Capolaga Wisata Air Terjun di Subang_ Edisi Leona

air terjun capolago jawa barat
Leona; melepas lelah sembari menikmati nyanyian gemericik air


Anda senang wisata alam bebas disertai air terjun, namun dengan kondisi fisik paspasan? Atau anda baru akan memulai kembali petualangan? Atau anda seorang pemula? Nah, Capolaga bisa menjadi tujuan wisata yang tepat, baik untuk anda, keluarga, kawan karib, ataupun bersama rekan kerja.


air terjun capolago jawa barat


Capolaga merupakan objek wisata alam yang berada di Kabupaten Subang. Terletak di kampung Panaruban, desa Cicadas, Kec. Sagalaherang Subang, Jawa Barat. Dengan perkiraan jarak tempuh dari Subang ke Wisata Alam Capolaga +/- 35 km, jika anda dari Jakarta (melalui jalan tol Sadang) +/- 190 km, dan jika anda berasal dari Bandung, jarak tempuh ke Wisata Alam Capolaga +/- 45 km.



air terjun capolago jawa barat


Rute perjalanan menuju Capolaga terbilang mudah. Jika anda datang dari arah Bandung, melalui jalur utama anda terlebih dahulu akan melewati kawasan Tangkuban Parahu, kemudian sebelum melalui kawasan wisata Ciater, anda akan menemukan pertigaan dengan sebuah tugu sebagai penanda. Anda langsung belok kiri dan mengikuti jalan desa yang menurun. Tepat sebelum area wisata Capolaga akan ada semacam penanda dan penunjuk bahwa anda memasuki kawasan Capolaga. Nah, jika anda datang dari arah Subang, pertigaan menuju Capolaga akan ditemui setelah melewati jalan Cagak dan Ciater. Dari arah ini tugu penanda masuk Capolaga berada di sebelah kanan. Untuk bisa menikmati keindahan, kesegaran dan kesejukan Capolaga, biaya masuk yang dikenakan terbilang murah. Hanya Rp.10.000/orang dengan tiket parkir Rp.11.000/mobil. 



air terjun capolago jawa barat


Apa yang bisa anda nikmati di Capolaga? Selain hijau dedaunan dari hamparan kebun teh dan hutan pinus yang memanjakan mata dan mendamaikan jiwa, Capolaga memiliki 3 buah curug (air terjun) dan sebuah sungai dengan air jerni dan dingin bernama Cimuja. Ketiga curug ini adalah Curug Karembong, Curug Sawer, dan Curug Goa Badak, yang letaknya tidak terlalu berjauhan. Fasilitas dan penyewaan yang ditawarkanpun cukup lengkap dengan berbagai paket yang beragam tergantung kebutuhan wisatawan. Mulai dari outbond, gathering, outing, adventure, tracking, flying fox, water theraphy, photography, dan camping ground. 



air terjun capolago jawa barat


Luas area Capolaga +/-10 Hektar. Pembangunan dimulai tahun 2001, kemudian pada tahun 2004 Capolaga dibuka untuk umum. Pengelolaan Capolaga bersifat turun terumun, sejak dari pendiri pertama hingga kini dilanjutkan oleh penerusnya.yk[]



air terjun capolago jawa barat


yunis kartika


Selamat berwisata alam ^_^ 

2 comments:

Post a Comment

My Blue Bird Experience Jelajah Kota Aman, Nyaman dan Menyenangkan_ Edisi Larisa


Barubaru ini, Blue Bird meluncurkan sistem pembayaran non-tunai atau cashless di aplikasinya yang bernama My Blue Bird. Melalui fitur ini masyarakat pengguna jasa Blue Bird bisa melakukan pembayaran melalui Blue Bird eVoucher, kartu kredit dan kartu debit. Menurut Direktur PT Blue Bird Tbk, Bapak Sigit P. Djokosoetono, fitur pembayaran non-tunai ini merupakan jawaban dari berbagai masukan pelanggan, sehingga pelanggan semakin nyaman dalam menikmati jasa Blue Bird.
***

