Danau Kaolin Belitong_Edisi Olwen

 

danau kaolin belitong
Olwen di gundukan bukit kaolin, Danau Kaolin Belitong.



   

“Kita menjadi bijak bukan oleh ingatan masa lalu kita,

tetapi dengan tanggung jawab untuk masa depan kita.”

—George Bernard Shaw—

 

 

 


 

Belitung atau Belitong adalah pulau yang terletak di Laut Cina Selatan, yang tak lepas sejarahnya dari penjajahan kolonial Belanda. Hasil bumi menjadi salah satu daya tariknya. Tahun 1851 Belanda mendirikan perusahaan pertambangan timah di pulau Belitung, bernama Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton (GMB). Hingga Indonesia merdeka, tambang timah masih dikelola oleh Belanda sampai tahun 1959. Setelah itu diambil alih dan dikelola oleh PN Timah yang kemudian berganti mana menjadi PT Timah Tbk.

 

Pertambangan timah tak ayal menjadi salah satu kontributor besar bagi pusat dengan margin keuntungan luar biasa dalam membantu pembangunan di ibu kota. Sementara Belitung sendiri sebagai sumber tambang, hampir tidak mendapatkan perhatian yang cukup. Ketika harga timah merosot tahun 1980an hingga ditutupnya pertambangan timah tahun 1990an secara resmi oleh pemerintah, Belitung menjadi kawasan terlantar. Pada masamasa setelah pergantian pemerintahan di era reformasi, penambangan timah mulai dilakukan kembali oleh masyarakat Belitung. Pelimbangan secara tradisional yaitu dengan memunguti pasir dan tanah di bekas tambang timah, atau menambang dengan menggunakan alat berat untuk menyedot pasir dalam skala besar. Penambangan ini mengakibatkan tanah Belitung semakin rusak. Bekas penambangan yang tidak direklamasi meninggalkan ceruk atau lubanglubang bekas galian. Kerusakan yang mengancam kelestarian ekosistem di pantai dan sungai. Kini, pemerintah membatasi izin penambangan dan menindak penambang timah ilegal guna meminimalisir kerusakan alam.

 

danau kaolin belitong
Dok pribadi - Dua ceruk 'Danau' Kaolin Belitong yang tengah surut.

Selain timah, Belitung juga memiliki potensi sumber daya alam lain, yaitu kaolin. Penambangan kaolin baru mulai dilakukan awal tahun 90an. Kaolin dan timah itu dua unsur yang berbeda (baca: Kulong Biru, Danau Kaolin Di Bangka Tengah_ Edisi Olwen | sepatusepatu yunis), namun penambangan keduanya samasama meninggalkan ceruk besar yang mayoritas tidak di direklamasi. Kaolin Belitong merupakan bahan baku keramik yang terkenal karena kualitasnya baik oleh pengguna bahan baku dalam negeri maupun luar negeri.

 

danau kaolin belitong
Dok pribadi - Pembatas dari batang kayu yang ala kadarnya.


danau kaolin belitong
Dok pribadi - Nampak 2 alat keruk tengah beroperasi di salah satu ceruknya.

Siang itu kami—Yunis, Icky, Pak Sugeng dan saya tentu saja—menyambangi Danau Kaolin Belitong yang terletak di jalan Murai, sekitar 6 km dari pusat kota Tanjung Pandan. Suasananya jauh berbeda dengan danau kaolin yang berada di Bangka. Di Danau Kaolin Belitong yang belum dikelola oleh perintah sebagai destinasi wisata, tidak terdapat gazebogazebo peristirahatan dari kayu, ataupun warungwarung makanan laiknya di Bangka. Di sini, cenderung masih dibiarkan apa adanya. Ceruk penambangan ini pun masih aktif. Bahkan ketika kami di sana, penambangan sedang berlangsung oleh 2 alat keruk.

 

Sungguh siang yang menyengat. Tak ada pepohonan besar yang dekat ataupun ruang hijau untuk berteduh. Pak Sugeng menyipitkan mata, tangannya ditekuk di atas gawai ketika memotret Yunis, berusaha melihat lebih jelas refleksi image di layar, “Gak kelihatan apaapa Mbak,” katanya sambil terkekeh. Sinar matahari memantul dari pasir kaolin yang berwarna putih pucat keabuan menyilaukan mata. Warga Belitong menyebutnya Kulong, yang dalam dialek lokal berarti danau. Ada dua buah cerukan besar akibat pengerukan dan penambangan kaolin sedalam 2-10 meter. Jadi, pada dasarnya danau ini terbentuk karena pengerukan, kemudian cerukan menampung air sehingga terlihat seperti danau. Hamparan pasir kaolin yang putih pucat keabuan di permukaan dan di dasar danau menyebabkan warna air seolah berwarna biru atau biru kehijauan.


danau kaolin belitong
Dok pribadi - area sekitar Danau Kaolin dan meja payung penjual batu satam.

 
danau kaolin belitong
Dok pribadi - gundukan kaolin serupa bukit yang berseberangan dengan danau.


