Lubang Japang Bukittinggi_ Edisi 3Some Travelers
3Some Travelers di Lubang Japang, Bukittinggi, Sumatera Barat. |
“Sejarah manusia bukanlah produk dari arah akal budi
manusia yang bijaksana, tetapi dibentuk oleh kekuatan emosi – impian kita,
harga diri kita, keserakahan kita, ketakutan kita dan keinginan kita untuk
membalas dendam.”
-- Lin Yutang –
Apa yang ada
dalam pikiranmu ketika akan memasuki sebuah gua/terowongan bawah tanah? Dalam pikiran
saya adalah lembap, gelap, sunyi, sempit, dingin, dan spooky. Terus
terang saya tidak menyukai jenis wisata atau pun jelajah ini. Sebagai anggota
Mapala Arga Wilis sejak perkuliahan dulu, saya paling menghindari
jelajah satu ini. Divisi susur gua (caving) akan menjadi pilihan akhir
bagi saya seandainya tidak ada pilihan lain lagi. Untungnya di Mapala terdapat
beberapa divisi lain yang bisa saya pilih, dan saya memilih divisi gunung
hutan. Jadi, Lubang Japang adalah gua pertama dalam sejarah perjalanan jelajah seumur
hidup saya. Wow banget! Xoxoxo… Selalu ada kali pertama bukan?
Lubang
Japang yang berada
di Bukittinggi sebenarnya jelajah atau susur gua yang sudah aman, nyaman dan
modern. Tidak diperlukan perlengkapan khusus dan pendidikan profesional untuk masuk serta mengeksplorasi tempatnya. Tidak
perlu head lamp, pelindung kepala atau helm, sepatu boot, coverall
–semacam baju bengkel, sarang tangan, cave pack, dan lainnya, kita bisa berjalan
santai ditemani tour guide (pramuwisata/pemandu wisata) yang siap
mengantar dan bercerita tentang sejarah Lubang Japang.
Ada ketidak
konsistensian menulis dan menyebutkan nama tempat ini. Dibeberapa tempat tertulis
“Lubang Japang”, dibeberapa tempat lain tertulis “Lobang Jepang”
dan “Lobang Japang”. Saya memutuskan untuk mengambil “Lubang Japang”,
disesuaikan dengan penulisan di pintu masuk selatan gua. Jadi, ketika nanti
berkunjung ke sana jangan bingung ya. Sayangnya, ini adalah hal yang luput saya
tanyakan pada tour guide-nya.
Dokumentasi 3Some Travelers - Tour Guide sedang menjelaskan denah Lubang Japang. |
Oke guys, kita mulai jelajahnya...
Untuk dapat melakukan
wisata ini, akan dikenakan tarif masuk yang dibedakan menjadi 3; domestik
dewasa Rp.15.000 rupiah, domestik anakanak (-12 tahun) Rp.10.000 rupiah, dan
wisatawan manca negara sebesar Rp.20.000 rupiah. Setelah membayar, bisa
langsung masuk dan mendapati area persiapan –saya menyebutnya demikan, yaitu
semacam teras dengan bangkubangku tetaman. Di sini, para tour guide
menunggu untuk mengantar wisatawan yang datang. Dan memang sebaiknya menggunakan
jasa tour guide agar lebih terarah, menghemat waktu, mendapat informasi
sejarah lebih lengkap, dan tentu kita tidak ingin tersesat di dalam jalurjalur terowongan
Lubang Japang yang banyak. Tour guide ini tidak gratis. Tidak ada tarif
khusus, namun pada akhir pengantaran kita bisa memberi dalam batas wajar.
Tepat
sebelum pintu masuk/keluar Lubang Japang terdapat denah yang menunjukkan
seberapa luas area gua/terowongan yang akan kita jelajahi. Berikut tertulis pula
fungsifungsi dari masingmasing ruang terowongan yang dibuat, yaitu; Pintu masuk,
Ruang Amunisi, Ruang Pelarian, Barak Militer Jepang, Ruang Sidang, Ruang Makan,
Penjara, Dapur, Pintu Penyergapan, Pintu Keluar, dan Pintu Penghubung.