Pernah nonton “The Amazing Race” di salah satu televisi kabel berbayar? Ini adalah program acara reality show yang paling menarik yang pernah saya tonton. Selain memamerkan keindahan, budaya dan keunikan sebuah negara yang disinggahi, acara ini dirancang agar seluruh pesertanya melakukan petualangan serta mendapatkan pengalaman menarik ke berbagai belahan dunia dengan hadiah yang WOW! Seluruh peserta diwajibkan untuk check in di titik tertentu setelah melakukan serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan adat budaya suatu negara, baru kemudian diberi petunjuk atau clue yang berguna untuk melanjutkan perjalanan ke destinasi selanjutnya.
***





Ilustrasi di atas sengaja dituliskan sebagai gambaran dari sebuah acara jelajah yang menyenangkan. Barangkali yang saya lakukan bukan jelajah belahan dunia, tapi “rasa” dan “pengalaman” dari jelajah itulah yang saya garisbawahi. Melalui acara “Media & Bloggers Gathering” yang diadakan di NuART Galeri, oleh Blue Bird dalam rangka memperkenalkan aplikasi barunya, saya merasakan pengalaman jelajah kota yang menakjubkan. Peserta gathering bekerja dan bermain secara berkelompok dengan dibekali sebuat tab yang telah dilengkapi fitur My Blue Bird dan diberi sebuah armada taksi sebagai alat transportasi. 

Ada 4 (empat) titik pemberhentian yang harus disinggahi dalam waktu 2 (dua) jam. Titiktitik itu adalah Taman Jomblo, Lapangan Gasibu, Museum Geografi, dan Monumen Juang Rakyat Jawa Barat. Dimasingmasing tempat ini peserta diwajibkan mencari petugas yang akan memberi stempel pada kartu peserta dan mewajibkan peserta untuk membuat pose seunik mungkin. Sebelum naik dan turun dari armada taksi, peserta wajib memberikan kode unik dari eVoucher yang digunakan sebagai alat pembayaran. Aplikasi ini sangat mudah dan nyaman. Karena kemudahan dan kenyamanannya itulah, kelompok saya menjadi juara kedua dengan hadiah eVoucher senilai Rp.700.000,- (tujuhratus ribu rupiah). Wow! Jumlah yang cukup banyak untuk bersenangsenang dihabiskan berjalanjalan di dalam kota.


***



Selain itu, bagi pelanggan korporat, Blue Bird eVoucher merupakan solusi dalam memberikan benefit transportasi bagi karyawannya. Selain mendapatkan taksi terpercaya, Blue Bird eVoucher memungkinkan pelanggan korporat mengelola kebutuhan transportasinya dengan mudah, mulai dari alokasi eVoucher untuk tiap divisi atau individu, sampai memonitor penggunaannya.
Dalam penggunaannya, setiap pelanggan yang ingin membayar secara non-tunai akan menerima passcode unik yang harus diinformasikan ke pengemudi. Info passcode ini diberikan kepada pengemudi sebelum melakukan perjalanan. Fungsi lain dari passcode ini adalah untuk memastikan taksi yang pesan sesuai order, serta demi keamanan akun non-tunai kita tidak dimanfaatkan orang yang tidak bertanggungjawab.
Dalam waktu dekat, Blue Bird juga akan segera meluncurkan fitur “Easy ride”, dimana penumpang yang menyetop taksi di jalan dapat melakukan pembayaran non-tunai via aplikasi.
Dengan aplikasi My Blue Bird, tidak perlu ragu lagi untuk jelajah kota. Aman, nyaman, terpercaya dan pastinya menyenangkan.yk[]

0 comments:

Post a Comment

"Sangrai Wangi" Sepenggal Kisah Kopi Dari PON XIX Jawa Barat 2016_ Edisi Lalungu


Kopi, adalah bahasa cinta..


            Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) kali ini benarbenar berbeda. Bukan karena diadakan di Jawa Barat, tapi lebih pada momentum ini telah mempertemukan aku dengan ketiga kawan lama untuk kemudian menjadi sebuah keluarga baru bernama “Sangrai Wangi”. Sebuah karunia yang tak ternilai. Sangrai Wangi adalah aku, Wita, Badu dan Alin. Kami entah bagaimana, secara ajaib dan dengan tanganNYA dengan sangat tibatiba berkomitmen. Benang merah kami selain karena kami satu sekolah di Sekolah Menengah Atas dulu, juga karena kecintaan kami terhadap KOPI. Ya, KOPI! Kami berempat penikmat kopi. Melalui kopi inilah lahir “Sangrai Wangi”.