Berseberangan dengan danau, terdapat gundukan pasir putih yang menggunung. Serupa bukitbukit kecil yang memagari jejalan raya sekitar area danau. Jenis pasirnya kasar seperti garam yang mengkristal. Cocok dipakai scrub luluran nih, Yunis pasti berpikir demikian, xoxoxo... Namun jangan cobacoba memakainya sebelum anda mengetahui efek sampingnya untuk kesehatan kulit.

 

Danau Kaolin Belitong mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan akses jalan mulus beraspal. Hanya sebaiknya menggunakan kendaraan sewa, karena lokasinya tidak dilalui kendaraan umum biasa. Kalaupun ada angkutan umum besar, kedatangannya hanya sesekali dan sangat jarang. Anda tentu tidak mau berjalan kaki ke pusat kota di tengah iklim panas Belitung.

 

Serombongan mudamudi tiba, seseorang dari mereka melempar botol bekas air mineral. Yunis mendelik. Mereka hanya tertawa melihat seorang kawannya berbuat begitu, seolah adegan komedi yang konyol. Hampir selalu ada saja yang berprilaku seperti itu. Lewat tulisan ini saya ingin mengingatkan, buatlah dokumentasi sebanyak mungkin, tapi jangan meninggalkan jejak sampah apa pun ya. Setidaknya kita mulai dari diri sendiri, di mana pun kita berada. Seperti kata pepatah; ‘Satu sampah yang kau buang sembarangan, akan menimbulkan seribu macam bencana’.yk[]

 


 

yunis kartika
Foto by Pak Sugeng - Yunis Kartika di gundukan bukit kaolin, Danau Kaolin Belitong.




 

“Berbuat untuk sebuah harapan,

yang tidak lagi dikeluhkan tetapi diperjuangkan.”

—Najwa Shihab—

 

 

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^

 

#BPNRamadan 2023

#artikel2

0 comments:

Post a Comment

101 Serbaneka Bangka_ Edisi Penutup

yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di Bandara Depati Amir, Bangka.

  

 

“Perjalanan membawa kekuatan dan cinta kembali ke dalam hidup anda.”

—Jalaluddin Rumi—

 

 

 

 

Sampai juga akhirnya di penghujung kisah perjalanan selama di Bangka. Dalam ‘Serbaneka Bangka’ ini saya mencoba merangkum halhal yang belum diulas, baik tempat, penanda/ikon, makanan, ataupun oleholeh yang sekiranya menjadi ciri khas Bangka. 

 


Pangkalpinang “Kota Beribu Senyuman”

pangkalpinang kota beribu senyum
Dok pribadi - Slogan kota Pangkalpinang "Kota Beribu Senyuman", di lampu merah simpang Semabung.


Kota Pangkalpinang merupakan Ibukota Provinsi Bangka Belitung dengan hari jadinya tanggal 17 September 1757. Tahukah anda bahwa slogan kota Pangkalpinang adalah “Kota Beribu Senyuman”? Saya melihat penanda ini di pertigaan jalan besar berseberangan dengan sebuah kelenteng Fuk Tet Che, sejajar dengan Masjid Semabung Baru. Slogan ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2018, dimana merujuk pada misi pimpinan daerah yang tengah menjabat. Kata ‘Beribu Senyuman’ sendiri dimaknai sebagai; Sejahtera, Nyaman, Unggul, dan Makmur.

 


Alunalun Taman Merdeka

alunalun taman merdeka pangkalpinang
Dok pribadi - Alunalun Taman Merdeka Pangkalpinang, Bangka.


Alunalun Taman Merdeka merupakan pusat keramaian yang dapat dikunjungi dari pagi hingga malam hari. Letaknya yang strategis, berada di jantung kota Pangkalpinang semakin memudahkan akses untuk menjangkaunya. Aneka jajanan bisa anda temukan pula di sini. Dari alunalun ini anda bisa menuju ke beberapa tempat yang letaknya berdekatan dengan mudah. Ada Rumah Residen, Tugu Pergerakan Kemerdekaan, Titik 0 Bangka, dan Museum Timah Indonesia Pangkalpinang, yang dapat dijangkau dengan berjalan kaki.

 


Tugu Titik 0 Kilometer Pulau Bangka

titik 0 kilometer pulau bangka
Dok pribadi - Sepatusepatuyunis di Tugu 0 Kilometer Bangka.


