Danau Kaolin Belitong_Edisi Olwen
Olwen di gundukan bukit kaolin, Danau Kaolin Belitong. |
“Kita menjadi bijak bukan oleh ingatan masa lalu kita,
tetapi dengan tanggung jawab untuk masa depan kita.”
—George Bernard Shaw—
Belitung
atau Belitong adalah pulau yang terletak di Laut Cina Selatan, yang tak lepas
sejarahnya dari penjajahan kolonial Belanda. Hasil bumi menjadi salah satu daya
tariknya. Tahun 1851 Belanda mendirikan perusahaan pertambangan timah di pulau
Belitung, bernama Gemeenschappelijke Mijnbouwmaatschappij Billiton
(GMB). Hingga Indonesia merdeka, tambang timah masih dikelola oleh Belanda
sampai tahun 1959. Setelah itu diambil alih dan dikelola oleh PN Timah yang
kemudian berganti mana menjadi PT Timah Tbk.
Pertambangan
timah tak ayal menjadi salah satu kontributor besar bagi pusat dengan margin
keuntungan luar biasa dalam membantu pembangunan di ibu kota. Sementara
Belitung sendiri sebagai sumber tambang, hampir tidak mendapatkan perhatian
yang cukup. Ketika harga timah merosot tahun 1980an hingga ditutupnya
pertambangan timah tahun 1990an secara resmi oleh pemerintah, Belitung menjadi
kawasan terlantar. Pada masamasa setelah pergantian pemerintahan di era
reformasi, penambangan timah mulai dilakukan kembali oleh masyarakat Belitung. Pelimbangan
secara tradisional yaitu dengan memunguti pasir dan tanah di bekas tambang
timah, atau menambang dengan menggunakan alat berat untuk menyedot pasir dalam
skala besar. Penambangan ini mengakibatkan tanah Belitung semakin rusak. Bekas
penambangan yang tidak direklamasi meninggalkan ceruk atau lubanglubang bekas
galian. Kerusakan yang mengancam kelestarian ekosistem di pantai dan sungai. Kini,
pemerintah membatasi izin penambangan dan menindak penambang timah ilegal guna
meminimalisir kerusakan alam.
Dok pribadi - Dua ceruk 'Danau' Kaolin Belitong yang tengah surut. |
Selain timah,
Belitung juga memiliki potensi sumber daya alam lain, yaitu kaolin. Penambangan
kaolin baru mulai dilakukan awal tahun 90an. Kaolin dan timah itu dua unsur
yang berbeda (baca: Kulong Biru, Danau Kaolin Di Bangka Tengah_ Edisi Olwen | sepatusepatu yunis),
namun penambangan keduanya samasama meninggalkan ceruk besar yang mayoritas
tidak di direklamasi. Kaolin Belitong merupakan bahan baku keramik yang terkenal
karena kualitasnya baik oleh pengguna bahan baku dalam negeri maupun luar
negeri.
Dok pribadi - Pembatas dari batang kayu yang ala kadarnya. |
Dok pribadi - Nampak 2 alat keruk tengah beroperasi di salah satu ceruknya. |
Siang itu kami—Yunis, Icky, Pak Sugeng dan saya tentu saja—menyambangi Danau Kaolin Belitong yang terletak di jalan Murai, sekitar 6 km dari pusat kota Tanjung Pandan. Suasananya jauh berbeda dengan danau kaolin yang berada di Bangka. Di Danau Kaolin Belitong yang belum dikelola oleh perintah sebagai destinasi wisata, tidak terdapat gazebogazebo peristirahatan dari kayu, ataupun warungwarung makanan laiknya di Bangka. Di sini, cenderung masih dibiarkan apa adanya. Ceruk penambangan ini pun masih aktif. Bahkan ketika kami di sana, penambangan sedang berlangsung oleh 2 alat keruk.
Sungguh siang
yang menyengat. Tak ada pepohonan besar yang dekat ataupun ruang hijau untuk berteduh. Pak
Sugeng menyipitkan mata, tangannya ditekuk di atas gawai ketika memotret Yunis,
berusaha melihat lebih jelas refleksi image di layar, “Gak kelihatan
apaapa Mbak,” katanya sambil terkekeh. Sinar matahari memantul dari pasir kaolin
yang berwarna putih pucat keabuan menyilaukan mata. Warga Belitong menyebutnya Kulong,
yang dalam dialek lokal berarti danau. Ada dua buah cerukan besar akibat
pengerukan dan penambangan kaolin sedalam 2-10 meter. Jadi, pada dasarnya danau
ini terbentuk karena pengerukan, kemudian cerukan menampung air sehingga
terlihat seperti danau. Hamparan pasir kaolin yang putih pucat keabuan di
permukaan dan di dasar danau menyebabkan warna air seolah berwarna biru atau
biru kehijauan.
Dok pribadi - area sekitar Danau Kaolin dan meja payung penjual batu satam. |
Dok pribadi - gundukan kaolin serupa bukit yang berseberangan dengan danau. |
Berseberangan
dengan danau, terdapat gundukan pasir putih yang menggunung. Serupa bukitbukit
kecil yang memagari jejalan raya sekitar area danau. Jenis pasirnya kasar seperti garam
yang mengkristal. Cocok dipakai scrub luluran nih, Yunis pasti
berpikir demikian, xoxoxo... Namun jangan cobacoba memakainya sebelum anda
mengetahui efek sampingnya untuk kesehatan kulit.
Danau Kaolin
Belitong mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat, dengan
akses jalan mulus beraspal. Hanya sebaiknya menggunakan kendaraan sewa, karena
lokasinya tidak dilalui kendaraan umum biasa. Kalaupun ada angkutan umum
besar, kedatangannya hanya sesekali dan sangat jarang. Anda tentu tidak mau
berjalan kaki ke pusat kota di tengah iklim panas Belitung.
Serombongan mudamudi
tiba, seseorang dari mereka melempar botol bekas air mineral. Yunis mendelik. Mereka
hanya tertawa melihat seorang kawannya berbuat begitu, seolah adegan komedi
yang konyol. Hampir selalu ada saja yang berprilaku seperti itu. Lewat tulisan
ini saya ingin mengingatkan, buatlah dokumentasi sebanyak mungkin, tapi jangan
meninggalkan jejak sampah apa pun ya. Setidaknya kita mulai dari diri sendiri,
di mana pun kita berada. Seperti kata pepatah; ‘Satu sampah yang kau buang
sembarangan, akan menimbulkan seribu macam bencana’.yk[]
Foto by Pak Sugeng - Yunis Kartika di gundukan bukit kaolin, Danau Kaolin Belitong. |
“Berbuat untuk sebuah harapan,
yang tidak lagi dikeluhkan tetapi diperjuangkan.”
—Najwa Shihab—
PS : sila menulis komentar, membagikan
atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling
mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^
#BPNRamadan
2023
#artikel2
0 comments:
Post a Comment