Pantai Sayang Heulang Dua Tahun Lalu_ Edisi Catatan Dibuang Sayang (Samayo)

pantai sayang heulang jawa barat
Samayo dan pendamping hidup menikmati sunset di pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat.

 

 

 

“Keajaiban itu banyak, dan tidak ada yang lebih indah dari kekuatan yang melintasi laut putih didorong oleh angin badai, membuat jalan setapak di bawah gelombang

yang mengancam untuk menelannya.”

--Sophocles—

 

  

 

Pernah mengunjungi pantai Sayang Heulang yang berada di Desa Mancagahar, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat? Barubaru ini atau ketika pantai belum mendapat penataan seperti saat beberapa bulan belakang? Di waktu yang mana pun, kunjungan kita tentu memiliki nilai kenangan yang istimewa. Saya (Samayo) dan Yunis – kami misalnya, menikmati surya tenggelam di pantai Sayang Heulang 2 tahun lalu. Saya masih ingat ombak yang menderu, jejalan yang lengang, angin laut yang bergemuruh, bibir pantai yang bertahta bebatu karang, Yunis yang menikmati segelas teh dan kopi kemasan sambil menatap nun jauh ke laut tanpa tepi, dan…dan…dan… ah, kenangan perjalanan ke pantai Sayang Heulang terurai dengan sendirinya.

*

 


pantai sayang heulang jawa barat
Dok pribadi - Penanda pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat, yang masih sederhana.


Sudah lama Yunis mendengar kabar kalau pantai Sayang Heulang ‘layak’ dikunjungi. Beberapa anggota keluarga dan kawankawan karibnya malah ada yang sampai mengunjungi berkalikali. Pantainya masih cenderung ‘perawan’, bersih dan sepi, begitu mereka bilang ketika Yunis menanyakan alasan kenapa sampai berkali ke sana. Selain bahwa Sayang Heulang belum menjadi tujuan wisata mainstream (itu dulu). Maka suatu hari berangkatlah kami ke sana di hari bukan libur dan bukan pula akhir pekan. Kami membayangkan bahwa pantai ini pasti akan jauh lebih sepi lagi, namun bukankah itu tujuan kita berpetualang? Untuk berdialog dengan alam dan membaca diri? Kadangkadang keinginan untuk pergi juga datang begitu saja. Jika keadaan dan kondisi memadai (baca; logistik dan keuangan), biasanya Yunis menuruti hasrat perjalanan yang meletup tetiba tanpa banyak pertimbangan lain lagi, termasuk waktu perjalanan. Begitu pula dengan perjalanan ke pantai Sayang Heulang ini. Bandung – Garut, berapa jauh sih? Pikir Yunis waktu itu kemudian dipertegas dengan perhitungan waktu GPS google Maps, hanya 6 jam total dengan waktu kemacetan! Halus! Bukankah Bandung – Garut – Tasikmalaya adalah rute kunjungan rutin ketika Yunis bekerja dulu? Pasti tidak sulit mencapai pantai Sayang Heulang, dan kami pun berangkat! Xoxoxo… Belagu banget ya!

 

Perlu diingat, melakukan perjalanan spontan berbeda dengan melakukan perjalanan nekad tak berbekal informasi sama sekali, ya. Apalagi jika logistik dan keuangan tidak memungkinkan. Jangan sesekali melakukan hal ini, kecuali jika yakin pada kemampuan survival,  membuat jejaring dan komunikasi anda.

 

Perjalanan menuju Garut kota dari Bandung terbilang lancar, riuh dan ramai. Padatnya jalur adalah hal yang biasa, terutama ketika memasuki wilayah industri Cileunyi – Rancaekek. Kemudian memasuki jalur tertib lalu lintas dengan track menanjak dan menurun. Pada jam malam, kendaraan besar mendominasi jalanan. Berhatihatilah ketika ingin menyalip kendaraan. Rute dari Garut kota ke pantai Sayang Heulang sekitar 90 kilometer arah Cikajang, dengan waktu tempuh variatif tergantung kemampuan driver saat melintasinya. Medannya berkelokkelok tajam dan pada malam hari tidak banyak penerangan. Pohonpohon tinggi membuat jejalan semakin gelap, --Yunis sempat membayangkan hal spooky hingga meremangkan bulu kuduknya— sesuatu yang tidak dianjurkan ketika anda berkendara dan menyetir. Namun, pada umumnya waktu tempuh sekitar 3 – 4 jam. Jika bukan musim liburan, sebaiknya lakukan perjalanan di siang hari, karena daerahnya masih cukup sepi dengan medan rawan kecelakaan dan kuantitas kendaraan yang sepi pula akan sangat riskan jika terjadi sesuatu yang membutuhkan pertolongan.