Tugu ini merupakan penanda sejarah titik awal pembangunan Pulau Bangka saat Pangkalpinang Ibukota Keresidenan Bangka. Tanggal 3 September 1913 tugu ini dibuat berbentuk replika pitis Pangkalpinang tahun 1217 Hijriah atau 1802 Masehi. Dengan tulisan Arab Melayu pada sisi belakang. Bing Lang atau Ping Lang yang berarti pohon pinang sebagai nama spesifik kota Pangkalpinang. Berat asli koin Gongsi adalah 6.53 -6.62 gm/diameter 31mm. ‘Tugu 0 Kilometer Pulau Bangka’ diresmikan oleh Walikota Pangkalpinang H. Maulana Aklil, pada 1 Januari 2021. “Haza Fulus Pangkalpinang – Ini Uang (Gongsi) Pangkalpinang” (bahasa Arab), “Bing Lang Gong Si (Pin Long Kung Se) – “Berkembang dan Maju Secara Nyata”

 


Masjid Raya Tuatunu

masjid raya tuatunu pangkalpinang
Dok pribadi - Masjid Raya Tuatunu di Kampung Melayu, Bangka.


Masjid Raya Tuatunu diresmikan tahun 2008, menjadi masjid terbesar di Bangka Belitung dengan beragam fasilitas penunjang yang terbilang lengkap serta mengikuti zaman, yang diharapkan bisa menjadi pusat studi dan kajian agama Islam di Bangka Belitung. Masjid ini megah berdiri dalam perpaduan arsitektur modern dan tradisional, dengan halaman yang luas. Pada harihari raya, atau peringatan, masjid Raya Tuatunu selalu dipadati oleh umat Islam untuk beribadah yang datang bukan hanya dari Pangkalpinang.

 


MR. Adox

mr. adox pangkalpinang
Dok pribadi - pilihan menu di restoran Mr. Adox, Pangkalpinang, Bangka.


Berdiri sejak tahun 2010, restoran seafood Mr. Adox berhasil menjadi restoran seafood ternama di Bangka. Salah satu rahasianya adalah dengan mempertahankan resep tradisional dan bahan rempah berkualitas. Restoran seafood Mr. Adox dirintis oleh Mr. Adox sendiri mulai dari nol. Namun berkat kerja keras dan dukungan dari keluarga serta kerabatnya, restoran seafood Mr. Adox berkembang hingga saat ini sebagai salah satu restoran seafood terbaik dan dikenal kualitasnya di Bangka. Saya mencicipi menu kepiting saus tiram, ikan bawal goreng, dan tauge ikan asin. Di sini, ikan bawalnya kecilkecil di goreng kering, hingga bisa dimakan semuanya tak bersisa. Xoxoxo…

 


Acau Martabak 89

martabak acau 89 pangkalpinang
Dok pribadi - Martabak manis dan martabak telur Acau Martabak 89, Pangkalpinang, Bangka.


Martabak Bangka adalah menu wajib yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Bangka. Ada bermacammacam merk/toko yang menjualnya di Pangkalpinang, namun yang paling terkenal adalah Acau Martabak 89. Nama dan citarasanya melegenda. Angka 89 sendiri nampaknya merujuk pada tahun mulai dibukanya Acau Martabak, yaitu tahun 1989. Jenis martabaknya sendiri hanya 2, yaitu manis dan telur/asin. Perkembangannya kemudian lebih pada isian martabak yang lebih beragam. Saya sendiri lebih menyukai yang klasik; kacang, coklat, dan susu. Serta martabak telur ayam tanpa tambahan daging sapi atau daging ayam. Yummy…

 


Tahukok & Mie Ayam YENYEN

tahukok dan mie ayam yenyen bangka
Dok pribadi - Tahukok dan mie ayam halal YENYEN, Pangkalpinang, Bangka.


Siapa yang tak suka tahu, bakso, ataupun mie ayam? Hmmm… yakin banget kalau warga +62 ratarata doyan dengan makanan ini. Begitu pula dengan saya, xoxoxo… Label HALAL menjadi acuan pertama saya mencicipi tahukok dan mie ayam YENYEN. Adonan baksonya terbuat dari ikan tenggiri. Tahukok sendiri adalah tahu yang dipotong empat, kemudian diisi adonan bakso ikan tenggiri tadi. Dalam satu mangkok tahukok terdapat bakso rebus, bakso goreng, kulit tahu, dan tentu saja tahukok sebagai hidangan utama. Disajikan dengan kuah kaldu ayam panas dengan taburan bawang daun yang cukup banyak. Sementara keunggulan mie ayam YENYEN terletak pada mie ayamnya yang tipis dan kenyal, sehingga bumbu toping daging ayam cingcang lebih meresap.

 


Otakotak ASE

otakotak ase bangka
Dok pribadi - Otakotak dan aneka pempek disajikan dengan 3 pilihan sambal.


