“Dempu Awang” Legenda Batoe Balei Muntok Bangka Barat_ Edisi Olwen

  

yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.

 

 

 

“Masyarakat disatukan oleh kebutuhan kita; kita mengikatnya bersama dengan legenda, mitos, paksaan, takut bahwa tanpanya kita akan terlempar ke dalam kehampaan itu. Dimana seperti bumi sebelum firman diucapkan, fondasi masyarakat tersembunyi.”

—James Baldwin—

 

 

 

  

Ingat nggak kapan pertama kali anda mendengar atau didongengkan ceritacerita rakyat tentang asal muasal sebuah tempat atau benda di suatu daerah? Dongengdongeng tersebut menurut saya (sebagai sepatu yang gaul, xoxoxo…) agak miripmirip, dan tentu saja semua dongeng itu berisikan pesan moral. Bagaimana menghormati orang tua, bagaimana memperlakukan orang dengan baik, atau tentang karma yang dibayar kontan akibat perbuatan buruk, dan sebagainya.

 

Yunis sendiri sepertinya mengingat kisah sebuah dongeng dikisaran usia sekolah dasar. Jauh sebelum itu, jujur pasti dia tidak ingat. Bisa jadi orang tuanya pernah mendongengkan menjadi pengantar tidur, atau cerita penghangat ketika berkumpul keluarga. Sambil menulis ini, kentara sekali Yunis mengingatngingat apakah sebelum masuk sekolah dasar ada dongeng yang pernah dikisahkan kepadanya? Dari gelengan kepalanya yang keras, saya bisa menduga; dia tidak ingat. Ups! Di usianya sekarang, mengingat hal yang terjadi di masa kecil tentulah sulit.

 

Dongengdongeng legenda ini menjadi salah satu cerminan budaya lokal masyarakat Indonesia. Tumbuh kuat mengakar, diceritakan dari generasi ke generasi hingga kini. Dalam pelajaran Bahasa Indonesia biasanya menjadi muatan lokal yang wajib dipelajari oleh siswa. Nah, Batoe Balei yang berada di Kampung Balai, Kelurahan Tanjung, Muntok, Kabupaten Bangka Barat ini juga memiliki plot kisah serupa dengan cerita Malin Kundang dari Ranah Minang, provinsi Sumatera Barat. Kisah tentang seorang anak yang malu mengakui ibunya ketika si anak telah berhasil mengumpulkan pundipundi kekayaan. Kemudian ibu yang tersakiti memanjatkan doa pada semesta hingga doa tersebut dikabulkan, dan anak durhaka mendapat karma. Ini cerita lengkapnya…

 


batoe balei muntok
Dok pribadi - bentuk yang mirip buritan kapal dengan alur polka, Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.

Alkisah, tersebutlah seorang pemuda bernama Dempu Awang. Seharihari bekerja sebagai pembersih ikan yang baru ditangkap nelayan. Dengan upah beberapa ekor ikan kecil. Ayahnya meninggal ketika masih kecil, sehingga dia hanya tinggal bersama ibunya. Sang ibu bercocok tanam di ladang kecil untuk memenuhi kebutuhan seharihari mereka berdua.

 

Suatu malam usai makan malam bersama sang ibu, Dempu Awang berbaring di ranjang beralas tikar. Namun matanya enggan terpejam, sesuatu yang berat mengganggu pikirannya. Hingga pagi menjelang, Dempu Awang berangkat bekerja. Di sana Dempu menemui Nahkoda kapal untuk meminta pekerjaan. Setelah berbicara dan menyampaikan niatnya, barulah diketahui bahwa nahkoda bukan pemilik kapal. Namun dia akan membantu Dempu bertemu pemilik kapal agar diberi pekerjaan di Banda Malaka.

 

batoe balei muntok
Dok pribadi - bebatu besar dan sedang yang bertumpuk, Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


batoe balei muntok
Dok pribadi - bebatu sedang yang menyangga batu buritan, Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


Mendengar anaknya memohon izin untuk berangkat ke Banda Malaka, sang ibu mencoba menahan karena kondisi dirinya beranjak tua. Si anak meyakinkan bahwa kepergiannya untuk mendapat pekerjaan yang baik demi membahagiakan ibunya. Singkat cerita, Dempu Awang dipertemukan dengan saudagar pemilik kapal dan akhirnya diberi pekerjaan. Seiiring waktu, kesungguhan Dempu Awang membuahkan hasil. Kepercayaan saudagar bertambah, Dempu Awang diberi tanggungjawab besar. Dari buruh kasar menjadi kepala gudang.

 

batoe balei muntok
Dok pribadi - cagar alam Batoe Balei salah satu ikon kota Muntok, Bangka Barat.