 

pantai sayang heulang jawa barat
Dok pribadi - Sebagian panorama pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat.


Malam semakin meninggi ketika kami sampai. Aroma laut dan udara malam masuk bersamaan ketika kaca mobil dibuka. Udara seketika berganti. Masuk kawasan pantai ini gratis tanpa tiket atau pungutan lainnya –atau karena malam hari jadi tidak ada orang yang bertugas menarik retribusi? Entahlah! Benarbenar sepi, hingga kami harus memutar beberapa kali untuk membaca situasi dan mencari penginapan. Cukup sulit mencari penginapan yang ‘pas’ di malam hari, kami malah sempat ditawari penginapan yang agak ‘mencurigakan’ dan ‘khusus’. Letaknya tepat di bibir pantai, dengan iseng kami melihat tempat tersebut. Walhasil aroma dan kondisi tempatnya membuat kami kabur, xoxoxo… Setelah berputarputar dan melihat di sanasini, akhirnya kami pun menemukan penginapan yang paling baik, yang bisa kami dapatkan malam itu dengan pemiliknya yang ramah, seorang ibu yang juga membuka warung di area penginapannya. Sisa malam itu kami habiskan dengan beristirahat.

 

pantai sayang heulang jawa barat
Dok Pribadi - Suasana pagi di pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat


Pantai Sayang Heulang jelas dalam pandangan mata di pagi hari yang cerah. Penginapan hanya berjarak beberapa ratus meter dari bibir pantai, memperlihatkan lingkungan asri, rapih dan bersih dari sampah. Gazebogazebo sederhana ditata berjajar menghadap langsung ke laut lepas, fasilitas yang bisa digunakan pengunjung untuk sekadar dudukduduk menikmati pantai atau sambil mengisi perut dengan ikan laut hasil tangkapan nelayan sekitar atau dengan bekal yang dibawa dari rumah.

 

yunis kartika
Foto by Icky - Menikmati pagi di pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat.

pantai sayang heulang jawa barat
Dok pribadi - Segelas kopi dan segelas teh di pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat.


Yunis memilih duduk di bangku sederhana menghadap pantai sambil menikmati segelas kopi instan (karena hanya itu yang tersedia) dan teh. Angin membawa rasa asin, manis dan lengket sekaligus. Pasir putih kecoklatan terhampar luas memperlihatkan garis pantainya yang panjang. Meski ombak cukup besar pagi itu, sesekali masih terlihat ikanikan kecil bersembunyi dan berenang di balik bebatu karang.

 

pantai sayang heulang jawa barat
Dok pribadi - Perahuperahu nelayan di pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat.


Tandas kopi dan matahari meninggi, Yunis menuju area lain. Pada sebuah ceruk yang menjorok ke arah pemukiman, nampak perahuperahu nelayan untuk menangkap ikan berderet acak. Satu dua pintu rumah penduduk terbuka, memperlihatkan aktivitas pemiliknya tengah memperbaiki jala. Yunis mengangguk menghaturkan salam menyapa, dibalas dengan salam dan senyuman yang ramah. Kemudian melanjutkan kembali menuruni ceruk lain, bertelanjang kaki menikmati dinginnya air pantai diantara bebatu karang. Hari yang sempurna. Selama dua hari pantai Sayang Heulang tak henti menyajikan kecantikannya. Surya tenggelam menjadi menu penutup hari.

*

 

Kabarnya, kini pantai Sayang Heulang “berwajah” baru setelah mendapat penataan kawasan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Kabarnya juga proses revitalisasi ini menghabiskan anggaran sebesar Rp14 miliar rupiah demi menjadi lebih instagramable. Semoga ramainya pengunjung menjadi feed back baik bagi perekonomian penduduk sekitar. Besar harapan perubahannya tidak mengubah wajah asli pantai Sayang Heulang yang asri, bersih dan rapih. Lalu atau pun kini, setiap momen kenangan adalah otentik, orisinil, khas milik pribadi, dan tidak bisa diulang. Jadi, nikmatilah ketika sedang berlangsung.yk[]

 

 

 

yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika di pantai Sayang Heulang, Garut, Jawa Barat.

