk mengambil dokumentasi, setelah itu melaju kembali menuju Pulau Pasir.
Pulau
Pasir
Foto by Pak Sugeng - Island hopping Pulau Pasir, Tanjung Kelayang. |
Dok 3Some Travelers - Starfish a.k.a bintang laut di Pulau Pasir, Tanjung Kelayang. |
Keunikan
Pulau Pasir ini hanya akan terlihat dan bisa menepi ketika air laut tengah
surut. Mirip Pulau Pasir yang pernah saya kunjungi di Morotai, Maluku Utara. Hanya
ukurannya lebih kecil, sehingga perahu wisatawan harus menepi bergantian, kalau
dihitung mungkin maksimal hanya bisa menampung 3 perahu dalam sekali
pemberhentian. Meski begitu, setiap perahu dapat berhenti cukup lama, sekitar
15 – 30 menit. Lagilagi Pak Sugeng dengan antusias dan keceriannya yang tak
pernah surut menawarkan untuk memotret kami dan hasil jepretan beliau cukup
bagus. Air laut yang dingin nan jernih menjadi penawar terik matahari. Seekor
bintang laut (Starfish) tersibak jernih air laut menyembul dari balik pasir
putih kontras dengan warna merah segar tubuhnya. Setelah cukup puas menikmati
dan mendokumentasikan sanasini, perahu melaju kembali menuju Pulau Batu
Berlayar, bersamaan dengan perahu lain yang datang untuk menepi.
Pulau Batu Berlayar
Dok 3Some Travelers - Pulau Batu Berlayar nampak dari kejauhan. |
Dari jauh
jejeran batu granit ukuran besar terlihat laiknya perahu dengan layar
terkembang yang terapung di lautan biru. Ya, keindahan Pulau Batu Berlayar
terletak pada bebatuan yang tersusun rapih serta berdiri kokoh di atas pasir
putih. Pulau Batu Berlayar adalah bagian dari gugusan pulau di Tanjung
Kelayang. Meskipun pulau ini didominasi bebatuan besar, namun perahu bisa
merapat dekat karena memiliki sisi pantai berpasir yang menjorok langsung ke
lautan. Sensasi dingin segar seketika menjalar hingga ubunubun begitu kaki
telanjang saya bersentuhan dengan air laut.
Beriringan kami
melewati bebatu tinggi besar membentuk celah jalan. Di sana, di antara
pengunjung, kami bergiliran mengambil dokumentasi. “Nah, Batuan ini yang
disebut batu berlayar…”, Pak Sugeng menjelaskan tanpa diminta. Beliau pasti
sudah puluhan kali mengatakan hal tersebut pada tetamu yang pernah dipandunya,
dan puluhan kali pula membantu memotret mereka. Saya tak hendak melewatkan
setiap sisinya untuk mendapatkan spot foto terbaik.
Dok 3Some Travelers - Suasana di Pulau Batu Berlayar, Tanjung Kelayang. |
Siang itu
pengunjung cukup ramai, sepasang wisatawan asal Jepang yang tak lagi muda mencuri
perhatian saya. Sang perempuan nampak nyaman mengenakan swimsuit hitam
yang bagian bawahnya merekah bagai rok, topi pantai berwarna merah muda, sandal
jepit berwarna hijau sambil mengapit tas jinjing biru berisi pakaian luaran.
Sementara sang pria mengenakan celana renang selutut berwarna hitam polet
merah, atasan kaos tangan panjang biru benhur, topi trucking berwarna navy,
dan sandal jepit kuning tampak menikmati suasana pula. Seduanya sesekali
bergandengan tangan, berfoto dengan roman bahagia. Nampak romantis sekali,
tanpa sadar saya menyunggingkan senyum larut dalam kebersamaan mereka.
“Lanjut?” pertanyaan Icky membuyarkan perhatian saya. Saya mengangguk mengiyakan. “Aok…”, jawab Pak Sugeng dalam bahasa daerah kental. Masih ada dua pulau kecil lainnya yang akan kami singgahi (baca : Island Hopping Tanjung Kelayang Bagian 2_Edisi 3Some Travelers | sepatusepatu yunis) dan harus tuntas sebelum perut kami bertingkah minta diisi. Payu lah…yk[]
“Baiknya sebuah pulau adalah sekali engkau ke sana
engkau tak bisa kemanamana lagi, engkau sampai pada akhir segalagalanya.”
—Agatha Christie—
0 comments:
Post a Comment