Tahun berganti tahun, Dempu Awang menabung hingga mampu membeli kapal sendiri dan berhasil menjadi salah satu saudagar kaya dan menikahi putri bangsawan. Rasa ingin tahu istri Dempu terhadap ibunya, membawa mereka kembali ke kampung halaman Dempu. Setelah berlayar cukup lama, sampailah mereka. Dempu Awang yang dikenali oleh orang di kampung halaman meminta tolong agar ibunya dipanggil ke kapal. Melihat kondisi dan keadaan ibunya ketika mereka berhadapan, membuat Dempu Awang seketika merasa malu dan enggan mengakui wanita tua miskin itu sebagai ibu kandungnya. Dengan katakata kasar Dempu Awang mengusir ibunya turun dari kapal, dan dia segera berlalu dengan kapalnya. Perlakuan kejam anaknya menorehkan luka dalam, sehingga sang ibu memanjatkan doa. Doa yang lahir dari kesedihan mendalam membuahkan petaka bagi Dempu Awang berupa badai dan cuaca buruk menerjang kapalnya. Ketika reda dan cuaca kembali cerah, tetiba muncul sebuah batu besar terdampar yang menyerupai kapal. The end.

 

Yang tidak pernah benarbenar diceritakan dalam dongengdongeng semacam ini adalah bagaimana keadaan orangorang baik yang ikut terimbas karma buruk si tokoh. Apakah mereka selamat, atau terpaksa menerima takdir dan konsekuensi karena berada dalam kapal yang sama? Kalau kata Gordon Freeman; The right man in the wrong place. Mungkin itu yang dinamakan ‘open ending’ alias terserah masingmasing dari kita untuk memaknai seperti apa, selama tidak mengganggu plot utamanya. Mungkin.

*

 


batoe balei muntok
Dok pribadi - detail alur pada Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


batoe balei muntok
Dok pribadi - perkebunan sawit mengapit Batoe Balei, terlihat pula sesampah berserakan.

Batoe Balei merupakan kawasan wisata yang tidak terlalu besar, cenderung lengang, diapit perkebunan sawit. Karena letaknya di pinggir jalan umum yang terbuka, pengunjung tidak dikenakan retribusi. Batoe Balei adalah batu besar yang bertumbuk dua. Bagian atas batu ini menyerupai buritan sebuah kapal, membentuk aluralur tempat mengikat terpal. Pada sisi lain, terlihat batubatu ukuran sedang dan besar menjadi penyangga dari batu buritan.

 

Sayangnya, lagilagi sampah pengunjung menjadi permasalahan lain. Di sekitar batu, berserakan sampah terutama bekas minuman kemasan. Padahal Batoe Balei masuk dalam direktori pariwisata pemerintah dengan tagline-nya ‘Pesona Indonesia’. Edukasi sampah sejatinya menjadi tanggungjawab bersama dari hulu ke hilir secara terusmenerus. Sehingga kebersihan bukan sekadar mitos atau legenda seperti Dempu Awang dan Batoe Balei.yk[]

 

 


yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di Batoe Balei, Muntok, Bangka Barat.


  

 

“Saat ini, fungsi seniman adalah membawa imajinasi ke sains, 

dan sains ke imajinasi, tempat mereka bertemu dalam mitos.”

—Cyril Connolly—

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 

 

 

0 comments:

Post a Comment

Pesanggrahan Menumbing Muntok Bangka Barat_ Edisi Olwen

  

pesanggrahan menumbing muntok
Olwen di kaki bukit Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

 

 

 

“Djauh dari pada mendjari kedudukan untuk selamalamanya, kewadjiban pemimpin dalam demokrasi ialah mendidik dan mendjarikan penggantinya sendiri.

Hanya dengan begitu terdjamin kelandjutan organisasi!”

— M. Hatta, Menumbing, 2 Juli 1949—

 

 

 

 

Apakah anda pernah mengunjungi tempattempat pembuangan dan pengasingan para pejuang kemerdekaan beserta Presiden Republik Indonesia pertama? Tempat pembuangan dan pengasingan tersebut tersebar di beberapa wilayah Indonesia. Di antaranya adalah Bukit Menumbing yang berada di Muntok, Kabupaten Bangka Barat.