 

 

“Laut seperti ibu. Dalam dan menunggu.”

— Laksmi Pamuntjak—

 

 

 

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah berkunjung ^_^

 

0 comments:

Post a Comment

Sehari Semalam di Kota Pagar Alam_ Edisi Jeda PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat)

pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - Penanda masuknya ke kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.


 

 

“Jikalau aku melihat gununggunung; gunung Merapi, gunung Semeru, gunung Merbabu, gunung Tangkuban Perahu, gunung Kelebet dan gununggunung lain…

Aku melihat Indonesia!”

--Soekarno--

 

 

 

Masih ingat awalawal virus covid19 menyebar dan menjadi pandemi global? Saat lock down dan pelarangan perjalanan diberlakukan? Juga ketatnya bagi yang memang mengharuskan melakukan perjalanan baik jarak jauh mau pun di dalam kota? Setiap pelaku perjalanan diwajibkan memiliki surat bebas Covid yang bisa didapatkan melalui test antigen dan PCR yang kala itu harganya masih tinggi. Gelombang pertama virus menyebar, masa dimana vaksin baru akan dibuat serta diuji coba, dengan tingkat sebaran cepat dan tinggi pula, terutama di kotakota besar –bahkan memakan banyak korban jiwa. Semua sektor merasakan imbas, tak terkecuali pariwisata. Sungguh masamasa mencekam.

 

Ketika lock down diperlonggar menjadi PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) yang “buka-tutup”, penuh rasa khawatir (dan tentu saja doa memohon perlindungan karena kenekatan) saya bersama suami melakukan perjalanan singkat ke kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Sekadar mencecap dingin udara untuk menjaga kewarasan bahwa inilah kondisi hidup yang harus dihadapi saat ini-ke depan. Apakah ada diantara anda yang melakukannya juga? Melakukan perjalanan singkat demi menjaga pikiran tetap ‘normal’ dalam kondisi yang ‘tidak normal’? Kalau ya, berarti anda dan saya memiliki tingkat kenekatan yang sama. Namun, karena ini adalah perjalanan singkat dan nekat, saya hanya memakai sepasang sandal putih tanpa “teman” jalan seperti biasanya; Sepatusepatuyunis dan 3Some Travelers.

*


pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - Jalan menuju kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.


Jadi, inilah kisah perjalanan singkat di tengah buka-tutup PPKM (atau lock down?)…

 

Kota Pagar Alam adalah salah satu kota tujuan wisata di Sumatera Selatan. Selain Panorama alamnya cantik luas membentang, udara sejuknya menjadi tujuan saya mengunjungi kota ini. Maklum, beberapa bulan terakhir saya tinggal di kota bersuhu panas yang sebentar saja mampu menghitamkan kulit.

 

perkebunan teh pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - Perkebunan teh dengan pemandangan menuju kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Memasuki kota Pagar Alam, kita akan melewati bentang alam Liku Endikat dan air terjun Lematang di gerbang kota. Perlu diketahui kalau kota Pagar Alam memiliki 47 air terjun dan berbagai peninggalan megalitikum yang tersebar mengelilingi kota dengan pesona gunung Dempo sebagai sentral dan perkebunan teh berumur 200 tahun mengelilinginya. Ditambah beragam warisan seni dan budaya serta kuliner khasnya. Kerenkan? Gunung Dempo merupakan gunung tertinggi di Sumatera Selatan berketinggian sekitar 3.159 MDPL (Meter Di atas Permukaan Laut). Gunung Dempo juga memiliki kawah yang masih bergejolak dengan diameter sekitar 100 m2 (meter persegi) dan warna air kawah yang bisa berubahubah, terkadang putih, abu, atau hijau.

 

pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - Liku Endikat, kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.


Kita juga akan melewati Liku Lematang yang berada di jalur utama menuju kota Pagar Alam, tepatnya berada di Kelurahan Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah. Liku Lematang merupakan tikungan jalan yang terdapat di kawasan Lematang. Liku ini berpemandangan bukit hijau dan jurang dalam, perbedaan alami kontur dengan ketinggian bermacammacam, berbentuk bukit, tebing, lembah dan sungai.

