Situs Candi Sewu Yang Tak Genap Seribu_ Edisi Samayo

 

Situs Candi Sewu
Dok pribadi - Samayo di Situs Candi Sewu, Jawa Tengah.


 

“ditiupkan api jiwa dalam semangat mewariskan | dipahatkan api suci ke dindingdinding candi | disiramkan air kebajikan menjadi berakitrakit kisah | dicitrakan gagah candi dengan lembut pesanpesan damai Buddha dan Syiwa…|

—Amir Machmud NS—

 



 

Situs Candi Sewu sebenarnya berada di dalam komplek Candi Prambanan, kurang lebih sekitar beberapa ratus meter jaraknya. Kukira lebih baik dituliskan secara terpisah karena Candi Sewu memiliki ceritanya sendiri yang cukup panjang dan merupakan candi berlatar agama Buddha—meskipun dibangun oleh seorang raja Hindu yaitu Rakai Pikatan—sehingga berbeda dengan Candi Prambanan yang merupakan candi berlatar agama Hindu.

 

Situs Candi Sewu
Dok pribadi - Kompleks Situs Candi Sewu.

Situs Candi Sewu
Dok pribadi - Bebatuan candi yang masih dalam pemugaran dan pembangunan ulang.

Saking banyaknya candi, seringkali wisatawan mengira bahwa Candi Sewu benarbenar berjumlah seribu. Selain arti sewu dalam bahasa Jawa adalah seribu, faktanya jumlah seluruh candi di komplek Candi Sewu tidak mencapai seribu. Legenda Roro Jonggrang memberikan kontribusi terbesar dalam penyebutan nama candi ini. Seperti yang sudah dibahas dalam artikel Candi Prambanan (baca : Candi Prambanan dan Legenda Roro Jonggrang_ Edisi Samayo | sepatusepatu yunis, legenda ini berkisah tentang permintaan Putri Roro Jonggrang untuk dibuatkan 1000 candi sebagai syarat untuk bisa menikahinya. Permintaan ini adalah bentuk penolakan terselebung terhadap pinangan Raden Bandung Bandawasa yang telah membunuh ayahnya di medan perang. Dengan berbagai cara akhirnya Roro Jonggrang berhasil menggagalkan upaya Bandung Bandawasa membangun 1000 candi, hingga membangkitkan amarah dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca.

 

Situs Candi Sewu
Dok pribadi - Dwarapala patung besar penjaga pintu masuk ke Candi Sewu.

Candi Sewu dikelilingi pagar batu dan pintu masuknya dijaga oleh Dwarapala—patung batu berukuran besar dengan perut yang juga besar memegang senjata serupa alat pukul. Total keseluruhan candi di komplek Candi Sewu berjumlah 249, terdiri dari 1 bangunan candi utama, 8 candi apit, dan 240 candi perwara—candi kecilkecil—yang bangun mengelilingi candi utama dan tersusun dalam bentuk mandala yang merupakan perwujudan alam semesta dalam kosmologi Buddha Mahayana. Sementara candi utama membentuk poligonal (segi banyak) berdiameter 29 meter menjulang hingga ketinggian 30 meter. Konfigurasi sismetrikal bangunan candi ini merupakan simbol dari keharmonisan alam raya. Semua struktur bangunan candicandi terbuat dari bebatuan andesit. Saking luasnya, UNESCO menjadikan Candi Sewu sebagai komplek Candi Buddha terluas di Indonesia dan terbesar kedua setelah Candi Borobudur.

 

Dibangun pada abad ke-8 menjadikan Candi Sewu candi tertua sebelum Candi Borobudur dan Prambanan. Candi yang memiliki nama asli Manjusri grha atau Rumah Manjusri. Nama ini berkaitan erat dengan Prasasti Manjusrigrha yang diketemukan tahun 1960, di salah satu candi perwara dengan pahatan angka tahun 714 Saka atau 792 Masehi. Prasasti ini berisi tentang penyempurnaan dan perluasan Candi Sewu oleh Dang Nayaka Dirandalurawa sebagai persembahan untuk Raja Rakai Panangkaran yang merupakan raja Mataram Kuno kedua yang telah menjelma ke alam kedewataan.*

*Dari berbagai sumber

 

Dari masa ke masa, Candi Sewu terus mendapatkan perawatan dan pemugaran seperti halnya Candi Prambanan dan candicandi lainnya di Indonesia. Cuaca dan bencana alam serupa momok yang memengaruhi kondisi candi seiring waktu dalam upaya memertahankan keaslian bentuk awalnya. Aku ingat Yunis memejamkan mata, bagai tersirap ke masa lalu. Dengan mata hatinya Yunis merasai bahwa di sini, di tanah yang sedang dijejaknya, dulu sekali, berabad jauhnya, ada sebuah koloni masyarakat di bawah perintah seorang raja bergotong royong membuat bangunanbangunan indah menjulang terbuat dari batu. Bersamasama menyusun satu demi satu batubatu tanpa alat berat, tanpa teknologi, mengorbarkan harta, jiwa dan raga. Persembahan tertinggi untuk memuliakan para Dewata. Hadiah purbakala untuk kita.yk[]

 


 

“Sejarah sejatinya adalah pengakuan lantaran ada fakta |

untuk sepenuhnya kita tera dalam batubatu dan lontar penanda…|

—Amir Machmud NS—

 





 

PS : sila menulis komentar, membagikan, atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 

0 comments:

Post a Comment