Pesanggrahan Menumbing Muntok Bangka Barat_ Edisi Olwen

  

pesanggrahan menumbing muntok
Olwen di kaki bukit Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

 

 

 

“Djauh dari pada mendjari kedudukan untuk selamalamanya, kewadjiban pemimpin dalam demokrasi ialah mendidik dan mendjarikan penggantinya sendiri.

Hanya dengan begitu terdjamin kelandjutan organisasi!”

— M. Hatta, Menumbing, 2 Juli 1949—

 

 

 

 

Apakah anda pernah mengunjungi tempattempat pembuangan dan pengasingan para pejuang kemerdekaan beserta Presiden Republik Indonesia pertama? Tempat pembuangan dan pengasingan tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Di antaranya adalah Bukit Menumbing yang berada di Muntok, Kabupaten Bangka Barat.

*

 

Hari ke-2 di Pangkalpinang, Bangka, kami berencana melakukan perjalanan menuju tempat terjauh dulu-setelah sebelumnya berkonsultasi dengan kawan baru kami koko Rudy-yaitu ke Muntok, Bangka Barat. Sekitar pukul 9 pagi usai sarapan dan urusan rutin pagi lainnya, kami sudah siap di lobby menunggu dijemput. Diperkirakan perjalanan dari Pangkalpinang ke Muntok memakan waktu 3 jam. Tujuan kami sebanyakbanyaknya mengunjungi tempat di Bangka Barat, semisal; Bukit Menumbing atau Pesanggrahan Menumbing, Batoe Balei, Museum Timah Indonesia Muntok, Pasanggrahan BTW Roemah Singgah, Kelenteng Kong Fuk Miau dan Masjid Jami (bersebelahan), Mercusuar Tanjung Kalian Light House (Tugu Kenangan Para Perawat Vyner Brook, Pantai Tanjung Kalian) dan rencananya ditutup dengan kuliner mie ayam halal Yenyen di Pangkalpinang. Sebetulnya masih banyak tempattempat lain yang bisa dikunjungi di Muntok. Jika anda ke Bangka, kami sarankan meluangkan paling tidak 2 hari untuk bisa menyisir tempattempat secara maksimal. Dan sebaiknya menginaplah di Muntok, karena jika anda menginap di Pangkalpinang atau Sungailiat, kemungkinan waktu akan habis di perjalanan meski pun berkendara di sana seperti di jalan bebas hambatan. Namun mengingat ratarata tempat bersejarah memiliki jadwal kunjungan yang dibatasi waktu, tentu pulang pergi dari tempat yang jauh tidaklah efektif.

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok Pribadi - Yunis Kartika di pos penjagaan dengan latar bukit Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Setelah 3 jam perjalanan, sampailah kami di daerah Bukit Menumbing. Pesanggrahan Menumbing terletak di puncak bukitnya. Dari kaki bukit atau pos awal ucapan selamat datang masih memerlukan waktu sekitar 10 menit dengan rute jalan menanjak hanya cukup untuk satu buah mobil saja. Seluruh jalanan sudah beraspal, tapi kehatihatian tetap diperlukan. Ada tikungantikungan menanjak dan tajam. Jika harihari padat kunjungan ada petugas yang akan memberlakukan buka-tutup dari arah masuk dan arah keluar, sehingga pengunjung dan kendaraan tidak akan berebut jalan.

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - sepatusepatuyunis di pos tiket Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Udara di bukit Menumbing sangat sejuk. Sepanjang jalan menuju puncak bukit merupakan hutan lindung dengan pepohon tinggi. Aura kesejarahan semakin terasa ketika mendekati bangunan yang menjadi tempat pengasingan meski secara keseluruhan bangunan telah direstorasi bahkan direnovasi dengan menambahkan ini itu dibeberapa bagian bangunan.

 