 

Perbedaan suhu dan udara segar sudah terasa sejak memasuki kota Pagar Alam, apalagi ketika menuju penginapan yang berada di bawah kaki gunung Dempo. Sepanjang jalan diapit oleh perkebunan teh hijau membentang, hampir tidak ada kendaraan melaju ke arah yang sama dengan kami. Kami pun hampir surut dan memutar balik kendaraan karena berpikiran janganjangan tidak ada penginapan yang buka dan masih memberlakukan PPKM. Namun dengan kenekatan tadi, akhirnya kami terus melanjutkan perjalanan dengan menyerahkan pada peruntungan nasib –saya tidak menelpon atau mengecek untuk memastikannya sebelum berangkat. Syukurlah, kenekatan kami masih mendapat belas kasih yang Maha Kuasa, penginapan yang kami tuju buka meski terbatas tanpa ada pelayanan sarapan.


Penginapan ini sejenis villa dengan balkon/teras menghadap ke keluasan perkebunan, meski arah pandang lantai dasar terhalang oleh area parkir. Sungguh lengang, sunyi dan dingin. Hampir tidak ada tamu yang menginap, kecuali kami dan dua orang tamu lain yang tiba tidak lama setelah kami (syukurlah!). Ternyata bepergian pada awal masa pandemi semacam ini sangat tidak dianjurkan, kenapa? Karena berbagai fasilitas penunjang seperti restoran yang vital pun tidak bisa dioperasikan untuk membatasi kontak antar personal serta menjaga jarak aman. Jadilah kami turun ke kota untuk membeli penganan dan mengisi perut. Kendati pun demikian perjalan ini sepadan dengan tujuan.

 

pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - kabut menyelimuti penginapan di kaki gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan.


Malam hari udara lebih dingin lagi. Kabut turun mengaburkan pemandangan malam dan cahaya lampulampu penerangan di halaman penginapan. Seperti yang saya butuhkan; perubahan suhu, udara dan tempat. Bahwa harapan akan perubahan ke arah yang lebih baik akan selalu ada, seberat apa pun prosesnya. Untuk beberapa waktu saya biarkan dingin memeluk tubuh lebih lama dari biasanya, sebelum akhirnya membalut tubuh dengan baju hangat dan beringsut masuk ke dalam kamar. Dalam sekejap pagi berganti. Tidak ada agenda lain lagi, namun menginap di kota Pagar Alam meski hanya semalam nyatanya berpengaruh besar terhadap kesehatan jiwa raga. Siang itu juga kami kembali pulang.

*

 

pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - Gunung Dempo menaungi aktivitas masyarakat kota Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Dilansir dari buku panduan wisata yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Pagar Alam, inilah beberapa kawasan wisata yang bisa anda kunjungi ketika berada di Pagar Alam dan tentu saja menjadi daftar kunjungan saya berikutnya ketika kembali ke Pagar Alam, yaitu ;

Tangga 2001

              Objek wisata Tangga 2001 mengambil nama dari tahun berdirinya Kota Pagar Alam, yaitu pada tahun 2001. Tangga buatan yang membelah hamparan perkebunan teh. Dari tempat ini jelas terlihat Gunung Dempo menjulang tinggi sebagai latar belakang.

Tugu Rimau (Rimau Monumen)

              Tugu Rimau berada di wilayah kecamatan Pagar Alam Selatan, berjarak sekitar 25 KM dari pusat kota dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Tugu yang berwujud seekor harimau Sumatera yang berpakaian adat dan membawa obor. Tugu Rimau menjadi salah satu lokasi wisata sejak dilaksanakannya PON tahun 2004 di Sumatera Selatan. Di lokasi inilah salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan digelar, yaitu paralayang. Karena berada di ketinggian sekitar 1839 MDPL, jika kemari jangan lupa untuk membawa atau memakai baju hangat, karena suhu udara bisa mencapai belasan derajat celcius saja.

Tebat Gheban

              Terletak di kelurahan Alun Dua, Kecamatan Pagar Alam Utara, Kota Pagar Alam. Tebat Gheban adalah sebuah danau yang biasanya dipakai wisata untuk bersantai dan bercengkrama bersama keluarga. Di sekitar danau dibangun pula beberapa gazebo untuk dudukduduk. Danau ini juga dipakai sebagai tempat pemancingan ikan. Pada masa tertentu (tanggal, bulan dan waktunya tidak dikhususkan), ada acara tradisional yang disebut “bubus”, dimana air danau dikuras habis hingga kering, kemudian penduduk sekitar beramairamai masuk ke dalam danau untuk menangkap ikan. Kita juga bisa bermain perahu di danau ini.