            Bertepatan dengan keakbaran serta kemeriahan pekan olahraga, kami berempat berkesempatan untuk mengenalkan keluarga kecil kami lebih luas. Sedikit malumalu, dengan sederhana dan tetap bersahaja, kami bercerita tentang diri kami. Keinginan kami. Citacita kami.


            Sangrai Wangi, keluarga kecil yang berbenah mengenalkan kopi Jawa Barat kepada penikmat kopi senusantara. Barangkali kami adalah keluarga kecil yang naif dan polos. Kami dengan citacita sederhana penuh harap bahwa kopi Jawa Barat dan para petaninya akan mendapat tempat istimewa.
            Secara khusus, Sangrai wangi berterima kasih kepada cabang olahraga JUDO yang dengan terbuka dan merangkul mempersilahkan Sangrai Wangi menjadi bagian perayaan. Menjadi bagian bahwa keluarga kecil kami merupakan aset Jawa Barat yang mampu memberikan warna lain melalui kopi. Serta seperti halnya cabang olahraga, kopi Jawa Barat mampu menjadi legenda di tanah legenda.


            Selamat untuk Jabar Kahiji serta “Berjaya di Tanah Legenda”, selamat untuk JUDO yang telah menjadi Juara Umum. Serta terimakasih banyak untuk cabang olahraga Gulat. Tak lupa untuk tempat yang menjadi landasan soft launching Sangrai Wangi, GOR SAPARUA. Kami masih berbenah, kami masih belajar, namun kami tahu bahwa Sangrai Wangi adalah aset Jawa Barat untuk lebih mengenalkan KOPI Jawa Barat ke kancah yang lebih luas. Terima kasih kami kepada sahabatsahabat SMAN 6 Bandung atas dukungannya dan kepada seluruh penikmat kopi yang telah menyempatkan diri mampir ke stand Sangrai Wangi, terutama untuk petinggi pengurus JUDO dan Gubenur Sulawesi Selatan yang dengan terbuka mengundang kami untuk besilaturahmi ke Makassar. Salam.yk[]

2 comments:

Post a Comment

Seri Jalanjalan Dalam Kota “Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat (MONJU)”_ Edisi Latih

monumen perjuangan rakyat jawa barat
Dokumentasi pribadi, Latih di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Jika bukan karena suatu acara pelantikan yang diadakan oleh organisasi Perempuan Biru, mungkin aku belum akan mendatangi monumen ini. Tidak terhitung sudah aku melewatinya. Namun, mata hanya sekadar memandang seadanya, tanpa minat yang kuat untuk masuk dan mempelajari apa yang tersimpan di dalamnya.

monumen perjuangan rakyat jawa barat
Dokumentasi pribadi, tampak depan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, lebih dikenal dengan sebutan Monju. Terletak di jalan Dipatiukur no. 48 Bandung. Letaknya berseberangan dengan sebuah kampus negeri yang populer di kota Bandung dan berhadapan dengan Gedung Sate. 

yunis kartika
Dokumentasi pribadi, selfie di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Monju adalah Museum Sejarah Perjuangan Rakyat Jawa Barat di Tatar Pasundan atau Parahyangan. Diresmikan Gubernur Jawa Barat, Raden Nana Nuriana tanggal 23 Agustus 1995. Model arsitekturnya berbentuk bambu runcing dipadukan dengan gaya modern di atas tanah seluas seluas ± 72.040 m² dan luas bangunan ± 2.143 m² .

monumen perjuangan rakyat jawa barat
Dokumentasi pribadi, catatan sejarah yang tersimpan di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Apa saja koleksi yang dimiliki oleh Monju? Di dalam ruangan pamer, koleksi yang dimiliki hanya berupa 7 buah diorama  diruang pameran tetap. Koleksi diorama tersebut adalah; 1) Diorama Perjuangan Sultan Agung Tirtayasa Bersama Rakyat Menentang Kolonial Belanda Tahun 1658, 2) Diorama Partisipasi Rakyat Dalam Pembangunan Jalan di Sumedang, 3) Diorama Perundingan Linggarjati 1946, 4) Diorama Bandung Lautan Api 24 Maret 1946, 5) Diorama Long Mach Siliwangi Januari 1949, 6) Diorama Konfrensi Asia Afrika di Bandung 1955, dan terakhir 7) Diorama Operasi Pagar Betis (Operasi Brata Yuda) 1962.