*

 

Hari ke-2 di Pangkalpinang, Bangka, kami berencana melakukan perjalanan menuju tempat terjauh dulu-setelah sebelumnya berkonsultasi dengan kawan baru kami koko Rudy-yaitu ke Muntok, Bangka Barat. Sekitar pukul 9 pagi usai sarapan dan urusan rutin pagi lainnya, kami sudah siap di lobby menunggu dijemput. Diperkirakan perjalanan dari Pangkalpinang ke Muntok memakan waktu 3 jam. Tujuan kami sebanyakbanyaknya mengunjungi tempat di Bangka Barat, semisal; Bukit Menumbing atau Pesanggrahan Menumbing, Batoe Balei, Museum Timah Indonesia Muntok, Pasanggrahan BTW Roemah Singgah, Kelenteng Kong Fuk Miau dan Masjid Jami (bersebelahan), Mercusuar Tanjung Kalian Light House (Tugu Kenangan Para Perawat Vyner Brook, Pantai Tanjung Kalian) dan rencananya ditutup dengan kuliner mie ayam halal Yenyen di Pangkalpinang. Sebetulnya masih banyak tempattempat lain yang bisa dikunjungi di Muntok. Jika anda ke Bangka, kami sarankan meluangkan paling tidak 2 hari untuk bisa menyisir tempattempat secara maksimal. Dan sebaiknya menginaplah di Muntok, karena jika anda menginap di Pangkalpinang atau Sungailiat, kemungkinan waktu akan habis di perjalanan meski pun berkendara di sana seperti di jalan bebas hambatan. Namun mengingat ratarata tempat bersejarah memiliki jadwal kunjungan yang dibatasi waktu, tentu pulang pergi dari tempat yang jauh tidaklah efektif.

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok Pribadi - Yunis Kartika di pos penjagaan dengan latar bukit Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Setelah 3 jam perjalanan, sampailah kami di daerah Bukit Menumbing. Pesanggrahan Menumbing terletak di puncak bukitnya. Dari kaki bukit atau pos awal ucapan selamat datang masih memerlukan waktu sekitar 10 menit dengan rute jalan menanjak hanya cukup untuk satu buah mobil saja. Seluruh jalanan sudah beraspal, tapi kehatihatian tetap diperlukan. Ada tikungantikungan menanjak dan tajam. Jika harihari padat kunjungan ada petugas yang akan memberlakukan buka-tutup dari arah masuk dan arah keluar, sehingga pengunjung dan kendaraan tidak akan berebut jalan.

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - sepatusepatuyunis di pos tiket Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Udara di bukit Menumbing sangat sejuk. Sepanjang jalan menuju puncak bukit merupakan hutan lindung dengan pepohon tinggi. Aura kesejarahan semakin terasa ketika mendekati bangunan yang menjadi tempat pengasingan meski secara keseluruhan bangunan telah direstorasi bahkan direnovasi dengan menambahkan ini itu dibeberapa bagian bangunan.

 

Suasana sepi, tidak terlihat petugas apalagi pengunjung. Rupanya pemilihan waktu Yunis kurang beruntung! Bagaimana tidak? Setelah perjalanan 3 jam, harus menunggu hampir 1 jam karena petugas kebetulan beristirahat (waktu menunjukkan pukul 12.14 ketika tiba), lalu ditolak masuk ruang museum dengan alasan: renovasi dan menunggu teknisi! Wow!! Tapi bukan Yunis namanya jika mundur begitu saja, dengan bantuan koko Rudy, Yunis meminta bernegosiasi agar kami diperbolehkan masuk meski hanya sebentar, karena kami datang  jauh dari luar pulau. Singkatnya kami diperbolehkan melihatlihat museum meski ruang pamer tidak dalam kondisi maksimal dengan biaya tiket masuk Rp.20.000,-/orang.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - suasana di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Ruangan pertama adalah tempat pembayaran tiket menyatu dengan beberapa memorabilia Soekarno dan para pejuang yang menepati Pesanggrahan Menumbing. Fotofoto usang berfigura, perabotan tua dengan kisahnya yang memerlukan perbaikan, bendabenda bersejarah lainnya yang diletakannya seadanya. Ada rasa ngilu dengan cara perlakuan bendabenda bersejarah. Bukan hanya di satu tempat hal ini terjadi, sudah sering Yunis melihatnya. Tidak heran jika sebagian besar dokumen dan bendabenda bersejarah lainnya berada di Belanda. Mungkin dengan begitu kelangsungan buktibukti sejarah akan bertahan lebih lama dan terawat.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - Memorabilia sejarah pengasingan tokoh perjuangan RI di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - ruang pamer dalam dengan suasana pop-art di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.

Ruang bagian dalam, kesan modern sangat terasa. Pop-art. Penggunaan akrilik sebagai media informasi berbentuk potretpotret tokoh berdiri cukup menarik. Ruangan cenderung gelap. Ada spot khusus untuk film dokumenter 3D, kata petugas, dan spot inilah yang memerlukan kehadiran teknisi yang kebetulan teknisi tersebut harus diterbangkan dari Jambi. Petugas menambahkan, bahwa renovasi dan perbaikan baru dimulai hari itu, tepat dimana Yunis berkunjung! 

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - mobil antik bersejarah, saksi mobilitas Soekarno selama di Muntok, Bangka Barat.

