Maslina dan Kain Tenun Cual Khas Bangka_ Edisi Spesial
Foto by Bro Tony - Yunis Kartika dan Ibu Maslina beserta salah satu kain tenun cual khas Bangka. |
“Budaya bukanlah sesuatu yang diwariskan melalui gen.”
—Paulo Coelho—
Sejak tiba di Bangka, saya sudah berencana mencari kain tenun atau batik motif
cual khas Bangka untuk dibawa pulang sebagai kenangan. Saya pun bertanya pada Koko Rudi—kawan perjalanan di hari pertama—lokasi penjualan kain. Ia malah menawarkan untuk mengantar ke tempat pembuatannya
langsung. Saya girang bukan kepalang, dan mengagendakan kunjungan di hari akhir. Sayang, karena kegiatan yang mendadak Koko Rudi batal mengantar, dan
mendelegasikan pada Bro Tony. Jadilah saya, Icky, dan Bro Tony, mengunjungi “Sentra
Produksi, Pelatihan dan Studi Pelestarian Warisan Budaya Tenun Cual Khas Bangka”,
MASLINA, sore terakhir di Bangka.
Beberapa
kali Bro Tony melakukan panggilan seluler untuk memastikan tempatnya. Kami tiba
sekitar setengah 4 di pelataran sebuah rumah besar. Terletak
di Jl. Raya Selindung No. 17, RT/RW 02/02, Kelurahan Selindung, Kecamatan
Gabek, Pangkalpinang. Tidak terlihat tanda orangorang berkegiatan. Dalam bayangan
saya adalah rumah atau ruang setengah terbuka laiknya sebuah workshop seperti
yang saya kunjungi di Bali, Yogya, atau beberapa tempat lainnya. Cukup lama
kami mengetuk pintu sembari mengucapkan salam hingga akhirnya mendapat respon
dari seorang anak lelaki usia sekolah dasar, “Nenek sedang sholat. Tunggu sebentar ya.” Begitu
katanya.
Dok pribadi - Motif tenun cual Ibu Maslina yang sudah terdaftar di HAKI. |
Sambil menunggu,
saya mengedarkan pandang. Tepat di seberang rumah di mana saya menunggu,
terdapat toko cinderamata cukup besar dengan jendelajendela kaca lebar tembus
pandang memperlihatkan sebagian barang yang terpajang. Pernakpernik khas
cinderamata berbahan kain dan lainnya tergantung rapi. Pintunya tertutup
rapat dan tidak terlihat kegiatan pula di sana. Bergeser pandang ke kiri, terdapat
bangunan dengan papan nama “Koperasi MASLINA” tersemat di bagian atas. Dari
bangunanbangunan yang terlihat, saya simpulkan bahwa kami benar berada di
lokasi sentra kain tenun cual.
Tetiba pintu
rumah dibuka disertai suara seorang perempuan dengan logat daerah khas menyapa,
“Maaf menunggu lama. Silakan masuk Mbak, Pak, Dek…”, saya mengangguk, kemudian
masuk ke dalam beriringan. Keadaan di dalam ruangan sungguh
membuat mata saya berbinar. Mengingatkan pada toko ayah saya dengan deretan
kainkain. Bedanya, di toko ayah, kain yang dijual paling mahal Rp.20.000,-
rupiah/meter karena jenis kain furing untuk lapisan dalam pakaian,
sementara di ruangan itu saya yakin harganya tidak akan kurang dari puluhan ribu-/lembar
ukuran 1 meter x 2 meter (mungkin kurang), bahkan ratusan ribu hingga jutaan.
Dok pribadi - Ibu Maslina bercerita tentang muasal kain tenun cual khas Bangka. |
Dok pribadi - Salah satu koleksi kain tenun cual milik Ibu Maslina. |
Perempuan berusia
61 tahun kelahiran Gelumbang, Sumatera Selatan itu mengenalkan dirinya dengan
nama Maslina. Beliau menyambut kami dengan hangat, apalagi ketika saya
mengutarakan niat ingin melihatlihat kain tenun cual khas Bangka, dan jika
memungkinkan ingin membelinya juga. “Mbak liat toko di seberang kan? Memang
tutup. Minggu ini toko dan pekerja libur, karena memang sedang tidak ada
produksi. Orangorang yang mau beli, biasanya langsung ke rumah saya ini. Kebetulan
memang mirip toko juga karena saya banyak menyimpan kain di sini.”
Beliau mengeluarkan
beberapa helai kain tenun beragam motif dan warna, sambil bercerita tentang
muasal kain tenun cual. Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan
Bangsawan Muntok, Bangka Barat, keturunan Ence’ Wan Abdul Haiyat di Kampong
Petenon pada abad ke 18. Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang
berarti celupan awal pada benang yang akan diwarnai. Tenun cual merupakan
perpaduan antara teknik sungkit dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khasnya
adalah susunan motif tenun cual, seperti; susunan motif bercorak penuh
(Penganten Bekecak), dan motif ruang kosong (Janda Bekecak). Fungsi sosial dari
tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Bangsawan Muntok,
pakaian pengantin dan pakaian pada harihari kebesaran Islam dan acara adat
lainnya. Sebagai hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan
status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu.
Dok pribadi - Alat tenun cual koleksi Museum Timah Indonesia Muntok. |
Dahulu,
kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif, dan warna pada tenun cual
mengandung filosofi hidup sebagai hasil perjalanan religius penenunnya. Tenun
cual sangat terkenal karena tekstur kainnya yang begitu halus, warna celupan
benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul jika dipandang dari
kejauhan. Peminat tenun cual pun hingga ke luar Bangka, sehingga diperjualkan
pula ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura, dan tanah Melayu lainnya.