monumen perjuangan rakyat jawa barat
Dokumentasi pribadi, Dewi Sartika inspirasi perempuan Jawa Barat di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Terdapat pula relief pada dinding depan, relief yang menceritakan sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat. Perjuangan dari masa kerajaan, pergerakan, kemerdekaan, dan ketika mempertahankan kemerdekaan dari penjajahan baik Belanda, Inggris dan Jepang.

monumen perjuangan rakyat jawa barat
Dokumentasi pribadi, relief yang terdapat di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Monju dilengkapi dengan ruang audiovisual, serta perpustakaan. Fasilitas ini digunakan sebagai sarana untuk menggali informasi secara mendalam sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat.

monumen perjuangan rakyat jawa barat
Dokumentasi pribadi, Latih dan arah mata angin di Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat

Selain menjadi wisata sejarah, Monju memiliki spotspot memukau untuk ber-selfie-wefie-ria. Untuk masuk dan belajar tentang sejarah perjuangan rakyat Jawa Barat ini tidak dipungut biaya, alias gratis.yk[]

#dirgahayuindonesiaku
#RI71
#17agustus2016
#kemerdekaan
#indonesiamerdeka
#tanahair

0 comments:

Post a Comment

Oleholeh Purwakarta_ Edisi Latih

Latih; senja di Jatiluhur



melihat,
mendengar,
merasai,
tuhan menggenapkanku dengan warnawarna
_purwakarta 2015-2016



Jatiluhur; pergantian waktu yang memesona


Jatiluhur; spotspot menyenangkan


Jatiluhur; waduk dan pembangkit listrik


Situ Buled; taman air dengan cerita Ramayana yang dibuka hanya seminggu sekali


Purwakarta; beragam instalasi patung di dalam kota


Purwakarta; instalasi patung buaya yang membuat heboh

[yk]

0 comments:

Post a Comment

Bukit Bintang Bandung_ Edisi Latih



Latih ingin melihat Bintang, Bintang di siang terang. Latih ingin bermain bersama Bintang, Bintang yang tidak gemerlap namun ia tetap Bintang. Latih ingin menikmati hari dimana Bintang dalam jarak dekat pandang.

Bukit bintang terletak tidak jauh dari warung Daweung atau Moko, tempat yang lebih dulu populer dibanding dengan Bukit bintang. Itulah sebabnya sering juga disebut sebagai puncak Moko atau puncak bukit Bintang Moko.




Bukit bintang, secara khusus ditata dengan apik. Beberapa fasilitas yang disediakan adalah track jogging atau hikking menuju Patahan Lembang, area perkemahan, toilet, tempattempat sampah yang telah diberi label organik dan plastik, mushola, area parkir motor dan mobil, serta deretan warung tempat beristirahat sambil menikmati berbagai jenis panganan sederhana.



Hutannya yang dipenuhi dengan hutan pinus menjadi area wisata yang teduh, sejuk dan nyaman bagi wisatawan. Seiring dengan kabut dan dingin yang melingkupi hampir setiap sore menjelang malam.



Perjalanan menuju puncak bintang tidaklah sulit. Jalur yang biasa dilewati adalah masuk dari jalan Padasuka - Cicaheum lurus terus mengikuti jalan utama menuju kampung Buntis Bongkor, Kecamatan Cimeyan dan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Bandung. Dengan jarak tempuh kurang lebih 8-9 KM dengan lajur menanjak dan kadangkala hanya cukup untuk satu mobil saja melintasi dengan tanjakan panjang dan belokan tajam. Perlu ekstra hatihati apalagi jika lintasan basah usai hujan, karena sebagian jalan masih belum teraspal.


Ada aroma romantis dan sentimentil kental terasa ketika hari merambat sore. Para selfie-er dan wefie-er tidak pernah alpa mengabadikan setiap pergantian tempat dan suasana. Spotspot terbaik selalu dipenuhi dengan pengunjung untuk mendapatkan angle terbaik dalam koleksi dokumentasi mereka. Sungguh, tempat ini layak untuk disinggahi.yk[]




0 comments:

Post a Comment

Negeri Seribu Suluk Rokan Hulu Riau_ Edisi Latih

Bandara Internasional Sultan Syarif Kasim II, Riau

Negeri Seribu Suluk, sebuah nama julukan dari Kabupaten Rokan Hulu, Riau. Mempunyai riwayat yang melegenda sekaligus berliku yang telah dituturkan oleh para pemangku adat dari Rokan Hulu. Sosok yang terkenal se-nusantara pun pernah lahir dari tanah Rokan Hulu, yaitu pahlawan Tuanku Tambusai yang pernah bertempur sebagai panglima terakhir di perang Paderi melawan penjajahan atas nama cintanya untuk tanah Rokan Hulu. Selain itu, berbagai macam-macam etnis dari Jawa, Minangkabau, Batak, Sunda, Mandailing dan lain-lain berkembang serta hidup berdampingan di Rokan Hulu. Menciptakan marwah keberagaman yang harmonis.