Sebuah mobil terpajang. Mobil yang digunakan oleh Soekarno selama di pengasingan dan menjadi penyokong mobilitasnya. Kemudian memasuki ruang kerja yang digunakan oleh Bung Hatta. Tiga buah kursi dan sebuah meja kerja yang juga memerlukan ‘perhatian’ atau memang sengaja dibiarkan adanya? Ruangan tempat dimana menuliskan dan mendiskusikan ideide untuk Indonesia. Mata Yunis berkacakaca, selalu sentimentil dan terbawa suasana, memang.... Ruangan dipenuhi dengan memorabilia berbagai kegiatan para pemimpin Republik Indonesia di pengasingan, fotofoto selfie para tokoh dan kontruksi serta denah bangunan awal Pesanggrahan Menumbing. Ruang selanjutnya adalah kamar tidur. Ada lubang di plafon dan langitlangit, jika hujan turun kemungkinan besar bocor. Mungkin bagian ini yang akan diperbaiki juga? Ehmm… Bagian dalam, tidak sekokoh dan sebagus bagian luar.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - ruang kerja Bung Hatta di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - kamar tidur tokoh perjuangan RI di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


Kemudian petugas mengajak kami untuk melihat bagian atap bangunan. Untuk mencapai ke sana menggunakan tangga yang berada di luar. Dari lantai dua, terlihat pemandangan ke arah luasnya laut. Kami naik lagi ke lantai tiga. Di sini pemandangan jauh lebih menakjubkan. Bendera merahputih terpancang di tiap sudut tembok, angin laut sesekali menghembus kencang mengibarkan bendera dan menimbulkan suara hentakan kain. Lantai tiga ini merupakan helipad atau landasan untuk helikopter. Dan kata petugas lagi, dulu helikopternya sempat tersimpan di helipad tersebut. Sayangnya kini tidak memungkinkan dan dibawa entah kemana, dan tuntaslah kunjungan kami.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - bagianbagian bangunan Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - helipad di lantai 3 Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


Oya, seringkali Yunis menanyakan siapa yang mengambil dokumentasi kegiatankegiatan kenegaraan mau pun non kenegaraan pada petugas museum. Namun, kebanyakan jawaban dari mereka adalah ‘kurang tahu’ atau ‘tidak tahu’. Seperti fotofoto memorabilia di Pesanggrahan ini, tanpa nama. Padahal kerja pendokumentasian sama agungnya dengan perjuangan itu sendiri. Lewat kerja mereka, kini, dokumentasi tersebut ‘berbicara’, menjadi bukti bahwa sejarah ada dan dibuat. 

Untuk setiap jurnalis di masa itu, salut dan penghargaan sebesarbesarnya.

*

 


pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - desain Berghotel Menumbing koleksi Pesanggrahan Menumbing Muntok, Bangka Barat.

Pesanggrahan Menumbing awalnya bernama Berghotel Menumbing, yaitu bangunan peristirahatan yang dibangun pada ketinggian 410 mdpl oleh Banka Tin Winning (BTW) Tambang Timah Bangka sekitar tahun 1927. Komplek peristirahatan ini terdiri atas tiga buah bangunan beratap datar yang berfungsi sebagai lantai atas bangunan untuk menikmati suasana alam dan kesejukan udara pegunungan.

 

Pesanggrahan Menumbing merupakan rumah peristirahatan atau penginapan milik perusahaan Timah Balanda Bangka Tin Winning (BTW). Pada tahun 1927, J.G. Bijdendijk kepala BTW menyetujui pembangunan hotel ini dengan fasilitas modern yang mewah. Berghotel (bukit peristirahatan) Menumbing secara resmi dibuka pada tanggal 28 Agustus 1928 dengan fasilitasfasilitas seperti listrik, air mengalir, telepon, serta lapangan tenis. Jalan masuk komplek ini melewati jalan aspal berliku yang cukup hanya untuk satu mobil. Jalan ini dibangun oleh pribumi dan para pekerja dari Cina yang dibayar oleh BTW.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - panorama di Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


Secara umum, Berghotel Menumbing terdiri dari tiga buah bangunan yang bergaya arsitektur Nieuwe Zakelijkheid, antara lain bangunan utama, paviliun I, dan paviliun II. Bagian atap ketiganya dibuat datar yang berfungsi sebagai menara pandang.

 

Lewat agresi militer tahun 1848, pemerintah Belanda mengasingkan beberapa pemimpin negeri. Mereka adalah Bung Hatta, A.G Pringgodigdo, Assa’at dan Komodor Soerjadi Soerjadarma. Menyusul kemudian Ali Sastroamidjodo dan Moh. Roem yang diterbangkan dari Jogyakarta. Bung Karno dan Haji Agus Salim kemudian diterbangkan pula dari Parapat, Sumatera Utara. Berkumpul meramaikan pembicaraan dan diskusi tentang masa depan negeri.

