Senja Syahdu Di Tanjung Pendam_ Edisi Olwen
Olwen di Pantai Tanjung Pendam, Tanjung Pandan, Belitong. |
“Di tengah angin senja yang mendesak, aku merasakan
kekuasaan waktu,
yang tanpa pandang bulu mengubah segalagalanya.”
—Seno Gumira Ajidarma—
Dalam
bingkai sisa matahari terbenam, Yunis tiba di Pantai Tanjung Pendam.
Hitungannya transit sebentar sebelum kembali ke hotel usai seharian
menyambangi beberapa tempat di Belitong Timur. Berada di pusat kota, di Jalan
Kemuning, Desa parit, Tanjung Pandan. Area pantai ini berbayar, Rp.3000,-
rupiah tiket masuk perorang, dan Rp.5000,- rupiah untuk tiket masuk kendaraan
roda empat. Sebetulnya pantai ini terlihat dengan jelas dari pinggir jalan
dengan tembok dan pagar besi sebagai pembatas.
Dok pribadi - Penanda Pantai Tanjung Pendam, Belitong. |
Lampulampu penerangan
membiaskan cahaya menghias area parkir yang cukup luas dan tetaman. Dalam jarak
pandang terbatas, Yunis bisa melihat area panggung hiburan yang kosong, deretan
kios yang telah tutup—menurut Pak Sugeng, merupakan kios pasar seni yang menjual
beragam karya seni lukis dan cinderamata khas Belitung—tempat makan, serta
fasilitas peribadatan.
Dok pribadi - Senja syahdu di Tanjung Pendam, Belitong. |
Jika anda
ingin merasakan pengalaman lengkap menikmati segala fasilitas dengan aktivitas out
door/olahraga—bersepeda, sepatu roda, dan mobil mini—melihat langsung
seniman melukis, dan lain sebagainya, anda bisa datang di siang hari. Namun untuk
panggung hiburan dan acara kesenian khas Belitung hanya ada pada
waktuwaktu tertentu saja.
Meski senja
hampir usai berganti malam, beberapa pengunjung terlihat betah berlamalama
menikmati suasana. Pada pergantian waktu terang gelap, lanskap pantai syahdu menyentuh
kalbu. Jadilah penawar lelah menutup perjalanan hari ini. Selamat malam Tanjung
Pendam, terima kasih untuk kehangatan ini.yk[]
Foto by Pak Sugeng - Yunis Kartika dan sisa senja di Pantai Tanjung Pendam, Belitong. |
“Aku melintasi kehidupan dan kala. Aku berlayar
menembus senja.
Kuberanikan diri menulis untuk mengabadikan momen
hidup dalam lembaran kertas.”
—Iwan Setyawan—
PS : sila menulis komentar,
membagikan, atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan
saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^
0 comments:
Post a Comment