Tugu Ratik Togak di Pasir Pengaraian, Kab. Rokan Hulu

Sejarah paling komprehensif tentang Rokan Hulu pun, tak bisa dipisahkan dari kerajaan-kerajaan yang meliputinya di masa lalu yang pernah berkembang di abad ke 18, sebagai lalu lintas perdagangan nusantara dan mancanegara. Lambat laun, perkembangan ekonomi di masa itu pun tumbuh dan berkembang. Membentuk peradaban tersendiri yang cukup menggeliat dan diperbincangkan. Kemudian menjadi semacam pusat perdagangan di masanya, didukung pula oleh jalur darat dan jalur sungai-sungainya yang strategis Hal-hal tersebut bisa dikatakan sebagai faktor-faktor pendukung untuk menguatkan dan memberi inspirasi bagi masyarakat Rokan Hulu, para tokoh, dan para pemangku adat agar daerah Rokan Hulu menjadi kabupaten. Mereka menyadari, Rokan Hulu mempunyai berbagai potensi yang cukup besar jika berdiri dan mandiri sebagai daerah berkembang. Di samping itu, secara kultur dan kebahasaan mereka berbeda dari induk semangnya.

Komplek Bina Praja, Kab. Rokan Hulu yang asri

Seiring waktu, perubahan demi perubahan pun terjadi di Rokan Hulu untuk menjadi kabupaten. Menurut dokumen sejarah setempat, cita-cita ini dimulai pada tahun 1949, ketika Kewedanaan Pasir Pangaraian masuk dalam wilayah Kabupaten Kampar. Lalu pada tahun 1962 pernah terjadi Musyawarah Besar yang melegenda. Isinya agar eks Kewedanaan Pasir Pangaraian menjadi kabupaten daerah TK II Rokan Hulu, sayangnya belum menuai hasil yang diharapkan. Kemudian tahun 1968, Musyawarah Besar kembali digelar oleh tokoh-tokoh Rokan Hulu. Namun lagi-lagi ide untuk mendirikan kabupaten Rokan Hulu terhalang. Seiring perubahan rezim pemerintahan, suhu politik dan perkembangan zaman di Indonesia, khususnya pada masa-masa reformasi yang sedang bergolak di ibu kota, terbitlah sebuah surat keputusan dari Mentri Dalam Negeri tertanggal 26 Mei 1997, yang berisi masuknya Rokan Hulu sebagai wilayah kerja pembantu bupati Kampar. Putusan tersebut kelak yang akan membawa aspirasi masyarakat Rokan Hulu memperjuangkan apa yang selama ini mereka cita-citakan; menjadi Kabupaten mandiri.

Komplek Pemakaman Rajaraja Ramban

Setelah melewati aral rintangan, akhirnya pada tanggal 4 Oktober 1999, Undang-Undang Nomor 53 Tahun 1999 disetujui. Sejak saat itulah Kabupaten Rokan Hulu memulai kisah baru sebagai kabupaten otonom yang diresmikan oleh Pemerintah sebagai Kabupaten Rokan Hulu bersama tujuh kabupaten lainnya di Riau pada tanggal yang akan dikenang sepanjang hayat, yaitu tanggal 12 Oktober 1999, dengan ibu kota Pasir Pengaraian.


Perjuangan yang pantang mundur, menuai hasil membanggakan. Cahaya pembaharuan mulai terlihat. Cerita baru dari Negeri Seribu Suluk, memulai langkah-langkahnya membangun daerah tersendiri dengan kreativitas, aspirasi, dan inspirasi dari masyarakat Rokan Hulu sendiri. Semua dilakukan agar daerah Rokan Hulu dengan berbagai potensinya, menjadi daerah yang berkembang di Provinsi Riau serta menciptakan atmosfer kehidupan ekonomi di sana. Meningkatkan taraf hidup dan tumbuh secara jangka panjang demi menciptakan Sumber Daya Manusia (SDM) yang inovatif dan beraklakul kharimah.