 

Semua pemimpin RI ditempatkan bersama di Pesanggrahan Menumbing. Namun, lantaran tak nyaman dengan udara dingin, Bung Karno dipindahkan ke Wisma Ranggam. H. Agus Salim, Moh. Roem dan Ali Sastroamidjojo ikut menemani. Dengan demikian para pemimpin RI yang ditempatkan di Pesanggrahan Menumbing ialah Moh. Hatta, A.G. Pringgodigdo, Asa’at dan Suryadarma. Di tempat ini juga para pemimpin RI menerima kunjungan utusan Komisi Tiga Negara (KTN) dan para jurnalis internasional yang mewartakan kondisi dan situasi Indonesia ke luar negeri serta ide pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia juga dipercikan di tempat ini saat pertemuan Bung Hatta dengan utusan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), antara lain dengan Anak Agung Gde Agung dan Sultan Hamid II.

 

Belanda membuang dan mengasingkan para pemimpin bangsa ke Bangka dengan asumsi Bangka adalah wilayah kekuasaan Belanda dengan komposisi etnis mayoritas Tionghoa dan Melayu, yang tidak mendukung perjuangan kemerdekaan RI. Belanda keliru! Masyarakat Bangka menyambut dengan sukacita dan mengeluelukan kedatangan pemimpin bangsa di tempat mereka.

 

pesanggrahan menumbing muntok
Dok pribadi - memorabilia kegiatan para tokoh RI bersama masyarakat Muntok dan tokok internasional,
Muntok, Bangka Barat.


Harmonisasi antar warga Melayu dan Tionghoa di Bangka begitu kental dan sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang mereka, diamdiam ikut membangun kecintaan pada bangsa dan negara. Melayu dan Tionghoa, bagai dua sisi mata uang. Itu tersirat dalam semboyan “Thongin FanNgin JitJong”, yang bermakna “Orang Tionghoa dan Melayu itu sama dan setara”.

 

Masyarakat Bangka antusias mendukung tokoh bangsa yang diasingkan di Muntok, tidak hanya dalam bentuk spirit tapi juga materi. Pekik “MERDEKA!” selalu mereka lontarkan saat bertemu para tokoh bangsa. Makanan dan pakaian tak putus mereka berikan, sehingga para tokoh bangsa yang sedang dalam pengasingan ini tidak merasa kekurangan apa pun.

*sumber informasi didapat langsung dari Pesanggrahan Menumbing, Muntok, Bangka Barat.


  

Pesanggrahan Menumbing tentulah bukan sekadar bangunan tempat pengasingan tokohtokoh penting dalam tonggak berdirinya negara kesatuan ini, lebih dari itu kisah dibaliknya adalah bukti bahwa kemerdekaan tidak didapat dalam semalam. Kemerdekaan adalah perjuangan panjang semua suku dan etnis yang membentuk Indonesia. Kemerdekaan adalah milik rakyat Indonesia dengan perbedaan dan keanekaragamannya. Berkibarlah terus merahputihku, berkibarlah melampaui waktu.yk[]

 


yunis kartika
Foto by Koko Rudy - Yunis Kartika di atap Pesanggrahan Menumbing dengan lanskap laut jauh, Muntok, Bangka Barat.

 

 

“Dalam negeri kita, janganlah kita yang menumpang.”

—H. Agus Salim—

 

 




 

 

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampit ^_^

 

 

 

 

 

 

0 comments:

Post a Comment

Museum Timah Indonesia Pangkalpinang Bangka_ Edisi Olwen

yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di depan Museum Timah Indonesia Pangkalpinang, Bangka.

 

 

 

“Sejarah bukan seni bernostalgia, tapi sejarah adalah ibrah, pelajaran, yang bisa kita tarik ke masa sekarang untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik.”

--Ahmad Fuadi—

 

 

 

Indonesia kaya dengan sumber daya alam, salah satunya timah. Anda pasti pernah mendengar tentang timah, atau mungkin anda salah seorang pemilik tambang timah? Hohoho… itu bagus! Ya, timah merupakan salah satu hasil tambang yang banyak ditemukan di daerah Kepulauan Riau, Riau, Singkep, dan Kalimantan Barat. Namun, yang paling terkenal sebagai penghasil timah adalah Kepulauan Bangka Belitung. Provinsi ke 31 ini memang tidak bisa dilepaskan dari timah, selain pariwisata pantainya yang kini semakin menggeliat.

 

Nah, di Bangka terdapat dua buah museum timah, satu terletak di ibukota provinsi yaitu Pangkalpinang, dan satu lagi terdapat di Muntok, Bangka Barat (akan dibahas terpisah). Koleksi yang dipajang di kedua museum timah ini relatif sama, kecuali untuk sejarah kedaerahan dan kelengkapan unsur pendukung.