Hal ini menyebabkan pengguna tenun cual tidak lagi hanya pada keturunan
Bangsawan Muntok.
Tahun 1914
hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang menyebabkan terputusnya
bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari berbagai daerah menjadi pelengkap
orangorang Muntok meninggalkan kerajian tenun cual. Tahun 1990, perindustrian
Kota Madya Pangkalpinang menggalakan kembali kerajian cual di Bangka. Kelompok
usaha kerajinan cual yang terdiri dari anggota keluarga tersebut diketuai oleh
Maslina. Dengan mempelajari kembali motif dan koleksi tenun cual klasik,
kemudian dibuatkan benang selanjutnya ditenun. Sejak tahun 1997 hingga
sekarang, pemerintah mengadakan pelatihan teknik menenun dan Maslina sebagai
pelatihnya. Tahun 2003 Maslina membentuk koperasi dan kini ada sekitar 50
pengrajin tenun cual yang tersebar di Bangka Balitung. Tak terhitung
penghargaan dari pemerintah yang sudah diterimanya. Cual sudah ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2015.
Ketika saya
tanya soal harga, beliau tersenyum penuh arti. Ternyata dugaan saya benar soal harga.
Untuk selembar kain tenun cual berukuran standar (panjang 225cm x lebar 56cm)
bervariasi, tergantung bahan baku yang pakai. Mulai dari jutaan hingga puluhan
juta. Begitu pun untuk selendang tenun cual yang berukuran panjang 190cm x
lebar 56cm, dihargai jutaan rupiah pula. Sementara harga batik motif cual, jauh
lebih terjangkau. Kisaran harga dimulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu
/meternya. Beliau menunjukkan sebuah gulungan kain tenun warisan keluarga dengan
motif klasik tertua dan langka, seorang pejabat ibukota menawarnya dengan harga
200 juta rupiah/meter. Sungguh fantastis!
Dok pribadi - Icky dan Bro Tony serius mendengarkan kisah di balik selembar kain tenun cual khas Bangka. |
Kain tenun cual
berwarna biru yang saya pegang cantik dan mewah dengan benang peraknya. Saya
suka, sayang harganya terlampau tinggi. Penuh kepekaan, Icky mendorong saya untuk membelinya. Ibu
Maslina bahkan bersedia memberi diskon khusus untuk kain yang saya suka. Terus terang
saya sangat tergoda, hingga berpikir cukup lama. Ya, yang namanya kain tenun,
di mana pun di nusantara memang memiliki harga cenderung tinggi/mahal,
dikarenakan proses pengerjaannya secara manual, kualitas bahan baku dan cara
perwarnaan. Kain tenun bukanlah produk massal. Kain tenun adalah seni. Bagi anda
penyuka seni, keindahan, halhal tradisi, ataupun kolektor benda antik/sejarah,
pasti memahaminya.
Dengan penuh
pertimbangan, saya terpaksa menolak dengan halus dan mengucapkan terimakasih
untuk diskon khususnya juga untuk pengetahuan kain tenun cual. Sedih sih, tapi harganya di luar batas toleransi yang
saya tetapkan. Karena tidak mungkin hanya membeli satu, ada mama mertua
dan mama sendiri yang ingin saya hadiahi juga, belum lagi adikadik perempuan
saya. Meskipun tidak jadi membelinya, tapi saya cukup senang diperbolehkan
mencoba dan berfoto saat mengenakan kain tenun biru cantik nan mewah itu. Dipenghujung
kunjungan, saya membeli 3 helai batik motif cual berwarna abu putih terang dan bonus
sebuah peci motif cual. Seperti kata pepatah; “Tak ada rotan, akar pun jadi.”
Foto by Bro Toni - Yunis Kartika mengenakan salah satu kain tenun cual khas Bangka milik Ibu Maslina. |
“Budaya, bahasa, sejarah, dan nilainilai kita,
sangat penting untuk menyatukan kita sebagai suatu bangsa.”
—Bobby Jindal—
Berikut
Tips Merawat Batik Motif Cual dari Ibu Maslina :
1.
Agar warna pada bahan tersebut dapat bertahan lama, jangan mencuci menggunakan
mesin cuci. Jangan direndam terlalu lama, disarankan menggunakan shampoo
atau sabun khusus, yaitu lerak.
2.
Jangan dijemur di bawah sinar matahari langsung. Gantung menggunakan hanger
dan dianginanginkan di tempat teduh. Sebaiknya kain di balik.
3.
Setrika menggunakan suhu sedang dengan kain tetap di balik, atau menggunakan
kain tipis sejenis sapu tangan sebagai lapis.
4.
Simpan kain di tempat teduh yang tidak terkena sinar lampu dan matahari secara
langsung.
5.
Jika ingin memberi kapur barus, bungkus terlebih dahulu dengan menggunakan kain
atau plastik.
Berikut
Tips Merawat Kain Tenun Cual Dari Ibu Maslina :
1.
Tenun cual sebaiknya digulung mengelilingi batang pipa PVC/paralon yang
terlebih dahulu dilapisi kertas minyak, atau kertas copy.
2.
Masukkan kain ke dalam tabung atau dibungkus plastik lalu simpan dalam lemari
kayu.
3.
Jauhkan dari terpapar sinar matahari secara langsung dan jauhkan pula dari air.
4.
Tabung atau lemari penyimpanan diberi lada atau cengkeh yang berfungsi
menjauhkan dari rayap dan serangga lainnya.
5.
Tenun cual tidak boleh di-dry clean atau laundry. Kain hanya
boleh dianginanginkan setelah dipakai.
PS : sila menulis komentar, membagikan
atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling
mengunjungi.
0 comments:
Post a Comment