Keindahan Arsitektur Masjid Agung Madani Islamic Center, Pasir Pangaraian, Kab. Rokan Hulu

Keseriusan dan optimistisme dalam membentuk sebuah kabupaten tersendiri, patut kita apresiasi, dengan memberikan penghormatan secara mendalam kepada tokoh-tokoh berpengaruh di Rokan Hulu yang telah mengabdi selama puluhan tahun, memperjuangkan Rokan Hulu sebagai kabupaten, akhirnya mewujud. Perjuangan dan dedikasi lokalitas atas nama cinta dan ketulusan pada Rokan Hulu.

Dua suasana yang berbeda dari keindahan Masjid Agung Madani Islamic Center

Salah satu bangunan yang menjadi ciri khas Kabupaten Rokan Hulu adalah  Masjid Agung Islamic Center dengan jalanjalan yang diterangi lampulampu bertuliskan Asmaul Husna. Masjid yang berdiri dengan anggun dan megahnya. Ketika malam tiba, seluruh bangunan Masjid akan bersinar terang namun menyejukan. Masjid yang memiliki banyak faedah. Selain fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, juga menjadi ikon kota dan tempat wisata religi.

Akhir Perjalanan dari Rokan Hulu, Riau

Sebuah perjalanan tidak akan pernah menghasilkan kisah sama, kecuali semakin memuncakan kerinduan untuk terus berjalan, mengembara, mengumpulkan ingataningatan akan keindahan yang kadang tidak pula indah. Perjalanan adalah tentang mengumpulkan, memahami dan membangun kesadaran bahwa tidak ada yang benarbenar besar dan tidak ada yang benarbenar kecil. Perjalanan yang akan melagukan kisahkisah tak terduga dari mata, hati dan pikiran sang pengembara. Harapan, keyakinan serta iman. Betapa sang Khaliq begitu agung.yk[]

*kontributor tulisan : Eva Sri Rahayu dan Evi Sri Rezeki || *kontributor dokumentasi : Parmadi

0 comments:

Post a Comment

Museum House of Sampoerna Surabaya_ Edisi Latih


Latih, narasi kali ini biar aku yang ambil bagian ya..

Kota Surabaya. Kota Buaya. Ada tahun dimana sangat enggan untuk kembali ke sana. Satu pengalaman pada suatu ketika dalam touring pertunjukan monolog, saya mempunyai kesan bahwa Surabaya hanyalah panas, gersang, dan tidak ramah. Namun, berangsur pada kunjungan kedua, ketiga dan keempat secara total kesan itu berubah. Bahkan pada kunjungan terakhir, saya merasa bahwa Surabaya sangat ramah dan sejuk.

Kesan romantis jelas tergambar ketika saya menjejakkan kaki di pusat kota. Terdapat gedunggedung tua di salah satu sudut kota Surabaya. –kita tidak akan membahas gedunggedung tua bersejarah peninggalan kolonial Belanda, ada haru menggelitik hati, merabaraba seperti apa seharusnya sejarah bercerita.



Tak jauh dari kompleks Jembatan Merah, sebuah museum berdiri. Inilah museum House of Sampoerna yang memang berada di kawasan kota tua, Surabaya. Hari itu tidak dipungkiri, panas cukup menyengat. Lagilagi, saya membuat perbandingan. Rasarasanya, panas cuaca tak seperti ingatan panas beberapa waklu lalu.

Kedatangan saya memang tidak sendiri, kebetulan pada kunjungan kala itu saya sedang dalam dinas. Otomatis saya menggunakan bus bersama rombongan. Bus yang saya tumpangi, terparkir cukup jauh dari gerbang museum, maka saya pun harus berjalan kaki untuk mencapai lokasi. Suasana tidak begitu ramai, malah cenderung sepi aktivitas. Ada beberapa becak yang “terparkir” di depan gerbang masuk. Sayangnya, saya tidak berkesempatan berkeliling kota dengan menggunakan becak.