*

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - bagian dalam MTI Pangkalpinang, Bangka.

Museum Timah Indonesia (MTI) Pangkalpinang berada di jalan Ahmad Yani No. 179, Pangkalpinang, Bangka. Dengan jam operasi hari Senin hingga Minggu, pukul 08.00 – 16.00, kecuali hari Jumat libur. Untuk masuk ke MTI tidak dipungut biaya, kita juga bisa meminta pendampingan agar alur tur di dalam MTI lebih terarah plus mendapat penjelasanpenjelasan yang dibutuhkan dengan lebih terperinci.

 

Memasuki pintu MTI kami disambut hangat oleh guide museum, diantaranya masih berseragam sekolah menengah. Rupanya MTI menerima siswa magang atau Praktek Kerja Lapangan (PKL) jurusan pariwisata. Mereka mempersilahkan Yunis untuk mengisi buku tamu terlebih dahulu sebelum melanjutkan tur museum. Sebagai etika, Yunis biasa menanyakan beberapa hal pada petugas museum, termasuk diantaranya permintaan izin untuk mendokumentasikan. Pada mulanya, petugas tidak mengizinkan untuk mendokumentasikan secara video, hanya memperbolehkan foto. Setelah melalui penjelasan pentingnya video sebagai bagian dari kebutuhan informasi kepenulisan Yunis, akhirnya petugas mengizinkan. Yunis juga menuliskan alamat blog-nya, sebagai bukti bahwa MTI akan menjadi salah satu konten dalam travel blog-nya. Di beberapa tempat bersejarah, anda mungkin juga harus bertanya pada petugas sebelum mengambil dokumentasi. Meski seringkali tanda ‘kamera coret’ atau ‘dilarang mengambil dokumentasi’ tidak terpampang dengan tegas.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - replika Prasasti Kota Kapur, MTI Pangkalpinang, Bangka,

Searah jarum jam, diawali dengan replika Prasasti Kota Kapur 686 M. Prasasti ini diketemukan oleh seorang pegawai pamong praja pada tahun 1892 yang bernama J.K. Van Der Meulen. Penemuannya menjadi unik karena berkat prasasti inilah diketemukan kerajaan Sriwijaya. Kemudian koleksi dilanjutkan dengan tiga buah peta (Riau-Pulau Lingga, Bangka dan Belitung) cetakan lama hibah dari seorang donatur.

 

museum timah indonesia pangkalpinang
Dok Pribadi - Geologi timah MTI Pangkalpinang, Bangka.

Display berikutnya bertajuk ‘Geologi Timah’, didalamnya kita bisa melihat berbagai jenis bebatuan dan pemetaan jalur timah atau persebaran sumber daya timah di pulau Bangka dan Belitung. Ruang berikutnya beisikan informasi mengenai eksplorasi dari bor Bangka hingga kapal bor lepas pantai. Bor Bangka diciptakan oleh A. J Akeringa, seorang ahli geologi Bangka Tin Winning (BTW) pada tahun 1885. Sebelum masa penciptaan ini, pemboran dilakukan dengan alat bor tusuk, yang diperkenalkan oleh pendatang Cina diawal abad 18 dengan nama asli Ciam, yang berarti ujung runcing. Belanda menamakannya Chinese stick. Keunggulan peralatan bor Bangka bertumpu pada kesederhanaannya. Peralatan ini terkenal diseluruh dunia dengan nama Banka Drill. Peralatan yang sangat berjasa untuk melakukan pemboran lapisan tanah alluvial dengan kedalaman kurang dari 40 m. Memasuki abad 19 mulai diketemukan adanya lapisan tanah alluvial-dalam, dimana alat bor Bangka tidak mampu menembusnya. Maka, diciptakan berbagai modifikasi alat bor berbasis bor Bangka.

 

museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - eksplorasi bor Bangka MTI Pangkalpinang, Bangka.

Selama 100 tahun pertama berlangsungnya penambangan timah di Bangka, para ahli geologi percaya bahwa timah alluvial di Bangka berasal dari sumber primernya di Semenanjung Malaya. Adalah Ir. Ficks seorang ahli geologi BTW pada tahun 1872 menemukan bukti di Bukit Sambunggiri, yang menggambarkan bahwa timah alluvial di Bangka berasal dari granit di pulau itu sendiri.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - peralatan kuli kolong sederhana MTI Pangkalpinang, Bangka.