Limestone

              Terletak di daerah Suka Cinta, Kelurahan Kance Diwe, Kecamatan Dempo Selatan. Jarak tempuh kurang lebih 24 KM dengan waktu tempuh 30 menit dari pusat kota. Limestone adalah aliran sungai yang dasarnya terdiri dari lapisan batu yang terbentuk akibat endapan di dasar sungai. Batuan yang menjadi cikal bakal terbentuknya batu marmer. Batu terhampar di sepanjang aliran sungai, dengan pepohon hijau rimbun menaungi, berjarak 300 meter saja dari jalan utama.

Dempo Magnet

              Kalau anda pernah mengunjungi Jabal Magnet atau Bukit Magnet di Albaidha 60 KM dari kota Madinah, Arab Saudi, maka seperti itulah mungkin yang akan kita rasakan –bisa saya ibaratkan seperti itu. Kita diajak untuk merasakan sensasi magnetis ketika mesin kendaraan dimatikan di area ini. Kendaraan yang mati akan bergerak maju secara otomatis beberapa kilometer. Dempo Magnet terletak di kaki gunung Dempo.

Liku Dempo dan Dempo Park

              Salah satu spot foto favorit karena tempatnya yang berupa tikungan 180 derajat di hamparan perkebunan teh di kaki gunung Dempo. Sementara Dempo Park merupakan taman bermain dengan konsep rekreasi dan pendidikan. Bermacam atraksi disuguhkan dibedakan menurut tema dan zona tempat di dalam taman.

Penangkaran Rusa

              Penangkaran rusa totol terletak di kawasan Eks MTQ gunung Dempo. Di sini kita diajak untuk mengamati prilaku rusarusa sambil menikmati sejuknya alam.

Hutan Bambu

              Terletak di pinggir jalur kawasan wisata gunung Dempo, hutan yang masih alami dengan ekosistem relatif terjaga dengan luas mencapai 5 hektar.

Cughup Maung (Air Terjun Maung)

              Air terjun ini mengalir membasahi bebatuan yang ditumbuhi lumut sehingga menimbulkan pesona keindahan khas. Dengan ketinggian 65 meter dan lebar 40 meter, terletak 20 km dari pusat kota, dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam.

Cughup Air Karang (Air Terjun Air Karang)

              Cughup Air Karang memiliki pemandangan berupa hamparan bebatuan menyerupai karang dengan curah air setinggi 60 meter dan lebar 15 meter,

Cughup Embun (Air Terjun Embun)

              Cughup ini berada di Dusun Pematang Bange, Kelurahan Curup Jare, Kecamatan Pagar Alam Utara. Ketinggian air terjun sekitar 90 meter dari aliran sungai di bawahnya. Berbagai air terjun lainnya seperti; Cughup Tuju Kenangan, Cughup Mangkok, Cughup Alapalap, Cughup Lematang Indah, Cughup Besemah, Cughup Pintu Langit dan lainnya sejumlah 47 air terjun seperti yang sudah saya ceritakan di atas. Jadi siapkan fisik dan mental ya, xoxoxo

             

Wisata di kota Pagar Alam cukup beragam dan lengkap, termasuk wisata dengan minat khusus yang lebih menitik beratkan pada sisi olahraga penuh adrenalin. Seperti paralayang, pendakian ke puncak gunung Dempo, sepeda gunung, motor trail adventure, offroad, dan arung jeram.

 

Ada pula agrowisata ke perkebunan teh gunung Dempo yang memiliki luas sekitar 3000 hektar dan berada di wilayah Kecamatan Pagar Alam Utara. Perkebunan ini merupakan salah satu peninggalan Belanda yang dibangun tahun 1926. Fasilitas pendukung yang disediakan kita bisa tea walk, sepeda gunung, paralayang, juga villa dan hotel untuk menginap. Kita akan diajak mengunjungi pabrik pengolahan teh  PTPN 7 yang dibangun tahun 1929. Konsep wisata edukasi membuat kita bisa menyaksikan proses pengolahan teh secara langsung, dari mengolah daun teh hingga menjadi produk jadi.

