Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta_ Edisi 3Some Travelers


3some travelers di museum rumah kelahiran bung hatta
Dok 3Some Travelers di Museum Rumah kelahiran Bung Hatta, Bukittinggi.

 

“Pahlawan yang setia itu berkorban, bukan dibuat dikenal namanya,

tetapi sematamata membela citacitanya.”

- Bung Hatta -

 

Apa yang kita ketahui tentang Bung Hatta? Selain bahwa beliau adalah salah seorang Bapak Proklamator? Mungkin banyak dari kita yang sudah mengetahui biografi detailnya dengan prestasi dan pemikiran beliau yang melimpah, tapi bisa jadi kita belum mengenal dekat sosok proklamator yang mengantarkan Indonesia pada kemerdekaan.

*



Desember tahun lalu, saya berkesempatan untuk melakukan perjalanan ke Bukittinggi Sumatera Barat tentu saja dengan tetap menerapkan prokes ketat. Dalam perjalanan ini saya ditemani Samayo, sepatu di atas matakaki berwarna putih lembut dengan gradasi kuning keabuan yang lembut pula, tapiii… yang istimewa saya juga ditemani 3Some Travelers –akan saya ceritakan di edisi mendatang tentang apa dan siapa 3Some Travelers, saya-kami mulai menikmati kota Bukittinggi. Dari berbagai tempat bersejarah dan wisata yang tersebar di kota ini, saya memutuskan menuliskan secara terpisah beberapa tempat dikarenakan panjangnya muatan isi. Salah satunya Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta.


Dalam siklus cuaca tidak menentu –sebentar hujan deras, gerimis, hingga kemudian panas menyengat, kami seolah berlomba untuk menyambangi sebanyak mungkin tempat dalam waktu kunjungan relatif terbatas. Hari itu, setelah sepagiannya hujan mengguyur deras, menuju siang matahari menampakan diri dengan cahayanya yang panas. Bergegas kami pun keluar dari hotel menuju sentral ikon kota Bukittinggi, yaitu Jam Gadang. Di seberang jam itulah terletak Istana Bung Hatta dan Balai Sidang Bung Hatta, yang ternyata tempat tersebut tidak dibuka untuk umum, melainkan hanya untuk tetamu negara dan atau kunjungan khusus dengan izin khusus pula. Sayangnya kami bukan tetamu negara, tidak pula memiliki izin khusus untuk masuk kedua tempat tersebut. Bahkan untuk mengenal sejarah dan tempatnya di negeri sendiri pun kita harus menjadi khusus!


Setelah mencari informasi, akhirnya kami ditunjukkan ke Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta (selanjutnya kita singkat MRKBH) yang terletak di belakang pasar Ateh Bukittinggi, tepatnya di Jl. Soekarno Hatta No.37 Bukittinggi. Untuk menuju ke sana kami disarankan berjalan kaki saja dengan memutari pasar dibanding menggunakan kendaraan roda 4 yang harus memutar lebih jauh lagi. Dari Jam Gadang, kurang lebih 2 KM jarak yang harus ditempuh. Jadilah dalam teriknya siang sehabis hujan kami berjalan kaki memutari pasar. Dalam perjalanan ini tidak banyak yang bisa dilihat karena kondisi jalan dalam perbaikan membuat tanah dan debu kering turut beterbangan bersama laju kendaraan yang berseliweran. Sesekali kami melompati genangangenangan air dan goronggorong tanpa penutup. Masker ini menjadi sangat berguna dengan fungsi gandanya; sebagai prokes dan penghalau debu. Namun semuanya terbayar ketika sampai tujuan.


Masuk ke MRKBH kita tidak dipungut tarif khusus, hanya jika mau kita bisa memberi seikhlasnya diakhir kunjungan sebagai bentuk apresiasi. Ada pemandu ramah yang sigap mengantar kita berkeliling sembari menceritakan dengan detail dan lengkap sejarah setiap sudut rumah tersebut, sehingga memberi kita peluang untuk fokus mendokumentasikan dengan foto/video. Saking ramahnya pemandu kami waktu itu seringkali menawarkan diri untuk mengambilkan foto kami!



museum rumah kelahiran bung hatta
Diambil dari booklet Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Bukittinggi.