Otakotak Ase ini telah memiliki banyak cabang, kebetulan saya mengunjungi cabang terbesar dengan bangunan yang terbilang baru, bergaya modern minimalis, dan terbuka. Bukan hanya otakotak, di sini beragam pempek ikan dan udang pun ada serta bisa langsung makan di tempat. Di salah satu pojokan ruang, terpajang dengan rapih di atas rakrak kayu, aneka kerupuk berbahan ikan, udang, dan cumi. Kuekue khas Bangka, terasi, dan kopi jenis robusta Belitong juga ada. Jadi, tempat ini semacam resto merangkap tempat oleholeh. Apa bedanya dengan otakotak lain? Otakotak Ase ini dihidangkan bersamaan dengan 3 jenis sambal. Ada tauco, terasi, dan cuko, atau anda bisa berkreasi memadukan ketiganya.

*

 


7 Tips Explore Bangka

Pertama, anda bisa menempuh perjalanan melalui transportasi udara atau laut. Namun khusus penyebrangan kapal laut, tersedia hanya dari Palembang. Pastikan bandar udara tersebut memiliki rute penerbangan ke Bangka. Jika tidak, carilah kota terdekat dengan rute penerbangan ke Bangka.

 

Kedua, begitu sampai di bandara Depati Amir, Pangkalpinang, jangan malu untuk mengambil peta wisata atau brosur wisata yang dibagikan dan dipajang cumacuma di stand Dinas Pariwisata Daerah. Peta dan brosur wisata ini bisa membantu anda sebagai panduan atau jangkar selama berada di sana.

 

Ketiga, pakailah jasa taksi yang sudah tersedia di bandara alihalih anda mencoba menggunakan aplikasi penyedia layanan taksi, karena hal tersebut seperti sudah menjadi kebijakan yang harus dipatuhi penyedia layanan taksi online maupun offline. Jangan lupa untuk berkomunikasi dengan driver-nya, anda bisa mendapatkan banyak bahan. Tapi, jangan menjanjikan apaapa tentang penggunaan pelayanannya kembali, karena bisa jadi anda bertemu dengan opsi driver yang lain.

 

Keempat, booking-lah hotel sebelum berangkat. Jika memungkinkan pesanlah pada harihari biasa di luar musim libur dan weekend, sebab harga kamar cenderung normal. Tempat wisata pun cenderung sepi, anda bisa puas mengeksplorasi.

 

Kelima, setelah cek in dan rehat sejenak di hotel, mulailah melakukan 1-2 perjalanan yang dekatdekat saja. Semisal mencari tempat makan, atau lokasi pariwisata yang buka hingga malam. Untuk wisata jarak jauh, anda harus menyewa mobil, karena tidak terdapat angkutan umum biasa yang bisa membawa anda ke lokasi wisata tersebut. Nah, perjalanan kecil ini memungkinkan anda menjajaki driverdriver lain. Manfaatnya adalah, anda tidak harus menyewa mobil ke tempat sewaan khusus yang harganya cenderung lebih mahal dan kaku. Dengan penjajakan ini anda bisa bernegosiasi menggunakan jasanya selama anda di Bangka, dan ini jauh lebih menyenangkan karena terasa mendapatkan teman baru sekaligus guide perjalanan. Saya dan Icky pun bertemu dengan Koko Rudy dalam perjalanan kecil tadi, dan menyambung bertemu dengan Bro Tony. Sebagai referensi siapa tahu anda memerlukan, saya bagikan foto kartu namanya.

transport bangka
Dok pribadi - Kartu nama Koko Rudy, Pangkalpinang.

 

Keenam, siapkan daftar tempat yang ingin dikunjungi dan kuliner yang ingin dicoba, beserta daftar oleholeh yang akan dibeli.

 

Ketujuh, HAVE FUN! Selamat menikmati Bangka.

*

 


Sebenarnya masih banyak tempat yang masuk dalam cagar budaya Kepulauan Bangka Belitung yang tidak sempat saya kunjungi, mungkin giliran anda nanti yang menulisnya. Sekarang mari kita ke Belitong.yk[]

 


yunis kartika
Foto by Bro Tony - Malam terakhir Yunis Kartika dan Icky di Bangka sambil menikmati otakotak Ase.


  

 

“Kenangkanlah gumam pertama | Pertemuan tak terduga | Di suatu kota pantai |

Di suatu hari kemarau | Di suatu keasingan rindu | Di suatu perjalanan biru.”

—Umbu Landu Paranggi—

 

 

 

 





 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^


#BPNRamadan2023

#artikel1

0 comments:

Post a Comment

Oto Pownis Kendaraan Bersejarah di Bangka_ Edisi Spesial

 

oto pownis bangka
Dok pribadi - Oto Pownis di Museum Timah Indonesia Pangkalpinang, Bangka.


 

 

 

“Masa lalu tidak pernah hilang. Ia ada tetapi tidak tahu jalan pulang.

Untuk itu ia menitipkan surat, kadang kepada sesuatu yang tidak kita duga.

Kita menyebutnya kenangan.”

