Tugu Peringatan Korban Perang Dunia II di Tanjung Kalian Muntok_ Edisi Olwen
Foto by Icky - Yunis Kartika di Tugu Peringatan Korban PD II Tanjungn Kalian, Muntok. |
“Laut tidak lain adalah perpustakaan dari semua air mata
dalam sejarah.”
—Daniel Handler—
Konon di
abad ke 21 ini manusia sudah lebih beradab. Sejarah dan kebudayaan di masa
lampau disebut sebagai peristiwa pembelajaran dan kenangkenangan panjang
perjalanan hidup manusia sejak sebelum masehi. Hasrat purba manusia untuk
saling menguasai (baca; perang) dikatakan perilaku barbar saat ini. Namun
benarkah demikian?
Tak usah
jauh menelaah negaranegara lain. Indonesia, negara kita tercinta ini telah
mengalami pasang surut perang dan penjajahan lebih dari 3,5 abad catatan
sejarah. Hingga kini. Perang antar suku masih kita dengar di beberapa bagian
wilayah Indonesia. Insiden berdarah adu tembak kerap disiarkan oleh berbagai
media nasional. Ragam mediasi pihak pendamai tak pernah mencapai kesepakatan. Isuisu
politis dan ideologis menjadi tema utama yang memantik perseteruan. Ini kah
yang dikatakan peradaban?
*
Dok pribadi - daftar namanama penumpang kapal SS Vyner Brooke. |
Sisa jingga
tinggal sejengkal, ketika Yunis berdiri di depan sebuah tugu peringatan. Sebuah
tugu pengingat untuk para korban Perang Dunia ke II. Sebuah tulisan panjang
tersemat, berbunyi; “8th Australian Divison, 2nd
Australian Imperial Force. This memorial honoursthe heroism and sacrifice of
member of the Australian of Army Nursing Service, who serven in the Bangka area
in the sea and World War during the years 1942-1945. Lost at sea off Bangka
Island when SS Vyner Brooke was bombed and sunk by Japanese air craft on 14th
February 1942. Shot and killed on Raji Beach by Japanese soldiers on 16th
February 1942.”
Tugu
peringatan korban Peran Dunia II ini letaknya di bibir pantai Tanjung Kalian, tidak
jauh dari menara suar Tanjung Kalian. Dibangun pada tanggal 2 Maret 1993 sebagai
penghormatan untuk para korban Perang Dunia II dan tenggelamnya kapal SS Vyner
Brooke di Bangka tahun 1942. Sebuah kapal membawa tentara Inggris yang terluka
dan para juru rawat Australia mengungsi dari Singapura untuk menghindari
serbuan pasukan Jepang. Sayangnya berakhir
dengan ditenggelamkan oleh pesawat pengebom Jepang di wilayah Selat Bangka.
Dok pribadi - didedikasikan khusus untuk para juru rawat kapal Vyner Brooke. |
Dok pribadi - kisah setelah pengeboman yang diceritakan oleh Vivian Bullwinkell. |
Sebagian
awak kapal yang selamat dan sampai ke
tepi pantai wilayah Muntok Pulau Bangka, dibunuh langsung di tempat itu juga oleh tentara
Jepang. Sebagian yang selamat ditangkap, kemudian ditahan dalam kamp
tawanan perang tentara Jepang. Para korban yang meninggal pada saat pengeboman
berjumlah 12 orang, korban yang ditembak di pantai berjumlah 21 orang. Yang
tewas dalam masa tahanan Jepang di Sumatera berjumlah 4 orang dan yang bisa
kembali ke Australia berjumlah 12 orang.
Seorang juru
rawat bernama Vivian Bullwinkell selamat dari pembantaian dan terdampar di
pantai Radji, Tanjung Kalian. Lima tahun kemudian, Vivian bersaksi di pengadilan
kejahatan perang di Tokyo atas tragedi kemanusiaan tersebut.
Tugu peringatan
korban Perang Dunia II, bukan hanya sebagai pengingat bagi mereka yang menjadi
korban saja. Tetapi menjadi tugu penghormatan kepada seluruh masyarakat Muntok
yang membantu para korban selamat dari peristiwa itu. Selain tugu peringatan, ada
pula acara tahunan setiap bulan Februari yang dilakukan oleh negara Australia
bersama Indonesia khususnya masyarakat Muntok, yaitu penghormatan dengan peletakan
karangan bunga dan menabur bunga di laut.
Jadi, jika ingin melihat dan menjadi bagian dari acara ini, anda bisa datang
pada tanggal 14 Februari. Acara peringatan ini terbuka untuk umum.
*sumber informasi didapat langsung dari Tugu Peringatan
Korban Perang Dunia II
Dok Pribadi - sisi lain dari Tugu Peringatan Korban Perang Dunia II di Tanjung Kalian, Muntokl. |
Ketika
menulis ini Yunis merasakan ada ironi tersendiri. Sejatinya ilmu pengetahuan,
teknologi, dan keyakinan mendorong manusia untuk lebih welas asih, bukan malah
sebaliknya. Usia bumi yang semakin tua dengan segala persoalannya tidakkah
cukup membuat kita lebih bertafakur? Perang tidak membawa kebaikan bagi
pemenang apalagi yang kalah. Perang bukan hanya berdampak bagi dua pihak, tapi
berdampak bagi seluruh penghuni bumi dan bumi itu sendiri. Suka atau tidak,
kita hanya memiliki 1 bumi yang kita tinggali. Jika bumi ini hancur, pemenang
perang pun ikut terkubur.
Apa yang disombongkan
ketika kita tidak lagi jadi bagian dari kehidupan itu sendiri? Tugu pengingat
apa yang ingin dibangun? Sebagai antagonis yang arogan, jahat dan penuh
kebencian? Atau sebagai protagonis yang welas asih? Sebab tugu pengingat, bisa
jadi bukan hanya sebatas bangunan fisik. Lebih dari itu, ia ada di setiap hati
yang tersentuh sebagai bukti kemanusiaan.yk[]
Dok pribadi - Tugu Peringatan Korban Perang Dunia II di Tanjung Kalian, Muntok, Bangka Barat. |
“Anda tidak harus kehilangan kepercayaan pada
kemanusiaan.
Kemanusiaan adalah lautan.
Jika beberapa tetes laut kotor, lautan tidak menjadi
kotor.”
—Mahatma Gandhi—
PS : sila untuk menulis
komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa
dan saling mengunjungi.
0 comments:
Post a Comment