MRKBH merupakan rumah berlantai dua. Lantai pertama atau dasar terdiri dari; beranda, kamar bujang yang juga menjadi kamar belajar Bung Hatta, ruang tamu, kamar Mamak Saleh, kamar Mamak Idris, kamar Saleh St. Sinaro, sumur lama dan ruang makan. Bagian belakang luar rumah terdapat; dua rumah kecil (lumbung) penyimpanan padi, kamar bujang tempat tidurnya Bung Hatta kecil, dapur, kamar mandi, dan ruang bendi. Di samping rumah terdapat 4 buah kandang kuda. Sementara untuk ke lantai dua, naik melalui tangga yang terletak di ruang makan. Di lantai dua ini terdapat kamar bersejarah dimana Bung Hatta dilahirkan. Selain itu terdapat kamar pak Gaek, ruang tamu, beranda depan dan beranda belakang. Kamar kelahiran Bung Hatta dan kamar pak Gaek merupakan kamar terluas di dalam rumah itu. Detailnya bisa dilihat di foto denah.


museum rumah kelahiran bung hatta
Diambil dari booklet Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Bukittinggi.


Pada usia 5 tahun, beliau sangat ingin masuk sekolah. Dulu cara mendaftar masuk sekolah dengan melingkarkan tangan kanan di atas kepala hingga menyentuh teliga kiri. Sayangnya pada saat itu tangan beliau belum sampai sehingga harus menunggu hingga tahun berikutnya untuk masuk sekolah. Selama menunggu sekolah itu, beliau dididik menulis dan membaca oleh kakak kandung perempuan di kamar belajar tersebut. Itu alasan kenapa kamar belajar terpisah dengan kamar tidur Bung Hatta, meskipun dalam penamaan ruang saat ini, samasama dinamakan ‘kamar bujang’.


Di dalam rumah terpajang pigurapigura yang digantung berdasarkan alur kepentingan adat, dimana garis keturunan ibu memegang peranan utama. Maka dimulai dengan pigura berisi silsilah keturunan garis keluarga dari pihak ibu secara runut. Fotofoto keluarga inti pihak ibu, baru kemudian pigura berisi informasi silsilah keturunan garis dari pihak ayah. Barulah setelah itu, pigurapigura lain berisi memoar prestasi serta ringkasan kegiatankegiatan penting kenegaraan, catatan biografi singkat, fotofoto kenangan masa kecil, fotofoto keluarga juga foto bersama istri dan anakanak, tidak luput sebuah lukisan potret diri berukuran cukup besar menghiasi lantai dasar ini. Terdapat pula beberapa set kursi, lemari dan meja.


museum rumah kelahiran bung hatta
Dok pribadi - Suasana di lantai 2 Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta.


Dari semua dokumentasi, hanya foto ayah kandung Bung Hatta yang tidak ada. Ayah beliau adalah seorang ulama yang berprinsip tidak ingin didokumentasikan (pada masa itu sebagian ulama memang tidak ingin difoto, sementara lainnya mau difoto). Hanya sebagai gambaran, menurut kepercayaan setempat “anak jika mirip dengan ayah akan meninggal salah satunya”. Boleh percaya atau tidak, namun hal tersebut masih dipegang oleh masyarakat sekitar –mengutip kaliamat pemandu MRKBH. Dengan kata lain, jika ingin tahu seperti apa wajah ayah Bung Hatta, cukup dengan melihat beliau, semirip itulah katanya. MRKBH adalah rumah orangtua Bung Hatta. Beliau tinggal di rumah tersebut hanya sampai selesai Sekolah Rakyat (SR), dan melanjutkan sekolah MULO atau SMP hingga selesai SMA di Padang. Ayah Bung Hatta meninggal muda sekitar usia 30 tahun ketika beliau masih di dalam kandungan sang ibu. Kemudian ibunya menikah lagi dengan orang Palembang bernama Mas Agus.  



foto rumah asli kelahiran bung hatta
Diambil dari booklet Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kota Bukittinggi.

MRKBH dibangun berdasarkan penelitian dari kumpulan fotofoto yang masih disimpan oleh keluarga dan juga foto yang berada dalam memoar Bung Hatta. Informasi dalam fotofoto ini kemudian diinterpretasikan kedalam gambar perencanaan. Hingga terbangunlah MRKBH yang dimulai pada Januari dan diresmikan pada bulan agustus 1995. Untuk mewujudkan MRKBH dan mendekati tampilan keasliannya bahan bangunan didatangkan khusus dari Batusangkar, Payakumbuh, Muara Labuh, Padang Tarok dan sekitarnya. Begitu pula dengan detail rumah semisal kuncikunci grendel dan tiang kuno didapat dari berbagai pihak dan masyarakat sekeliling.