Melewati gerbang, maka kita akan disuguhi dengan panorama gedung tua dengan deretan tamantaman tertata rapi. Beberapa petugas bersigap menyambut tamu. Bagian tengah bangunan berdiri kokoh dan megah dengan arsitektur tiangtiang penyangga dibuat menyerupai batangan rokok. Pada dinding bangunan terdapat sebuat plakat yang memberi informasi singkat, kapan dan bagaimana museum tersebut didirikan. Ditambah dengan sebuah penanda bahwa museum tersebut dengan kontribusinya telah memperoleh penghargaan dari suatu organisasi dunia.



Memasuki area dalam, udara terasa sangat kental dengan aroma tembakau dan cengkeh. Kemudian terdapat sebuah air mancur dan kolam mini yang dipenuhi ikanikan koi. Sebelah kiri-kanan ruangan terdapat koleksi berbagai barang yang pamerkan. Dari mulai sepeda tua yang digunakan pendiri Sampoerna untuk berdagang ketika masih muda, berbagai peralatan yang digunakan untuk mengolah tembakau dan cengkeh, hingga sebuah lemari yang berisi dengan beberapa set kebaya berwarna putih (baca: telah kekuningan karena waktu) yang digunakan oleh keluarga dari masa ke masa yang sengaja di-display beserta cerita yang melingkupinya. 

Jadi, Museum House of Sampoerna mulai menempati bangunan tua yang berdiri mulai tahun 1864. Bangunan ini memiliki dua buah lantai. Lantai pertama berfungsi sebagai ruang pamer, mulai dari beragam aneka bendabenda yang digunakan pada tahuntahun pertama berdirinya pabrik, hingga bajubaju kebaya tadi. Kemudian lantai kedua berfungsi sebagai menjadi ruang penjualan aneka souvenir dan track record prestasi dari yayaysan Sampoerna –terdapat display fotofoto perjalanan yayasan.



Ada sebuah replika menarik yang terdapat di lantai pertama atau dasar, yaitu warung sederhana seperti kioskios masa kini, namun kental dengan nuansa lampau. Warung sederhana ini adalah milik pendiri PT Sampoerna, yaitu Liem Seeng Tee dan istrinya, Siem Tjiang Nio. Replika warung tersebut dilengkapi dengan berbagai “asesoris” kewarungan, semisal stoples makanan, keranjang buah-buahan, serta display kotakkotak rokok.



Dari lantai dua, ada sebuah pemandangan yang menarik. Tentu saja selain bahwa lantai ini menyediakan marchendise Sampoerna yang dijual bebas. Dari atas, dengan leluasa kita bisa melihat area dimana para pekerja pabrik melinting rokok. Sayangnya, pada kunjungan tersebut para pekerja sedang libur, jadi saya hanya bisa menatap ruang kerja yang kosong saja. Pekerja rokok semuanya adalah perempuan. Ketika saya coba berkomunikasi dengan salah satu pegawai yang penunggu area penjualan kenapa pekerja pelinting rokok semuanya perempuan, jawabannya adalah; karena perempuan lebih teliti, cekatan dan tidak banyak menuntut. Menuntut? Saya kejar dengan pertanyaan selanjutnya, menuntut atau lebih murah? Tanya saya. Dengan terbata dan sedikit gugup, menyadari bahwa pertanyaan saya menyangkut gender, pegawai itu menutup dengan cepat: “Saya kurang tahu, itu kebijaksanaan perusahaan.” Giliran saya yang tersenyum. Kecut. Dengan kata lain bahwa perempuan masih lebih penurut, kirakira begitu yang ada dalam benak saya. Tapi, ya, toh saya pun tidak bisa berbuat banyak. Dengan kesadaran bahwa saya tidak bisa memberikan solusi, saya memutuskan untuk kembali ketujuan. Menikmati kunjungan ke museum ini.



Bagaimanapun, saya pikir bahwa museum yang didirikan oleh sebuah pabrik rokok ini telah memberikan cukup banyak kontribusi untuk negara. Meski pada akhirnya, perusahan ini pun di-merjer atau dibeli oleh perusahaan rokok asing juga. Jadi, kehadirannya tidak lagi menjadi amunisi dan properti negara. Sayang memang. Tapi begitulah realitasnya. Namun demikian, museum satu ini layak untuk dikunjungi. Ada sejarahsejarah yang bisa dipelajari. Sebagai manusia tidakkah kita harus bijak belajar dan menghargai sejarah? Jika sedang menikmati Surabaya, jangan lupa berkunjung ke Museum House of Sampoerna ya ^^. Salam.yk[]

0 comments:

Post a Comment