“Dempu Awang” Legenda Batoe Balei Muntok Bangka Barat_ Edisi Olwen

  

yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.

 

 

 

“Masyarakat disatukan oleh kebutuhan kita; kita mengikatnya bersama dengan legenda, mitos, paksaan, takut bahwa tanpanya kita akan terlempar ke dalam kehampaan itu. Dimana seperti bumi sebelum firman diucapkan, fondasi masyarakat tersembunyi.”

—James Baldwin—

 

 

 

  

Ingat nggak kapan pertama kali anda mendengar atau didongengkan ceritacerita rakyat tentang asal muasal sebuah tempat atau benda di suatu daerah? Dongengdongeng tersebut menurut saya (sebagai sepatu yang gaul, xoxoxo…) agak miripmirip, dan tentu saja semua dongeng itu berisikan pesan moral. Bagaimana menghormati orang tua, bagaimana memperlakukan orang dengan baik, atau tentang karma yang dibayar kontan akibat perbuatan buruk, dan sebagainya.

 

Yunis sendiri sepertinya mengingat kisah sebuah dongeng dikisaran usia sekolah dasar. Jauh sebelum itu, jujur pasti dia tidak ingat. Bisa jadi orang tuanya pernah mendongengkan menjadi pengantar tidur, atau cerita penghangat ketika berkumpul keluarga. Sambil menulis ini, kentara sekali Yunis mengingatngingat apakah sebelum masuk sekolah dasar ada dongeng yang pernah dikisahkan kepadanya? Dari gelengan kepalanya yang keras, saya bisa menduga; dia tidak ingat. Ups! Di usianya sekarang, mengingat hal yang terjadi di masa kecil tentulah sulit.

 

Dongengdongeng legenda ini menjadi salah satu cerminan budaya lokal masyarakat Indonesia. Tumbuh kuat mengakar, diceritakan dari generasi ke generasi hingga kini. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia biasanya menjadi muatan lokal yang wajib dipelajari oleh siswa. Nah, Batoe Balei yang berada di Kampung Balai, Kelurahan Tanjung, Muntok, Kabupaten Bangka Barat ini juga memiliki plot kisah serupa dengan cerita Malin Kundang dari Ranah Minang, provinsi Sumatera Barat. Kisah tentang seorang anak yang malu mengakui ibunya ketika si anak telah berhasil mengumpulkan pundipundi kekayaan. Kemudian ibu yang tersakiti memanjatkan doa pada semesta hingga doa tersebut dikabulkan, dan anak durhaka mendapat karma. Ini cerita lengkapnya…

 


batoe balei muntok
Dok pribadi - bentuk yang mirip buritan kapal dengan alur polka, Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.

Alkisah, tersebutlah seorang pemuda bernama Dempu Awang. Seharihari bekerja sebagai pembersih ikan yang baru ditangkap nelayan. Dengan upah beberapa ekor ikan kecil. Ayahnya meninggal ketika masih kecil, sehingga dia hanya tinggal bersama ibunya. Sang ibu bercocok tanam di ladang kecil untuk memenuhi kebutuhan seharihari mereka berdua.

 

Suatu malam usai makan malam bersama sang ibu, Dempu Awang berbaring di ranjang beralas tikar. Namun matanya enggan terpejam, sesuatu yang berat mengganggu pikirannya. Hingga pagi menjelang, Dempu Awang berangkat bekerja. Di sana Dempu menemui Nahkoda kapal untuk meminta pekerjaan. Setelah berbicara dan menyampaikan niatnya, barulah diketahui bahwa nahkoda bukan pemilik kapal. Namun dia akan membantu Dempu bertemu pemilik kapal agar diberi pekerjaan di Banda Malaka.

 

batoe balei muntok
Dok pribadi - bebatu besar dan sedang yang bertumpuk, Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


batoe balei muntok
Dok pribadi - bebatu sedang yang menyangga batu buritan, Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


Mendengar anaknya memohon izin untuk berangkat ke Banda Malaka, sang ibu mencoba menahan karena kondisi dirinya beranjak tua. Si anak meyakinkan bahwa kepergiannya untuk mendapat pekerjaan yang baik demi membahagiakan ibunya. Singkat cerita, Dempu Awang dipertemukan dengan saudagar pemilik kapal dan akhirnya diberi pekerjaan. Seiiring waktu, kesungguhan Dempu Awang membuahkan hasil. Kepercayaan saudagar bertambah, Dempu Awang diberi tanggungjawab besar. Dari buruh kasar menjadi kepala gudang.

 

batoe balei muntok
Dok pribadi - cagar alam Batoe Balei salah satu ikon kota Muntok, Bangka Barat.

Tahun berganti tahun, Dempu Awang menabung hingga mampu membeli kapal sendiri dan berhasil menjadi salah satu saudagar kaya dan menikahi putri bangsawan. Rasa ingin tahu istri Dempu terhadap ibunya, membawa mereka kembali ke kampung halaman Dempu. Setelah berlayar cukup lama, sampailah mereka. Dempu Awang yang dikenali oleh orang di kampung halaman meminta tolong agar ibunya dipanggil ke kapal. Melihat kondisi dan keadaan ibunya ketika mereka berhadapan, membuat Dempu Awang seketika merasa malu dan enggan mengakui wanita tua miskin itu sebagai ibu kandungnya. Dengan katakata kasar Dempu Awang mengusir ibunya turun dari kapal, dan dia segera berlalu dengan kapalnya. Perlakuan kejam anaknya menorehkan luka dalam, sehingga sang ibu memanjatkan doa. Doa yang lahir dari kesedihan mendalam membuahkan petaka bagi Dempu Awang berupa badai dan cuaca buruk menerjang kapalnya. Ketika reda dan cuaca kembali cerah, tetiba muncul sebuah batu besar terdampar yang menyerupai kapal. The end.

 

Yang tidak pernah benarbenar diceritakan dalam dongengdongeng semacam ini adalah bagaimana keadaan orangorang baik yang ikut terimbas karma buruk si tokoh. Apakah mereka selamat, atau terpaksa menerima takdir dan konsekuensi karena berada dalam kapal yang sama? Kalau kata Gordon Freeman; The right man in the wrong place. Mungkin itu yang dinamakan ‘open ending’ alias terserah masingmasing dari kita untuk memaknai seperti apa, selama tidak mengganggu plot utamanya. Mungkin.

*

 


batoe balei muntok
Dok pribadi - detail alur pada Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


batoe balei muntok
Dok pribadi - perkebunan sawit mengapit Batoe Balei, terlihat pula sesampah berserakan.

Batoe Balei merupakan kawasan wisata yang tidak terlalu besar, cenderung lengang, diapit perkebunan sawit. Karena letaknya di pinggir jalan umum yang terbuka, pengunjung tidak dikenakan retribusi. Batoe Balei adalah batu besar yang bertumbuk dua. Bagian atas batu ini menyerupai buritan sebuah kapal, membentuk aluralur tempat mengikat terpal. Pada sisi lain, terlihat batubatu ukuran sedang dan besar menjadi penyangga dari batu buritan.

 

Sayangnya, lagilagi sampah pengunjung menjadi permasalahan lain. Di sekitar batu, berserakan sampah terutama bekas minuman kemasan. Padahal Batoe Balei masuk dalam direktori pariwisata pemerintah dengan tagline-nya ‘Pesona Indonesia’. Edukasi sampah sejatinya menjadi tanggungjawab bersama dari hulu ke hilir secara terusmenerus. Sehingga kebersihan bukan sekadar mitos atau legenda seperti Dempu Awang dan Batoe Balei.yk[]

 

 


yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


  

 

“Saat ini, fungsi seniman adalah membawa imajinasi ke sains, 

dan sains ke imajinasi, tempat mereka bertemu dalam mitos.”

—Cyril Connolly—

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 

 

 

0 comments:

Post a Comment