Dokumentasi 3Some Travelers - Terowongan yang difungsikan sebagai ruang. |
Terdapat 21
ruangan dengan fungsi yang berbedabeda. 6 bekas gudang senjata sekaligus
terowongan amunisnya, di tengah 2 ruang makan khusus romusa –sebutan untuk
pekerja paksa zaman penjajahan Jepang, bersebelahan dengan ruang makan terdapat
1 ruang sidang yang juga adalah kantor rapat Jepang, dan yang lainnya sebagai
barak militer Jepang. Dari semua ruangan, yang paling menarik adalah dapur yang
bersebelahan dengan penjara. Dulu, dapur dipergunakan bukan untuk aktivitas
memasak, hanya sebagai samaran atau dapur kamuflase.
Dokumentasi 3Some Travelers - Tangga pendakian/turunan pintu selatan Lubang Japang. |
Untuk memasuki
gua/terowongan ini, bisa dari pintu utara yang memang sebenarnya pintu masuk yang
merupakan titik awal dari pembangunan gua/terowongan, atau dari pintu selatan
tepat sebelum menuruni tangga dengan kemiringan cukup curam yang sebenarnya adalah
pintu keluar. Seperti yang dijelaskan di atas, kami masuk dari pintu selatan,
yang merupakan pintu keluar.
Dengan luas
panjang keseluruhan +/- 5.470M, pembangunannya total dikerjakan oleh romusa
untuk kepentingan pertahanan pendudukan penjajahan Jepang. Dengan membelah
bukit mengandalkan sebanyakbanyaknya tenaga kerja paksa yang didatangkan dari
pulau Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Jepang sengaja tidak melibatkan pekerja
dari warga wilayah setempat agar rahasia pembangunan tidak terbongkar. Selain,
Jepang memanfaatkan untuk meminta bahanbahan makanan pada warga sekitar, yang seringkali
disebut sebagai perampokan upeti. Romusa diberi makan bubur, ubi dan jagung. Sementara
mereka dipaksa harus bekerja 20 jam/hari, selama 2 tahun pembangunan Lubang
Japang dengan menggunakan peralatan manual serta penerangan obor. Untuk mengeluarkan
tanah galian dengan menggunakan troli, terdapat rel kereta troli di dalam terowongan.
Dokumentasi 3Some Travelers - Foto panorama di dalam Lubang Japang, Bukittinggi, Sumatera Barat. |
Beberapa terowongan
terlihat lebih pendek, asli, alami, dan tidak dipugar demi menjaga nilai
sejarahnya. Jepang memilih Bukittinggi untuk membuat terowongan karena tanah di
perbukitan menguntungakan dalam segi bertahan dari tentara Sekutu, juga tahan
terhadap rembesan air. Tanah cadas sifatnya menyerap air, sehingga air tidak
mengalir kebawah namun langsung diserap oleh tanah dan setelah kering tanahnya
menjadi semakin keras.
Lubang
Japang ini berbentuk seperti huruf ‘T’. Secara khusus terowonganterowongan
dibuat dengan tujuan sebagai tempat perlindungan menghadapi perang asia pasifik
atau asia timur raya. Lubang Japang dibangun bertepatan dengan perang dunia II.
Karena kekalahannya, Lubang Japang tidak sempat dipakai. Namun, seandainya Jepang
menang, bisa jadi Lubang Japang akan lebih luas pembuatannya hingga menyerupai
kota bawah tanah. Dalam perencanaannya akan dibangun pula rumah sakit, pemancar
radio dan pembangkit listrik.
Kami menyusuri
jalur utama, sementara terowonganterowongan lain bersifat connecting kooridor.
Pintu pelarian dibuat khusus untuk tentara Jepang kabur jika diserang oleh
Sekutu. Jalur pelarian ini sangat berguna sebagai pentilasi dan perputaran
udara. Dindingdinding terowongan telah mengalami restorasi dengan pelapisan
menggunakan semen. Namun sayang, tangantangan jahil mengotori beberapa bagian
dengan mencoratcoretnya, meski pun menurut tour guide pelaku telah
diberi sangsi atas kejahilannya tersebut.
