Memulai Sebuah Langkah Menuju Seribu Kisah_ Edisi Latih



"the journey of a thousand miles,
begins with one step."
(Lao Tzu)


"travel, as much as you can, as far as you can.
life's not meant to be lived in one place"
(unknow)

0 comments:

Post a Comment

Latih : Sebuah Awal Tentang Pertemuanku Dengan Sang Pemilik



Kau tahu, bahwa sebuah sepatu bisa memberimu seribu cerita tentang perjalanan pemiliknya ke tempattempat yang tak pernah kau tahu dan tak terjangkau bahkan rahasia? Mari, mendekat. Akan kuceritakan satu dari sekian kisah perjalanan yang kulalui bersamanya. Namun, sebelum kisahku dan kisah Yunis kubagikan, akan sedikit kuceritakan tentang siapa aku, bagaimana dia memperlakukan aku dan bagaimana awal kebersamaan kami.

Namaku Latih. Memang tidak begitu menarik didengar. Aku sedikit jengkel ketika Yunis, sang pemilik sepatu memberiku nama itu. Satu hal yang pasti, dia memang sangat payah dalam memberi nama. Kurang kreatif dan sangat tidak imajinatif, namun kuterima juga nama itu. Sejak pertama dia memutuskan untuk menjadi seorang pejalan, aku tidak bisa menolak nama itu. Setidaknya, dia mengajakkku dalam beberapa petualangan dan perjalanannya.

Kenapa hanya beberapa petualangan dan perjalanan saja? Nanti kalian akan tahu sendiri.

Pada waktuwaktu senggang, dia merawatku dengan baik. Mempersiapkan dan membersihkan. Dia sikat seluruh tubuhku dengan cairan yang mengandung wawangian memikat. Seringkali aku terperanjat merasakan tubuhku begitu bersih, harum dan hangat. Dia memperlakukan aku dengan baik, memperhatikan dengan detail bagianbagian mana yang masih kotor dan memerlukan perlakuan khusus. Kurasa dengan perlakuannya, aku senang menjadi teman perjalanannya. Mungkin, ini mungkin, dia menginginkan aku menjadi teman perjalanan untuk waktu yang tidak sebentar.

Begitulah.

Suatu siang menuju sore yang kalau tak salah kuingat, sepertinya itu awal dimana hujan mulai turun. Kirakira di bulan Oktober. Toko tidak terlalu ramai ketika itu. Kurasa, managernya saja tengah terkantuk di ruangan sambil membuat laporan penjualan hari itu. Aku sedikit sedih, karena hingga beberapa lamanya masih terkurung di dalam kotak dengan gel pengawet anti ngengat sebagai teman. Sementara aku mendengar, kotakkotak di samping, di atas, di bawah dan di belakang, satu persatu mulai beranjak memulai kisahnya.

Sayupsayup aku mendengar suara dari interkom, seorang gadis pramuniaga meminta sepatu dengan model persis sepertiku dengan ukuran yang juga sama denganku, agar membawa sebuah ke depan. Dalam hati aku menjerit; “aku... aku... kumohon bawalah aku...” kudengar langkah kaki mendekat, dan kurasakan napasnya juga mendekat. Barangkali menilik kotakkotak mencari ukuran yang dimaksud. Badanku sedikit tergoncang, saat sepasang tangan mengangkat dan bisa jadi tersenyum senang karena menemukan barang yang sesuai dengan keinginan pembeli. Badanku lebih tergoncang lagi, ketika kotak yang menjadi rumahku diangkat dan ditenteng menjauh dari tempatku disimpan.

Suara gadis pramuniaga lebih nyaring terdengar, ketika kotak tempatku tidur dibuka, mengangkatku satu persatu dan menyerahkannya pada sepasang tangan lain. Jika saja bisa terbang, mungkin dengan antusias aku akan melompat dan langsung menyeret diriku masuk ke kaki sang peminat, dan berkata; “beli aku, ajak aku pergi...” Lalu, kurasakan aku berpindah tangan. Sepasang tangan yang tidak halus, namun juga tidak kasar. Dia memakaiku sebelah pada sebelah kakinya, kemudian memakaikan satunya ke sebelah kakinya. Aku merasa cocok dan pas, kurasa seharusnya dia juga merasa cocok dan pas, karena yang kudengar kemudian adalah “saya ambil yang ini mbak...”

Hari itu hari keberuntunganku, hari dimana aku bertemu Yunis, sang pemilik.

Jadi, kalau kuhitung berapa lama kami bersama? Hmmm... mungkin kalau ingatan bau kakinya yang tak bisa kulupa –sejak pertama dia mencoba di toko, dan memutuskan untuk membawaku, barangkali sejak tahun 2009 ya.

Beberapa hal yang kuingat adalah bahwa Yunis sering mengajakku ke kampus, ke galerigaleri tempat pameran berlangsung, ke rumahkawankawan senimannya, ke rumah orangtuanya, ke beberapa kota yang nanti akan kuceritakan dan juga kemudian berkencan dengan beberapa pria yang kadang kurasa tak cocok untuknya.

Kau tahu, menjadi sepasang sepatu hanyalah sebuah takdir, dan takdir lain yang bisa kuharapkan adalah bahwa aku memiliki cukup kualitas dan waktu untuk terus melakukan perjalananperjalanan lain bersamanya.

Nah, jika kau ingin tahu tentang perjalananku dan perjalanan Yunis, kami akan dengan senang berbagi kisah di sini. Salam sepatu cantik dan keren.

Love_Latih.


5 comments:

Post a Comment