Kehilangan Kata Di Museum Kata Andrea Hirata_ Edisi Olwen
Dok pribadi - Olwen di Museum Kata Andrea Hirata Gantong, Belitong. |
“Kejar pelangimu sampai ke ujung dunia, Nak,
jangan pernah menyerah.”
—Andrea Hirata—
Tak jauh
dari kawasan wisata Replika Sekolah Laskar Pelangi terdapat Museum
Kata Andrea Hirata. Kedua tempat ini ada, berkat Andrea Hirata dan novelnya
‘Laskar Pelangi’ serta para pihak yang menaruh minat terhadap kesejahteraan
masyarakat Belitong, khususnya Gantong. Bisa dibilang ini merupakan tur satu paket
yang saling menyambung karena benang merah tema dan wilayah.
Museum Kata berdiri
sejak tahun 2009 dan berada di Jl. Laskar Pelangi 10, Desa Gantong, Belitong. Tiket
masuk ke museum ini terbilang cukup mahal yaitu Rp.50.000,- rupiah /orang. Tiket
tersebut termasuk sebuah buku karya Andrea Hirata dengan berbagai judul yang
bisa anda pilih. Yunis sendiri memilih judul ‘Guru Aini’. Nah, kebetulan karena
museum sedang dalam perbaikan tata ruang dan renovasi bangunan, petugas tiket
memberi diskon harga pada kami. Tak tanggungtanggung harga 1 tiket untuk 3
orang.
Dok pribadi - Penandapenanda di Museum Kata Andrea Hirata Gantong, Belitong. |
Hal pertama
yang bisa dilihat adalah dinding sekeliling kompleks museum berwarnawarni cerah
ceria. Beberapa dinding bergambar ekspresif, bergambar hewan dan tumbuhan, dan pada
dinding lainnya dipenuhi dekorasi pintu jendela yang tak kalah ceria. Kompleks Museum
Kata memiliki beberapa bangunan dengan konsep leter U, seperti bangunan utama, bangunan
kamar kata, bangunan ruang terbuka, ditambah dengan ruang hijau.
Bangunan utama
merupakan bangunan terbesar di Museum Kata. Di dalamnya tersekatsekat ke dalam
beberapa bagian ruangan lagi. Dari sejak pintu masuk ke ruang pertama kita
sudah disuguhi kembali poster scene film Laskar Pelangi yang diantaranya
dipenuhi dengan katakata dialog salah satu karakter dalam novel, kemudian ucapan
selamat datang dari sang penulis dan informasi singkat tentang apa yang akan
ditemukan di dalam Museum Kata, kursikursi kayu dan sebuah karya seni instalasi
dari kawat baja yang kontras dengan cat warnawarni lantainya hasil pematung
Herias Vetarendi.
Dok pribadi - Sepinya rakrak buku di Museum Kata Gantong, Belitong. |
Pemeran utama
di bangunan ini adalah ruang baca berjendelajendela lebar yang cukup besar dengan—seharusnya—dipenuhi
bukubuku di setiap rak dindingnya. Sayang sehubungan dengan renovasi dan
perbaikan tata ruang yang dimaksud petugas tiket tadi, ruang baca ini terkesan ‘sepi’.
Rakrak bukunya kosong melompong, menyisakan dummy bukubuku panjangan/palsu
pada rakrak teratasnya. Di ruang ini terdapat sebuah perahu yang disulap
menjadi meja baca untuk para pengunjung.
Ruang selanjutnya
hampir tidak ada yang menarik—tumpukan bukubuku yang akan dikurasi, sebuah instalasi
kawat baja yang belum terpasang, genangan air bocor di lantai, beberapa pot tanaman
dan kursi malfungsi—kecuali sebuah dinding yang berisi memorabilia Andrea
Hirata dari berbagai media cetak dalam dan luar negeri beserta bukubuku ‘Laskar
Pelangi’ dalam berbagai bahasa terjemahan. Pada bagian ini terlihat masih baik
dan lengkap, untunglah. Xoxoxo… Setidaknya Yunis bisa mengambil swafoto
dengan latar cukup menarik di Museum Kata ini.
Dok pribadi - Ruang baca menyatu dengan warkop Kupi Kuli. |
Ruang terakhir
di bangunan utama adalah sebuah ruang baca dengan warkop alias warung kopi
bernama ‘Kupi Kuli’. Seandainya berfungsi ruang baca ini adalah bagian paling
menarik dan akan menjadi favorit Yunis. Sepertinya, kita bisa mengambil buku
dari ruang buku dan bisa membacanya di ruang baca yang menyatu dengan warkop. Sedapnya
membaca sambil menyesap kopi.
Bangunan
selanjutnya adalah ‘kamar kata’. Tidak ada petunjuk sama sekali dalam benak
Yunis, kamar apakah itu. Sebuah tanda peringatan dengan tulisan tangan terpampang
di jendela kaca ‘ALAS KAKI MOHON DILEPAS’. Apakah ruangan ini adalah seperti penulis
yang memerlukan kamar khusus untuk menulis dan menyusun katakata? Atau di kamar
kata, pengunjung diminta menuliskan katakata? Entahlah, kamar kata adalah
misteri bagi Yunis.
Bangunan terakhir
adalah ruang terbuka dengan pilarpilar penyangga berhias bungabunga artifisial
dan tetap dengan warnawarni cerah ceria. Bagian atas dinding dekat plafon
posterposter artis/tokoh di bidang sastra, film, musik, tokoh penemu dan penggerak,
piringan hitam, dan lainnya meramaikan suasana. Di lantai terdapat peninggi
yang berfungsi sebagai mini panggung untuk membaca nukilan buku, memperdengarkan
puisi, atau mungkin menyanyi. Di sudut lain, berisi sejarah masyarakat Belitong
beserta sumber daya alamnya dalam bentuk posterposter yang ditempel pada
sekatsekat triplek.
Dok pribadi - Bangunan/ruang terbuka di Museum Kata Gantong, Belitong. |
Dok pribadi - Bangunan leter U dengan ruang hijau di tengahnya yang memerlukan perawatan. |
Ruang hijau
sendiri berada di tengah leter U, dalam kondisi yang tidak begitu baik dan
memerlukan perawatan. Yunis baru memahami kenapa diskonnya besar sekali, karena
memang tak banyak koleksi bukubuku Museum Kata yang bisa dilihat dan beberapa
ruang/bangunan tak bisa diakses. Sedih rasanya kehilangan kata di Museum Kata.
Terlepas dari
segala kekurangannya, Museum Kata Andrea Hirata menjadi catatan tersendiri dan harus
diapresiasi oleh masyarakat Indonesia. Kontribusi anak negeri dengan prestasinya
di bidang sastra. Semoga museum ini memberikan jejak yang lebih panjang dengan
koleksi yang lebih lengkap lagi sejatinya sebuah Museum.yk[]
Foto by Icky - Yunis Kartika dan dinding memorabilia Laskar Pelangi. |
“Aku rindu pada dunia sendiri di dalam kepalanya,
sebuah dunia kepandaian yang luas tak terbatas
dan kerendahan hati yang tak bertepi.”
—Andrea Hirata—
PS : sila menulis komentar, membagikan
atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling
mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^
#BPNRamadan
2023
#artikel5
0 comments:
Post a Comment