 

kebun teh pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - agrowisata ke perkebunan teh gunung Dempo, Pagar Alam, Sumatera Selatan.

Wisata sejarah dan budaya adalah yang menjadi minat utama saya ketika melakukan perjalanan, lainlainnya adalah bonus, xoxoxo… Terdapat berbagai macam situs yang tersebar mengelilingi kota Pagar Alam. Replika arca batu, dolmen dan batu tulis ini sudah sempat saya lihat di Museum Negeri Sumatera Selatan yang berada di kota Palembang. Namun saya masih berharap bisa melihat langsung di situssitus aslinya, yaitu Situs Tegur Wangi, Situs Belumai, Situs Tanjung Aro, Situs Megalith Tebing Tinggi, Situs Megalith Cawang Lama, Situs Megalith Burung Dinang, Arca Megalith Burung Dinang, dan Rimba Candi.


replika arca batu situs pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - replika arca batu di situs Pagar Alam, koleksi Museum Negeri Sumatera Selatan, kota Palembang.

 

Jika di Padang terdapat makam Sitti Nurbaya, maka di Pagar Alam terdapat makam Puyang Serunting Sakti yang lebih dikenal dengan nama Si Pahit Lidah. Tokoh legenda yang diyakini oleh masyarakat setempat memiliki kekuatan gaib yang hebat. Kekuatan pada lidahnya yang bilamana mengutuk seseorang atau binatang maka akan menjadi batu.

 

replika arca batu situs pagar alam sumatera selatan
Dokumentasi pribadi - replika arca batu di situs Pagar Alam, koleksi Museum Negeri Sumatera Selatan, kota Palembang. 


Perkampungan rumah adat Besemah atau Rumah Baghi, merupakan tempat yang wajib dikunjungi dalam daftar saya. Berada di desa Pelang Kenidai, Kecamatan Dempo Tengah. Di perkampungan ini terdapat sekitar 14 buah rumah tradisional Besemah yang berumur sekitar 200 tahun. Keunikan rumah ini dibangun dengan sistem bongkar pasang tanpa menggunakan paku, namun tahan terhadap goncangan. Berornamen berupa ukiran khas Besemah yang mempunyai berbagai nilai filosofis.

 

Menuliskan tempattempat wisata dengan potensi daya tariknya seperti di atas, membuat saya semakin ingin kembali ke Pagar Alam. Kali ini dengan peralatan lengkap dan tentu saja tetap prokes. Meski pun kondisi dan situasi saat saya menulis dan menceritakan kembali perjalanan singkat ke kota Pagar Alam sudah jauh lebih baik, kita tetap harus waspada dan menjaga diri. Bulan ini tepat setahun lalu saya kehilangan kedua kakak lelaki karena keganasan virus Covid19. Ini hanya sebagai refleksi, bijak kiranya jika kita memandang serius bencana dan wabah yang terjadi di sekitar kita. Bahkan ketika kita bersikap waspada, hatihati dan antisipatif pun terkadang kita kalah. Takdir, ya! Manusia hanya bisa berupaya dan ikhtiar dengan maksimal, ada Tuhan di atas segalanya.

*

 

Sehari semalam di Pagar Alam memberi dampak baik pada saya waktu itu. Vibe positif diberikan gunung Dempo dan hijaunya hamparan kebun teh membuat saya berkeyakinan, bahwa keadaan akan berubah lebih baik. Di atas apa pun yang terjadi (baik, buruk dan kehilangan), sebagai dampak dari mewabahnya virus secara massive di seluruh penjuru dunia, harihari ini keadaan sudah jauh lebih baik. Dengan kondisi dan situasi yang berbeda suatu hari saya akan kembali ke sana, dan menuliskannya lagi jauh lebih rinci tentang sejarah, seni, budaya dan kulinernya.yk[]

 


 

yunis kartika
Foto by Icky - Yunis Kartika dengan latar belakang pemandangan penginapan dan gunung Dempo,
Pagar Alam, Sumatera Selatan.


 

 

“Orang bilang ada kekuatankekuatan dasyat yang tak terduga yang bisa timbul pada samudera, pada gunung berapi dan pada pribadi yang tahu benar akan tujuan hidupnya.”

--Pramoedya Ananta Toer--

 

 

 

 

*Simpati terdalam untuk semua yang mengalami kehilangan, percayalah, saya merasakannya.

 

PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi.



0 comments:

Post a Comment