—Aan Mansyur—

 

 

 

 

Banyak sekali ciri kehidupan masyarakat di pulau Bangka saat ini yang merupakan hasil asimilasi dan akulturasi budaya dengan masyarakat Tionghoa. Akulturasi budaya pribumi Bangka (Bangkanese) dengan beberapa etnik group termasuk orang Tionghoa membentuk budaya Bangka dan membentuk orang Bangka. Berbagai wujud kebudayaan material maupun sistem sosial yang ada di Bangka merupakan akulturasi dan asimilasi serta hasil lokal genius orang Bangka. Salah satunya adalah bentuk moda transportasi darat yang dikenal dengan sebutan Mobil atau Oto Pownis.

 

Pada tahun 1959 pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan PP 10 Tahun 1959 yang berisi larangan bagi orang asing terlibat dalam kegiatan perdagangan dan usaha lainnya kecuali dilakukan di ibukota kabupaten atau kotamadya atau daerah Swatantra (di pulau Bangka berarti di Sungailiat dan Pangkalpinang). Kebijakan ini dimaksudkan untuk mematahkan keterlibatan etnis Tionghoa dalam perdagangan dan usaha lainnya di kampungkampung Indonesia, yang kebanyakan dikuasai orangorang Tionghoa asing. Kebijakan ini hampir tidak berlaku sepenuhnya di pulau Bangka, mengingat latar historis kedatangan orang Tionghoa ke Bangka di bawah kekuasaan Kesultanan Palembang Darussalam. Pemukiman orang Tionghoa telah berkembang di hampir 10 Distrik di pulau Bangka pada masa Hindia Belanda, seperti Belinyu, Jebus, Toboali dan Merawang.

 

Berdasarkan sensus tahun 1971, penduduk Kabupaten Bangka berjumlah 362.438 jiwa dengan 45.829 jiwa adalah warga keturunan Tionghoa, dan 53.356 adalah orang Tionghoa warga negara asing. Artinya 27 persen penduduk Kabupaten Bangka adalah etnisTionghoa dan hampir 54 persen dari etnis Tionghoa adalah warga negara asing. Sedangkan di Pangkalpinang pada tahun 1970, etnis Tionghoa yang kewarganegaraan asing sekitar 15.000 orang. Oleh sebab itu usaha perdagangan dan usaha lainnya seperti moda transportasi darat antara Pangkalpinang-Sungailiat yang dijalankan oleh orang Tionghoa warga negara Indonesia mereka namakan dengan POWNIS (Persatuan Otooto Warga Negara Indonesia). Untuk mempertegas eksistensi usahanya dan sebagai implementasi dari kebijakan pada PP 10 Tahun 1959.

 

Oto Pownis merupakan sarana transportasi yang menghubungkan Pangkalpinang dan Sungailiat (Pinkong-Liatkong), hal ini sangat memungkinkan karena kondisi jalan dan jembatan yang cukup memadai pada waktu itu. Pemerintah Belanda untuk memperlancar trasportasi dari distrik Pangkalpinang ke Distrik Merawang yang baru dibentuk dan selanjutnya menuju Distrik Sungailiat, sesuai ketentuan dalam pasal 30 Lembaran Negara 1831 nomor 62, mulai membangun jalan baru dari Baturusa ke Distrik Pangkalpinang, yang jaraknya lebih diperpendek sekitar 43 paal dan diselesaikan pada tahun 1851. Pemerintah Belanda juga membangun jalanjalan setapak untuk mempermudah transportasi antar kampung yang ada di Distrik Pangkalpinang dan Sungailiat.

 

Oto Pownis sebagai sarana transportasi melayani penumpang dan barang dibuat berbentuk bus oleh tukangtukang di pulau Bangka menggunakan mesin merk Mitshubishi, Daihatsu, dan GMC, berbahan bakar solar dan bensin. Mobil secara umum berbahan kayu baik badan, tempat duduk, maupun pintu dan jendela. Umumnya jenis kayu yang paling baik digunakan adalah kayu ubak.

 

oto pownis bangka
Dok MTI @museumtimahindonesia - Tampak pengunjung akan berkeliling menggunakan Oto Pownis. 

Selain kayu ubak, bisa juga dipakai kayu Bangka jenis lainnya seperti kayu Medang, Mentangor, dan Menggris. Jendela dapat dinaikturunkan sesuai kondisi dan cuaca, serta jendela terdiri dari plastik berbingkai kayu. Untuk bagasi penumpang berada di bagian atas mobil dengan tangga pada bagian belakang. Pada saat ramai penumpang, kadangkadang kondektur berada di tangga atau barang diikat di tangga. Warna mobil secara umum di cat dengan warna merah untuk kepala mobil dan warna kuning gading untuk badan mobil.