Awal penggalian timah dimulai abad 18, dimana penduduk pribumi memulai penggalian dengan menggunakan linggis berbahan kayu (sebelum menggunakan linggis besi) untuk menggali sumuran hingga mencapai kedalaman lapisan bertimah. Sumuran ini dikenal dengan sebutan Sumur Palembang. Untuk mencuci pasir timah digunakan dulang kayu dan batok kelapa. Peralatan lainnya yang digunakan adalah Chincia atau pompa Cina merupakan teknologi baru yang dibawa pendatang Cina diawal abad 18. Chincia menjadi pompa air standar sampai datangnya teknologi mesin 150 tahun kemudian. Kemudian kereta dorong, yang merupakan alat angkut utama disamping kuda, sampai kemudian dikenal kereta api dan mobil awal abad 20. Peralatan selanjutnya adalah perlengkapan standar buruh tambang, yaitu jaket dari kulit kambing, dua jenis pacul (untuk tanah liat dan tanah kerikil), dulang, berbagai jenis parang dan alat potong.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - Kaledoskop 100 tahun kapal keruk timah di Indonesia, MTI Pangkalpiang, Bangka.


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - miniatur kapal keruk timah MTI Pangkalpinang, Bangka.

Memasuki area lainnya, kita disuguhi informasi mengenai kapal keruk sepanjang abad 20 atau kaledoskop 100 tahun kapal keruk timah di Indonesia. Diperlihatkan perkembangan dan evolusi kapalkapal pengeruk timah beserta mangkuk keruknya. Di tengah ruangan aneka miniatur penggalian timah tempo dulu dan miniatur ragam kapal keruk disuguhkan. Membantu pengunjung untuk memvisualisasikan informasi dan gambargambar. Semakin ke dalam, informasi semakin bernas. Dalam ruang yang luas, Yunis merasa memasuki kapsul waktu. Lintas sejarah timah Indonesia mengalur dengan runut dalam gambar, keterangan dan tahun. Sebuah replika kereta dorong dari kayu terpajang dikelilingi garis pengaman, juga cerita dibaliknya berwujud gambar.

 

Selain sejarah timah Bangka, kita bisa menemukan manuskrip awal penulisan sejarah Bangka. Dimulai dengan literalisasi manuskrip Haji Idris tahun 1861, yang merupakan naskah tertua tentang sejarah Bangka. Haji Idris adalah seorang guru yang ditokohkan di Muntok. Manuskrip aslinya tersimpan di perpustakaan di Leiden, Belanda, tercatat dalam katalog dengan nama Carita Bangka. Kemudian literalisasi manuskrip Abang Arifin Tumenggung Kertanegara I, yang berkedudukan sebagai Hoofdjaksa (jaksa tinggi) di Muntok pada tahun 1878. Ia menulis ‘Tjerita Asal Muasal Kejadian Poelaoe Bangka’, yang ditulis dalam bahasa Melayu huruf Arab. Literalisasi manuskrip selanjutnya Tahun 1879 oleh Abang Muhammad Ali Tumenggung Kertanegara II, yang menulis ‘Soerat Tjerita Atsal Tanah dan Orang Jang Mendijami Tanah Bangka’, yang ditulis tangan dalam bahasa Melayu huruf latin. Terakhir, tahun 1925 Raden Achmad dan Abang Abdul Jalal menulis buku ‘Riwayat Poelaoe Bangka Berhoeboeng Dengan Palembang’. Tulisan dengan judul yang sama dimutahirkan pada tahun 1939. Buku cetakan asli tahun 1925 tersimpan di perpustakaan KITLV di Leiden, Belanda.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - linimasa sejarah lada putih Muntok, MTI Pangkalpinang, Bangka.

Beranjak ke sudut lain, terdapat linimasa sejarah lada. Tepatnya sejarah lada putih Muntok. Tanaman yang berasal dari India Selatan ini diperkenalkan di Jawa antara 100 SM – 600 Masehi, yang kemudian menyebar keseluruh Nusantara. Tahun 1869 pemerintah Belanda menurunkan tim ahli botani yang dipimpin J. H. Teysmann untuk menggalakkan tanaman lada di Bangka. Hal ini untuk mendukung kestabilan hidup penambang timah. Terdapat Sample lada putih hasil penjemuran, sample lada putih hasil perendaman dan sample lada putih hasil  pemetikan. Lada dari Bangka memang terkenal karena kualitasnya dan rasa ‘pedas-hangat’ yang berbeda dari ladalada putih dari daerah lain. Sehingga lada Muntok atau Bangka menjadi salah satu oleholeh wajib yang harus dibeli.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok Pribadi - pojokan kain cual MTI Pangkalpinang, Bangka.

Di sini lain terdapat informasi tentang Kain Cual, yaitu kain tenun khas dari provinsi Bangka Belitung. Kain yang awal mula penenunannya di kota Muntok abad 17, namun terhenti sejak perang Eropa tahun 1914. Selengkapnya tentang kain cual akan dibahas di edisi selanjutnya ya, tenang… xoxoxo… Sejarah pulau Bangka menjadi tambahan isi dari MTI Pangkalpinang. Termasuk linimasa sejarah lada dan kain cual.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - artefak timah MTI Pangkalpinang, Bangka.


