“San Lo Chu” Kisah Di Balik Pantai Tikus Emas Sungailiat_ Edisi Olwen
Olwen dan ikon Pantai Tikus Emas Sungailiat, Bangka. |
“Tepian
laut adalah tempat yang aneh dan indah.”
—Rachel
Carson—
Apa yang ada dibenak anda ketika
mendengar kata “tikus”? Janganjangan anda langsung membayangkan hewan pengerat
yang lazim berkeliaran di goronggorong, got atau dapur kita sendiri. Atau janganjangan
anda membayangkan tikus berdasi yang seperti dinyanyikan Iwan Fals dalam
lagunya “Tikus Tikus Kantor”? Atau seperti dalam film animasi “Ratatouille”
yang jago memasak (kalau yang satu ini Yunis pasti juga mau)? Hohoho… Tahan
dulu pemikiran dan bayangan anda, sebab tikus yang satu ini memiliki arti berbeda.
*
Pemberhentian selanjutnya adalah
pantai Tikus Emas. Jaraknya tidak terlalu jauh dari pantai Tanjung Pesona dan
masih berada di Sungailiat, Kabupaten Bangka. Pantai ini ramai sekali. Bukan
hanya karena pengunjung, tapi juga audio dari pengeras suara yang
mengeluarkan lagulagu dangdut koplo. Kebayangkan? Kalau dalam
referensi perpantaian Yunis, keramaian dan suasana pantai Tikus Emas mungkin setara
dengan pantai Pangandaran yang berada di Jawa Barat (kecuali bagian pepohon pinus).
Dalam artian positif, berarti pantai ini memiliki magnet daya pikat yang luar
biasa untuk menarik pengunjung datang.
Dok pribadi - Suasana di Pantai Tikus Emas Sungailiat, Bangka. |
Salah satu daya pikat pantai ini
adalah deretan pohon pinus nan rindang. Nah, untuk bagian ini rasanya mirip
dengan pantai Air Manis yang berada di Sumatera Barat. Dalam kerindangan pohon pinus,
gazebogazebo mini dibuat sebagai salah satu fasilitas untuk para
pengunjung dudukduduk menikmati suasana pantai. Nampak panggung semi permanen dibangun
di sisi lain dekat ke bibir pantai. Pada harihari tertentu panggung ini
dipergunakan untuk keriaan aneka hiburan langsung, seperti live musik. Harga
tiket masuk pada hari biasa hanya Rp.5000,- rupiah/orang dan Rp.5000,-
rupiah/mobil.
Dok pribadi - pasirnya yang bersih dan jernihnya air laut yang kebiruan di Pantai Tikus Emas Sungailiat, Bangka. |
Pantai Tikus Emas cukup rapih dan
bersih. Deretan batu granit besar pada sisi tertentu bibir pantai dan air
lautnya yang biru, indah memesona. Fasilitas lain yang ditawarkan adalah adanya
area kemping, permainan air, taman kelinci, kolam penyu, area motor ATV, playing
fox, sepeda gantung, danau cinta, melukis wajah, restoran, dan fasilitas
umum seperti tempat beribadah dan toilet.
Kenapa sih dinamai pantai Tikus
Emas? Apakah di pantai ini dulunya tikus menjadi penghuni daerah pantai ini? Atau
ada kisah lain sehingga pantai ini dinamai “Tikus Emas”? Selidik punya selidik
rupanya memang ada kisah dibalik penamaan pantai Tikus Emas ini.
Alkisah, tersebutlah seorang pria
bernama Bun Ten Fu. Dia adalah seorang penduduk yang mendiami kawasan pantai
ini. Kegiatan sehariharinya adalah berburu di hutan. Karena kegesitan dan kelincahan
geraknya, Bun Ten Fu mendapat julukan “San Lo Chu” atau tikus hutan. Dari
situlah, kata “tikus” mulai menyebar dari mulut ke mulut. Hingga kini lebih
dikenal dengan nama pantai Tikus.
Sebelum dijadikan objek wisata, pantai
ini sempat dijadikan tambang timah liar atau ilegal. Kondisinya cukup
memprihatinkan dengan tumpukan pasir tambang dan lubanglubang di pinggir laut. Adalah
Wasis Pujo Pranoto yang kemudian mulai membenahi dan mengelola kawasan pantai
ini. Kerja kerasnya selama 7 bulan membuahkan hasil. Baru pada tahun 2016
pantai ini diresmikan dan dijadikan tempat wisata pantai untuk umum. Pantai
Tikus terbentang dari Tanjung Pesona sampai dengan perbatasan pantai Rebo yang
berada di depan Puri Tri Agung. Untuk membedakannya ditambahkan kata “Emas”,
maka jadilah kawasan wisata ini dengan sebutan “Pantai Tikus Emas”.
Sebuah patung tikus emas menjadi
simbol kawasan pantai ini. Kabarnya makam San Lo Chu tidak jauh dari pantai
Tikus Emas, dan sesuai permintaan tetua kampung patung tikus emas dibuat menghadap
ke arah makam tersebut.
*sumber informasi didapat langsung dari Pantai Tikus Emas.
Dok pribadi - Patung tikus emas yang menjadi ikon Pantai Tikus Emas Sungailiat, Bangka. |
Dalam budaya masyarakat Indonesia “tikus”
diasosiasikan dengan seorang koruptor seperti dalam lirik lagu “Tikus Tikus
Kantor-nya Iwan Fals” (tikustikus berdasi | tak kenal kenyang | rakus bukan
kepalang) atau halhal yang bersifat negatif. Berbeda dalam budaya
masyarakat Tionghoa, “tikus” merupakan perlambang kemakmuran dan kekayaan
karena sifatnya yang rajin dan hemat. Tikus emas juga adalah simbol
kebijaksanaan dan kecerdasaan.
Pemaknaan sesuatu; benda, hewan dan
lainnya bisa jadi akan sangat berbeda di satu tempat dengan di tempat lainnya. Bergantung
pada budaya, adat istiadat dan kearifan lokal. Dengan latar belakang histori
pulau Bangka, tidak heran jika pengaruh budaya Tionghoa begitu kental terasa. Termasuk
di pantai Tikus Emas.
Sudah siap memantai? Selamat
bersenangsenang.yk[]
Foto by Icky - Yunis Kartika di Pantai Tikus Emas Sungailiat, Bangka. |
“Keajaiban
itu banyak, dan tidak ada yang lebih indah dari kekuatan yang melintasi laut
putih, didorong oleh angin badai, membuat jalan setapak di bawah gelombang yang
mengancam untuk menelannya.”
—Sophocles—
PS : sila menulis komentar, membagikan
atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling
mengunjungi. Terima kasih sudah mampir ^_^
0 comments:
Post a Comment