 

Pada era tahun 1970, 1980, dan 1990, beroperasi sekitar 53 unit. Oto Pownis tersebut mengantri penumpang di terminal Pangkalpinang dan terminal Sungailiat sesuai dengan nomor lambungnya. Mobil tidak hanya menaikturunkan penumpang di terminal, tetapi penumpang dapat naik dan turun di jalan dan kampung sepanjang rute Pangkalpinang-Sungailiat sesuai dengan kebutuhan penumpang, bahkan mobil sering disewa untuk pergi ke Pantai atau kegiatan massal lainnya.

 

Seiring dengan masuknya mobilmobil penumpang ukuran minibus seperti L-300, Oto Pownis pun berangsurangsur tersisihkan. Sampai tahun 2000 Oto Pownis masih beroperasi, dan pada tahun 2012 masih beroperasi sekitar 7 unit, setelah itu kemudian menghilang. Pada minggu kedua bulan April 2016 Dinas Pariwisata Kota Pangkalpinang memperkenalkan kembali Oto Pownis untuk kegiatan city tour pada Pangkalpinang Travel Mart 2. Dengan membawa para buyers se-Indonesia berkeliling meninjau destinasi wisata di Pangkalpinang. Pada hari itu PT. Timah mengeluarkan 2 unit Oto Pownis untuk city tour demi kemajuan pariwisata Kota Pangkalpinang, dan untuk membangkitkan memori kolektif masyarakat Bangka akan masa lalunya. Honoring The Past, Celebrating The Future.yk[]

*sumber/retype dari booklet Museum Timah Indonesia Pangkalpinang

 



 

“Pesona dari sejarah dan pelajarannya yang penuh tekateki terdiri dari fakta

bahwa dari zaman ke zaman tidak ada yang berubah,

namun semuanya benarbenar berbeda.”

—Aldous Huxley—

 

 

 

 




 

PS : sila menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi.

 

0 comments:

Post a Comment

Maslina dan Kain Tenun Cual Khas Bangka_ Edisi Spesial

yunis kartika
Foto by Bro Tony - Yunis Kartika dan Ibu Maslina beserta salah satu kain tenun cual khas Bangka.


   

 

“Budaya bukanlah sesuatu yang diwariskan melalui gen.”

—Paulo Coelho—

 

 

 

 

Sejak tiba di Bangka, saya sudah berencana mencari kain tenun atau batik motif cual khas Bangka untuk dibawa pulang sebagai kenangan. Saya pun bertanya pada Koko Rudi—kawan perjalanan di hari pertama—lokasi penjualan kain. Ia malah menawarkan untuk mengantar ke tempat pembuatannya langsung. Saya girang bukan kepalang, dan mengagendakan kunjungan di hari akhir. Sayang, karena kegiatan yang mendadak Koko Rudi batal mengantar, dan mendelegasikan pada Bro Tony. Jadilah saya, Icky, dan Bro Tony, mengunjungi “Sentra Produksi, Pelatihan dan Studi Pelestarian Warisan Budaya Tenun Cual Khas Bangka”, MASLINA, sore terakhir di Bangka.

 

Beberapa kali Bro Tony melakukan panggilan seluler untuk memastikan tempatnya. Kami tiba sekitar setengah 4 di pelataran sebuah rumah besar. Terletak di Jl. Raya Selindung No. 17, RT/RW 02/02, Kelurahan Selindung, Kecamatan Gabek, Pangkalpinang. Tidak terlihat tanda orangorang berkegiatan. Dalam bayangan saya adalah rumah atau ruang setengah terbuka laiknya sebuah workshop seperti yang saya kunjungi di Bali, Yogya, atau beberapa tempat lainnya. Cukup lama kami mengetuk pintu sembari mengucapkan salam hingga akhirnya mendapat respon dari seorang anak lelaki usia sekolah dasar, “Nenek sedang sholat. Tunggu sebentar ya.” Begitu katanya.

 

maslina dan kain tenun cual khas bangka
Dok pribadi - Motif tenun cual Ibu Maslina yang sudah terdaftar di HAKI.

Sambil menunggu, saya mengedarkan pandang. Tepat di seberang rumah di mana saya menunggu, terdapat toko cinderamata cukup besar dengan jendelajendela kaca lebar tembus pandang memperlihatkan sebagian barang yang terpajang. Pernakpernik khas cinderamata berbahan kain dan lainnya tergantung rapi. Pintunya tertutup rapat dan tidak terlihat kegiatan pula di sana. Bergeser pandang ke kiri, terdapat bangunan dengan papan nama “Koperasi MASLINA” tersemat di bagian atas. Dari bangunanbangunan yang terlihat, saya simpulkan bahwa kami benar berada di lokasi sentra kain tenun cual.