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - artefak timah di MTI Pangkalpinang, Bangka.

Pada bagian akhir diceritakan tentang artefak timah. Tahun 2016 seorang pemerhati sejarah Bangka bernama Alfani Mundari Achmad melaporkan penemuan sekumpulan benda artefak timah oleh seorang pekerja tambang rakyat (Jambang Inkonvensional) di Pantai Teluk Berhala, Kecamatan Muntok, Kabupaten Bangka Barat. Artefak timah ini berupa temuan timah kuno yang didapat pada galian sedalam 4m. Terkumpul 77 buah benda berbagai bentukan dari yang sederhana hingga artistik, mengesankan bahwa di lokasi itu telah terjadi kegiatan olah timah dalam masa panjang. Keterdapatan butirbutir timah dan terak timah (sisa peleburan timah) menunjukkan bahwa di tempat itulah dibuatnya bendabenda tersebut. Dan bagaimana timah menjadi alat tukar atau barter dalam kehidupan masyarakat.

 

Sepanjang tur ini kami dikawal terus adek guide Azril yang terus memberikan informasi dari balik maskernya. Kadangkadang terlihat kikuk dan gugup, mungkin dalam pikirannya mbak ini nanya terus, kapan pulangnyaxoxoxokidding!! Kami datang persis sejam sebelum waktu museum tutup, jadi memang mepet banget.

 


museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - mangkuk keruk timah di halaman MTI Pangkalpinang, Bangka.

MTI Pangkalpinang memiliki riwayatnya tersendiri. Bangunan bersejarah yang awalnya merupakan rumah dinas Hoofdt Administrature Banka Tin Winning (BTW) dan pada awal tahun 1949 bangunan ini dijadikan sebagai tempat perundingan Komisi Tiga Negara. Dimana perundingan ini merupakan persiapan Perundingan Roem Royen yang tercatat dalam sejarah sebagai perundingan yang mengembalikan kedaulatan negara Republik Indonesia.

 

museum timah indonesia pangkalpinang
Dok pribadi - timah Bangka, MTI Pangkalpinang, Bangka.

Pada tanggal 1 Maret 1953 bangunan diambil alih oleh PN. Tambang Timah Bangka (TTB) dan dijadikan Museum Wisma Budaya. Kemudian pada awal tahun 1960 Museum Wisma Budaya dikembangkan menjadi Museum Timah Indonesia sampai sekarang. Pada tanggal 20 September 2018 Museum Timah Indonesia Pangkalpinang mendapat penghargaan dari MURI sebagai Museum Timah Pertama di Asia.

 

Museum Timah Indonesia (MTI) Pangkalpinang adalah Museum Teknologi Pertimahan yang dikelola oleh PT Timah Tbk dengan tujuan untuk mencatat sejarah pertimahan di Indonesia serta memperkenalkannya kepada masyarakat sebagai sarana informasi, edukasi dan rekreasi.

*

 


kerajinan timah
Dok pribadi - kerajian timah Bangka.

Pada akhir kunjungan, Yunis diajak ke gedung lain di kompleks MTI. Gedung tersebut adalah perpustakaan dan toko kecil yang menjual aneka cinderamata khas Bangka; kerajinan timah dan pernikperniknya, termasuk kain cual. Jangan kaget ya, kerajinan dan pernik yang terbuat dari timah cukup mahal harganya, begitu pula kain cual. Tapi jika anda adalah pengkoleksi bendabenda khas daerah pasti tidak akan keberatan, karena keotentikan dan pengolahannya memang rumit. Jadi, ya, memang sepadan.

 

Kini, penambangan timah dibatasi hanya oleh pemerintah dan yang memiliki izin tambang, karena penambangan bersifat destruktif. Bekasbekas penambangan timah yang sudah tidak terpakai ditinggalkan begitu saja meninggalkan jejak serupa danaudanau sedang-besar yang terlihat jelas dari pesawat ketika kita terbang mendekati pulau Bangka. PR besarnya sekarang adalah, kolongkolong bekas penambangan timah perlu segera direklamasi. Demi kebaikan bumi, demi kebaikan hidup manusia itu sendiri.yk[]

 



yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika dan adek Azril, guide magang di Museum Timah Indonesia Pangkalpinang, Bangka.


 

 

 

“Tujuan mempelajari sejarah bukanlah untuk mencemooh tindakan manusia, atau untuk menangisi atau membencinya, tetapi untuk memahaminya. Dan semoga kemudian belajar darinya saat kita merenungkan masa depan kita.”

--Nelson Mandela—

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi.

 


0 comments:

Post a Comment