Bung Hatta dididik dalam lingkungan religius, keluarga pengusaha dan mendalami pengetahuan kognitif dengan belajar di sekolah, banyak membaca dan menulis, sehingga membentuk pribadi berkarakter dan berkompetensi diatas ratarata orang kebanyakan. Sehingga beliau sukses sebagai ahli ekonomi, politikus, ilmuwan dan pribadi religius. Modal karakter kuat itulah yang menjadi kontribusi beliau mengantarkan Indonesia merdeka, melalui pergerakan upaya kemerdekaan, menjadi proklamator sekaligus sebagai wakil presiden pertama Republik Indonesia.


Sebagai tokoh kebanggaan Sumatera Barat khususnya kota kelahirannya Bukittinggi, nama beliau banyak diabadikan menjadi nama tempat, nama jalan, termasuk bandara internasional yang berada di provinsi Banten.  Hatta Memorial Heritage-nya mencakup; Istana Bung Hatta, Balai Sidang Bung Hatta, Museum Rumah Kelahirang Bung Hatta dan Taman Monumen Bung Hatta. Mungkin bisa juga memasukan Perpustakaan Proklamator Bung Hatta sebagai tambahan Memorial Heritge jika ingin berkunjung ke Bukittinggi, mengingat kecintaan beliau terhadap bukubuku dan ilmu pengetahuan. Di sana terdapat ruang referensi, berisikan bukubuku langka, bukubuku mengenai Bung Hatta. Bukubuku di ruangan ini hanya boleh dibaca di tempat, tidak boleh dipinjam.



foto keluarga besar bung hatta
Dok pribadi - foto keluarga besar Bung Hatta koleksi Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta, Bukittinggi.

Dr. Drs. H. Mohammad Hatta yang kita kenal dengan panggilan Bung Hatta, memiliki nama kecil Muhammad Athar. Lahir di Bukittinggi pada tanggal 12 Agustus 1902 yang dalam penanggalan Islam 7 Jumadil Awal 1320H. Ibundanya Saleha, sedangkan ayahandanya bernama Muhammad Djamil. Dibesarkan dalam keluarga muslim taat, suku Minangkabau dengan suku adat Jambak. Bergelar Datuk Suri Dirajo. Membaca, menulis dan sepakbola adalah hobi beliau sejak usia dini. Menikah dengan Rahmi Rachim dan dikaruniai 3 orang anak bernama Meutia Farida, Gemala Rabi’a serta Halidah Nuriah. Bung Hatta meninggal di Jakarta, pada tanggal 14 Maret 1980 pada usia 77 tahun, dimakamkan di TPU Tanah Kusir, Jakarta –keinginan beliau untuk dimakamkan di tengahtengah rakyat yang beliau perjuangkan kemerdekaannya.



museum rumah kelahiran bung hatta
Dok pribadi - kamar kelahiran Bung Hatta di Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta

Barangkali rumah yang saya kunjungi hanyalah rumah replika dimana Bung Hatta dilahirkan, dididik oleh keluarga ulama dan cedekiawan serta menghabiskan masa kecilnya hingga selesai sekolah dasar bersama keluarga besar. Sejatinya bendabenda sejarah, tiruan yang mendekati realita pada masanya tetaplah sumber pengetahuan untuk mengenal dan menghargai perjuangan sosoksosok hebat dibalik kemerdekaan negara ini. Artefakartefak yang tertinggal menjadi penanda latar belakang akar dari jatidirinya.


Katanya sebuah rumah beserta pemilihan isinya bisa mencerminkan karakter dan pribadi pemilik/penghuninya. Bagaimana dengan rumah anda?yk[]


 

 

“Tak Masalah jika aku harus dipenjara, namun aku ingin dipenjara bersama buku, karena dengan buku aku menjadi bebas.”

- Bung Hatta -

 

 


 

 



PS : sila untuk menulis komentar, membagikan atau meninggalkan alamat web/blog-nya untuk bertukar sapa dan saling mengunjungi. Terima kasih sudah berkunjung ^_^

 

  

2 comments:

Post a Comment