 

Tetiba pintu rumah dibuka disertai suara seorang perempuan dengan logat daerah khas menyapa, “Maaf menunggu lama. Silakan masuk Mbak, Pak, Dek…”, saya mengangguk, kemudian masuk ke dalam beriringan. Keadaan di dalam ruangan sungguh membuat mata saya berbinar. Mengingatkan pada toko ayah saya dengan deretan kainkain. Bedanya, di toko ayah, kain yang dijual paling mahal Rp.20.000,- rupiah/meter karena jenis kain furing untuk lapisan dalam pakaian, sementara di ruangan itu saya yakin harganya tidak akan kurang dari puluhan ribu-/lembar ukuran 1 meter x 2 meter (mungkin kurang), bahkan ratusan ribu hingga jutaan.

 

maslina dan kain tenun cual khas bangka
Dok pribadi - Ibu Maslina bercerita tentang muasal kain tenun cual khas Bangka.

maslina dan kain tenun cual khas bangka
Dok pribadi - Salah satu koleksi kain tenun cual milik Ibu Maslina.

Perempuan berusia 61 tahun kelahiran Gelumbang, Sumatera Selatan itu mengenalkan dirinya dengan nama Maslina. Beliau menyambut kami dengan hangat, apalagi ketika saya mengutarakan niat ingin melihatlihat kain tenun cual khas Bangka, dan jika memungkinkan ingin membelinya juga. “Mbak liat toko di seberang kan? Memang tutup. Minggu ini toko dan pekerja libur, karena memang sedang tidak ada produksi. Orangorang yang mau beli, biasanya langsung ke rumah saya ini. Kebetulan memang mirip toko juga karena saya banyak menyimpan kain di sini.”

 

Beliau mengeluarkan beberapa helai kain tenun beragam motif dan warna, sambil bercerita tentang muasal kain tenun cual. Menenun cual awalnya merupakan aktivitas perempuan Bangsawan Muntok, Bangka Barat, keturunan Ence’ Wan Abdul Haiyat di Kampong Petenon pada abad ke 18. Tenun cual mulanya merupakan kain adat Muntok yang berarti celupan awal pada benang yang akan diwarnai. Tenun cual merupakan perpaduan antara teknik sungkit dan tenun ikat, namun yang menjadi ciri khasnya adalah susunan motif tenun cual, seperti; susunan motif bercorak penuh (Penganten Bekecak), dan motif ruang kosong (Janda Bekecak). Fungsi sosial dari tenun cual adalah sebagai pakaian kebesaran lingkungan Bangsawan Muntok, pakaian pengantin dan pakaian pada harihari kebesaran Islam dan acara adat lainnya. Sebagai hantaran pengantin ataupun mahar yang langsung menggambarkan status sosial (pangkat dan kedudukan) seseorang pada masa itu.

 

alat tenun cual
Dok pribadi - Alat tenun cual koleksi Museum Timah Indonesia Muntok.

Dahulu, kehalusan tenunan, tingkat kerumitan motif, dan warna pada tenun cual mengandung filosofi hidup sebagai hasil perjalanan religius penenunnya. Tenun cual sangat terkenal karena tekstur kainnya yang begitu halus, warna celupan benangnya tidak berubah, dan ragam motif seakan timbul jika dipandang dari kejauhan. Peminat tenun cual pun hingga ke luar Bangka, sehingga diperjualkan pula ke Palembang, Belitung, Pontianak, Singapura, dan tanah Melayu lainnya. Hal ini menyebabkan pengguna tenun cual tidak lagi hanya pada keturunan Bangsawan Muntok.

 

Tahun 1914 hingga 1918, terjadi perang besar melanda Eropa yang menyebabkan terputusnya bahan baku tenun cual. Masuknya tekstil dari berbagai daerah menjadi pelengkap orangorang Muntok meninggalkan kerajian tenun cual. Tahun 1990, perindustrian Kota Madya Pangkalpinang menggalakan kembali kerajian cual di Bangka. Kelompok usaha kerajinan cual yang terdiri dari anggota keluarga tersebut diketuai oleh Maslina. Dengan mempelajari kembali motif dan koleksi tenun cual klasik, kemudian dibuatkan benang selanjutnya ditenun. Sejak tahun 1997 hingga sekarang, pemerintah mengadakan pelatihan teknik menenun dan Maslina sebagai pelatihnya. Tahun 2003 Maslina membentuk koperasi dan kini ada sekitar 50 pengrajin tenun cual yang tersebar di Bangka Balitung. Tak terhitung penghargaan dari pemerintah yang sudah diterimanya. Cual sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada tahun 2015.

 

Ketika saya tanya soal harga, beliau tersenyum penuh arti. Ternyata dugaan saya benar soal harga. Untuk selembar kain tenun cual berukuran standar (panjang 225cm x lebar 56cm) bervariasi, tergantung bahan baku yang pakai. Mulai dari jutaan hingga puluhan juta. Begitu pun untuk selendang tenun cual yang berukuran panjang 190cm x lebar 56cm, dihargai jutaan rupiah pula. Sementara harga batik motif cual, jauh lebih terjangkau. Kisaran harga dimulai dari puluhan ribu hingga ratusan ribu /meternya. Beliau menunjukkan sebuah gulungan kain tenun warisan keluarga dengan motif klasik tertua dan langka, seorang pejabat ibukota menawarnya dengan harga 200 juta rupiah/meter. Sungguh fantastis!