Suasana sepi, tidak terlihat petugas apalagi pengunjung. Rupanya pemilihan waktu Yunis kurang beruntung! Bagaimana tidak? Setelah perjalanan 3 jam, harus menunggu hampir 1 jam karena petugas kebetulan beristirahat (waktu menunjukkan pukul 12.14 ketika tiba), lalu ditolak masuk ruang museum dengan alasan: renovasi dan menunggu teknisi! Wow!! Tapi bukan Yunis namanya jika mundur begitu saja, dengan bantuan koko Rudy, Yunis meminta bernegosiasi agar kami diperbolehkan masuk meski hanya sebentar, karena kami datang  jauh dari luar pulau. Singkatnya kami diperbolehkan melihatlihat museum meski ruang pamer tidak dalam kondisi maksimal dengan biaya tiket masuk Rp.20.000,-/orang.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - suasana di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Ruangan pertama adalah tempat pembayaran tiket menyatu dengan beberapa memorabilia Soekarno dan para pejuang yang menepati Pesanggrahan Menumbing. Fotofoto usang berfigura, perabotan tua dengan kisahnya yang memerlukan perbaikan, bendabenda bersejarah lainnya yang diletakannya seadanya. Ada rasa ngilu dengan cara perlakuan bendabenda bersejarah. Bukan hanya di satu tempat hal ini terjadi, sudah sering Yunis melihatnya. Tidak heran jika sebagian besar dokumen dan bendabenda bersejarah lainnya berada di Belanda. Mungkin dengan begitu kelangsungan buktibukti sejarah akan bertahan lebih lama dan terawat.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - Memorabilia sejarah pengasingan tokoh perjuangan RI di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - ruang pamer dalam dengan suasana pop-art di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Ruang bagian dalam, kesan modern sangat terasa. Pop-art. Penggunaan akrilik sebagai media informasi berbentuk potretpotret tokoh berdiri cukup menarik. Ruangan cenderung gelap. Ada spot khusus untuk film dokumenter 3D, kata petugas, dan spot inilah yang memerlukan kehadiran teknisi yang kebetulan teknisi tersebut harus diterbangkan dari Jambi. Petugas menambahkan, bahwa renovasi dan perbaikan baru dimulai hari itu, tepat dimana Yunis berkunjung! 

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - mobil antik bersejarah, saksi mobilitas Soekarno selama di Muntok, Bangka Barat.

Sebuah mobil terpajang. Mobil yang digunakan oleh Soekarno selama di pengasingan dan menjadi penyokong mobilitasnya. Kemudian memasuki ruang kerja yang digunakan oleh Bung Hatta. Tiga buah kursi dan sebuah meja kerja yang juga memerlukan ‘perhatian’ atau memang sengaja dibiarkan adanya? Ruangan tempat dimana menuliskan dan mendiskusikan ideide untuk Indonesia. Mata Yunis berkacakaca, selalu sentimentil dan terbawa suasana, memang.... Ruangan dipenuhi dengan memorabilia berbagai kegiatan para pemimpin Republik Indonesia di pengasingan, fotofoto selfie para tokoh dan kontruksi serta denah bangunan awal Pesanggrahan Menumbing. Ruang selanjutnya adalah kamar tidur. Ada lubang di plafon dan langitlangit, jika hujan turun kemungkinan besar bocor. Mungkin bagian ini yang akan diperbaiki juga? Ehmm… Bagian dalam, tidak sekokoh dan sebagus bagian luar.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - ruang kerja Bung Hatta di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - kamar tidur tokoh perjuangan RI di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


Kemudian petugas mengajak kami untuk melihat bagian atap bangunan. Untuk mencapai ke sana menggunakan tangga yang berada di luar. Dari lantai dua, terlihat pemandangan ke arah luasnya laut. Kami naik lagi ke lantai tiga. Di sini pemandangan jauh lebih menakjubkan. Bendera merahputih terpancang di tiap sudut tembok, angin laut sesekali menghembus kencang mengibarkan bendera dan menimbulkan suara hentakan kain. Lantai tiga ini merupakan helipad atau landasan untuk helikopter. Dan kata petugas lagi, dulu helikopternya sempat tersimpan di helipad tersebut. Sayangnya kini tidak memungkinkan dan dibawa entah kemana, dan tuntaslah kunjungan kami.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - bagianbagian bangunan Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - helipad di lantai 3 Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


Oya, seringkali Yunis menanyakan siapa yang mengambil dokumentasi kegiatankegiatan kenegaraan mau pun non kenegaraan pada petugas museum. Namun, kebanyakan jawaban dari mereka adalah ‘kurang tahu’ atau ‘tidak tahu’. Seperti fotofoto memorabilia di Pesanggrahan ini, tanpa nama. Padahal kerja pendokumentasian sama agungnya dengan perjuangan itu sendiri. Lewat kerja mereka, kini, dokumentasi tersebut ‘berbicara’, menjadi bukti bahwa sejarah ada dan dibuat. 

Untuk setiap jurnalis di masa itu, salut dan penghargaan sebesarbesarnya.

*

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - desain Berghotel Menumbing koleksi Pesanggrahan Menumbing Muntok, Bangka Barat.

Pesanggrahan Menumbing awalnya bernama Berghotel Menumbing, yaitu bangunan peristirahatan yang dibangun pada ketinggian 410 mdpl oleh Banka Tin Winning (BTW) Tambang Timah Bangka sekitar tahun 1927. Komplek peristirahatan ini terdiri atas tiga buah bangunan beratap datar yang berfungsi sebagai lantai atas bangunan untuk menikmati suasana alam dan kesejukan udara pegunungan.