Dokumentasi 3Some Travelers - Dinding tanah yang diduga mengandung intan. |
Menuju dapur
kamuflase dan penjara, sebagian besar dinding ruang dapur dibiarkan asli tanpa
semen dan memperlihatkan dinding yang berkilau. Kilauannya makin jelas terlihat
ketika tertimpa lampu sorot dari telepon genggam. Hal ini dikarenakan dinding
tersebut mengandung unsur intan. Namun tidak diceritakan secara detail apakah
menghasilkan intan secara masif atau tidak. Kembali ke dapur, sebuah
ruang tanpa aktivitas memasak ini merupakan “dapur pembantaian” bagi romusa
yang lelah, bekerja lambat, dan membangkang. Mereka akan disiksa tentara Jepang
hingga mati. Pekerja yang mati akan dibuang melalui lobang/saluran pembuangan
mayat yang berada di ujung ruang dapur. Besarnya lobang pembuangan hanya cukup
untuk satu badan pekerja dewasa. Hasil penelitian ahli desain bangunan
menyebutkan bahwa tempat pembuangan mayat tersebut memiliki panjang ke bawah 30M,
ditambah 15M lagi terputus jurang lembah Ngarai Sianok yang identik dengan
sungai. Jadi, desain lobang pembuangan mayat ini langsung turun menuju sungai
agar mayat tidak menumpuk dan bau.
Dokumentasi 3Some Travelers - Dapur pembantaian dan lobang pembuangan mayat. |
Sebelum dibuka
menjadi tempat wisata sejarah, dilakukan penetralisiran terhadap Lubang Japang.
Beberapa nama diantaranya bahkan dikenal sebagai ahli mistik. Bagaimana tidak? Setelah
kekalahan Jepang pada perang dunia II, pembangunan gua/terowonganterowongan
Lubang Japang dihentikan. Seluruh pekerja paksa tidak ada satu pun yang
selamat. Diperkirakan puluhan ribu orang menjadi korban romusa pembuatan Lubang
Japang tahun 1942.
*
Dokumentasi 3Some Travelers - Jalur utama Lubang Japang, Bukittinggi, Sumatera Barat. |
Lubang Japang kini memang hanya jalur terowonganterowongan kosong, namun sejarah panjang penderitaan bangsa Indonesia yang dipaksa membangun dengan keringat, air mata, nyawa, dan darah tidak akan pernah bisa dihapuskan. Perang dan penjajahan bagaimana pun bentuknya akan selalu memberikan penderitaan panjang tiada akhir, baik untuk penjajah mau pun yang terjajah. Sepatutnya kini kita mensyukuri penjajahan di Bumi Pertiwi telah berakhir. Apakah Lubang Japang hanya akan menjadi sepenggal kisah sejarah, atau menjadi cermin besar bahwa kemerdekaan dan kebebasan tidak diberikan secara gratis. Semoga kelak negeri ini benarbenar bebas dari segala macam bentuk penjajahan. Setelah pengalaman pertama menyusuri gua/terowongan/lubang, saya masih tetap pada pendirian; tidak menyukainya dengan alasan yang sama. Xoxoxo…
Selamat mudik untuk keluarga, sahabat, rekan dan kawan sepatusepatuyunis. Tetap prokes, utamakan keamanan, kenyamanan, kesehatan dan enjoy the ride. Dua hari menuju Idul Fitri 1443H, sepatusepatuyunis mengucapkan; "Minal 'Aidin wal-Faizin... Lebur, lebur, lebur... Mohon maaf lahir dan batin".yk[]
“Dan sejarah akan menulis; di sana di antara benua Asia dan Australia, antara Lautan Teduh dan Lautan Indonesia adalah hidup satu bangsa yang mulamula mencoba untuk kembali hidup sebagai bangsa, tetapi akhirnya kembali menjadi satu kuli di antara bangsabangsa, kembali menjadi; Een natie van koelies, en een kolie onder de naties.
Maha besarlah Tuhan yang membuat kita sadar kembali sebelum kasip.”
-- Soekarno –
PS
: sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya
untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi.
0 comments:
Post a Comment