  

maslina dan kain tenun cual khas bangka
Dok pribadi - Icky dan Bro Tony serius mendengarkan kisah di balik selembar kain tenun cual khas Bangka.

Kain tenun cual berwarna biru yang saya pegang cantik dan mewah dengan benang peraknya. Saya suka, sayang harganya terlampau tinggi. Penuh kepekaan, Icky mendorong saya untuk membelinya. Ibu Maslina bahkan bersedia memberi diskon khusus untuk kain yang saya suka. Terus terang saya sangat tergoda, hingga berpikir cukup lama. Ya, yang namanya kain tenun, di mana pun di nusantara memang memiliki harga cenderung tinggi/mahal, dikarenakan proses pengerjaannya secara manual, kualitas bahan baku dan cara perwarnaan. Kain tenun bukanlah produk massal. Kain tenun adalah seni. Bagi anda penyuka seni, keindahan, halhal tradisi, ataupun kolektor benda antik/sejarah, pasti memahaminya.

 

Dengan penuh pertimbangan, saya terpaksa menolak dengan halus dan mengucapkan terimakasih untuk diskon khususnya juga untuk pengetahuan kain tenun cual. Sedih sih, tapi harganya di luar batas toleransi yang saya tetapkan. Karena tidak mungkin hanya membeli satu, ada mama mertua dan mama sendiri yang ingin saya hadiahi juga, belum lagi adikadik perempuan saya. Meskipun tidak jadi membelinya, tapi saya cukup senang diperbolehkan mencoba dan berfoto saat mengenakan kain tenun biru cantik nan mewah itu. Dipenghujung kunjungan, saya membeli 3 helai batik motif cual berwarna abu putih terang dan bonus sebuah peci motif cual. Seperti kata pepatah; “Tak ada rotan, akar pun jadi.”

 

Namun, jika anda memang membutuhkan kain tenun cual khas Bangka, saya sangat menyarankan untuk membeli langsung di Sentra Produksi Maslina. Anda bisa mendapatkan berbagai keuntungan; diskon khusus pastinya, juga limpahan ilmu tentang budaya tenun dan batik cual. Ibu Maslina akan dengan senang hati menceritakan kisah di balik selembar kain cual. Yang tak kalah penting, kita bisa menjadi bagian yang berkontribusi dalam pelestarian kebudayaan dan perekonomian masyarakat pengrajin tenun dan batik cual.yk[]




yunis kartika
Foto by Bro Toni - Yunis Kartika mengenakan salah satu kain tenun cual khas Bangka milik Ibu Maslina.


 

 

“Budaya, bahasa, sejarah, dan nilainilai kita,

sangat penting untuk menyatukan kita sebagai suatu bangsa.”

—Bobby Jindal—

 

 


 

 

Berikut Tips Merawat Batik Motif Cual dari Ibu Maslina :

1. Agar warna pada bahan tersebut dapat bertahan lama, jangan mencuci menggunakan mesin cuci. Jangan direndam terlalu lama, disarankan menggunakan shampoo atau sabun khusus, yaitu lerak.

2. Jangan dijemur di bawah sinar matahari langsung. Gantung menggunakan hanger dan dianginanginkan di tempat teduh. Sebaiknya kain di balik.

3. Setrika menggunakan suhu sedang dengan kain tetap di balik, atau menggunakan kain tipis sejenis sapu tangan sebagai lapis.

4. Simpan kain di tempat teduh yang tidak terkena sinar lampu dan matahari secara langsung.

5. Jika ingin memberi kapur barus, bungkus terlebih dahulu dengan menggunakan kain atau plastik.

 


Berikut Tips Merawat Kain Tenun Cual Dari Ibu Maslina :

1. Tenun cual sebaiknya digulung mengelilingi batang pipa PVC/paralon yang terlebih dahulu dilapisi kertas minyak, atau kertas copy.

2. Masukkan kain ke dalam tabung atau dibungkus plastik lalu simpan dalam lemari kayu.

3. Jauhkan dari terpapar sinar matahari secara langsung dan jauhkan pula dari air.

4. Tabung atau lemari penyimpanan diberi lada atau cengkeh yang berfungsi menjauhkan dari rayap dan serangga lainnya.

5. Tenun cual tidak boleh di-dry clean atau laundry. Kain hanya boleh dianginanginkan setelah dipakai.

 

 

 

 

 

 

 

 

PS : sila menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi.

 

0 comments:

Post a Comment