 

Pesanggrahan Menumbing merupakan rumah peristirahatan atau penginapan milik perusahaan Timah Balanda Bangka Tin Winning (BTW). Pada tahun 1927, J.G. Bijdendijk kepala BTW menyetujui pembangunan hotel ini dengan fasilitas modern yang mewah. Berghotel (bukit peristirahatan) Menumbing secara resmi dibuka pada tanggal 28 Agustus 1928 dengan fasilitasfasilitas seperti listrik, air mengalir, telepon, serta lapangan tenis. Jalan masuk komplek ini melewati jalan aspal berliku yang cukup hanya untuk satu mobil. Jalan ini dibangun oleh pribumi dan para pekerja dari Cina yang dibayar oleh BTW.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - panorama di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


Secara umum, Berghotel Menumbing terdiri dari tiga buah bangunan yang bergaya arsitektur Nieuwe Zakelijkheid, antara lain bangunan utama, paviliun I, dan paviliun II. Bagian atap ketiganya dibuat datar yang berfungsi sebagai menara pandang.

 

Lewat agresi militer tahun 1848, pemerintah Belanda mengasingkan beberapa pemimpin negeri. Mereka adalah Bung Hatta, A.G Pringgodigdo, Assa’at dan Komodor Soerjadi Soerjadarma. Menyusul kemudian Ali Sastroamidjodo dan Moh. Roem yang diterbangkan dari Jogyakarta. Bung Karno dan Haji Agus Salim kemudian diterbangkan pula dari Parapat, Sumatera Utara. Berkumpul meramaikan pembicaraan dan diskusi tentang masa depan negeri.

 

Semua pemimpin RI ditempatkan bersama di Pesanggrahan Menumbing. Namun, lantaran tak nyaman dengan udara dingin, Bung Karno dipindahkan ke Wisma Ranggam. H. Agus Salim, Moh. Roem dan Ali Sastroamidjojo ikut menemani. Dengan demikian para pemimpin RI yang ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing ialah Moh. Hatta, A.G. Pringgodigdo, Asa’at dan Suryadarma. Di tempat ini juga para pemimpin RI menerima kunjungan utusan Komisi Tiga Negara (KTN) dan para jurnalis internasional yang mewartakan kondisi dan situasi Indonesia ke luar negeri serta ide pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga dipercikan di tempat ini saat pertemuan Bung Hatta dengan utusan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), antara lain dengan Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid II.

 

Belanda membuang dan mengasingkan para pemimpin bangsa ke Bangka dengan asumsi Bangka adalah wilayah kekuasaan Belanda dengan komposisi etnis mayoritas Tionghoa dan Melayu, yang tidak mendukung perjuangan kemerdekaan RI. Belanda keliru! Masyarakat Bangka menyambut dengan sukacita dan mengeluelukan kedatangan pemimpin bangsa di tempat mereka.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - memorabilia kegiatan para tokoh RI bersama masyarakat Muntok dan tokok internasional,
Muntok, Bangka Barat.


Harmonisasi antar warga Melayu dan Tionghoa di Bangka begitu kental dan sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang mereka, diamdiam ikut membangun kecintaan pada bangsa dan negara. Melayu dan Tionghoa, bagai dua sisi mata uang. Itu tersirat dalam semboyan “Thongin FanNgin JitJong”, yang bermakna “Orang Tionghoa dan Melayu itu sama dan setara”.

 

Masyarakat Bangka antusias mendukung tokoh bangsa yang diasingkan di Muntok, tidak hanya dalam bentuk spirit tapi juga materi. Pekik “MERDEKA!” selalu mereka lontarkan saat bertemu para tokoh bangsa. Makanan dan pakaian tak putus mereka berikan, sehingga para tokoh bangsa yang sedang dalam pengasingan ini tidak merasa kekurangan apa pun.

*sumber informasi didapat langsung dari Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


  

Pesanggrahan Menumbing tentulah bukan sekadar bangunan tempat pengasingan tokohtokoh penting dalam tonggak berdirinya negara kesatuan ini, lebih dari itu kisah dibaliknya adalah bukti bahwa kemerdekaan tidak didapat dalam semalam. Kemerdekaan adalah perjuangan panjang semua suku dan etnis yang membentuk Indonesia. Kemerdekaan adalah milik rakyat Indonesia dengan perbedaan dan keanekaragamannya. Berkibarlah terus merahputihku, berkibarlah melampaui waktu.yk[]

 


yunis kartika
Foto by Koko Rudy - Yunis Kartika di atap Pesanggrahan Menumbing dengan lanskap laut jauh, Muntok, Bangka Barat.

 

 

“Dalam negeri kita, janganlah kita yang menumpang.”

—H. Agus Salim—

 

 




 

 

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampit ^_^

 

 

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment